Dies Natalis

59 9 0
                                    

"Terbiasa bukan berarti aku akan jatuh cinta. Paling menyebalkan mungkin nyaman yang berakhir ketidakpastian."

@Listya12

***

“Kamu loh, Syah!” Kiki menyadarkan Aisyah yang terpaku sembari melihat ke arah Yusuf dengan ekspresi bingung. Dia bahkan tidak mendaftar apapun untuk mengikuti acara lomba ini. Tanpa fikir panjang, Yusuf menarik lengan Aisyah yang sedikit basah karena tumpahan es teh tadi untuk segera berlari. Aisyah yang masih bingung tidak menolak ataupun berontak, namun dia sedikit kesal karena Yusuf dengan lancang memegangnya. Andai saja ini tidak darurat, dia pasti sudah memaki lelaki tersebut dengan ceramah yang panjang lebar.

Tepat hitungan kesepuluh, mereka sampai di bibir panggung. Nafas mereka sama-sama tersengal, karena jarak kantin dan panggung tidak sedekat mereka saat ini. Sadar dilihat banyak orang, Aisyah menepis tangan Yusuf dan mengipas-ngipasi wajahnya yang basah oleh keringat.

Ternyata pasangan selanjutnya telah siap tampil. Mari beri tepuk tangan yang meriaaaahhhhhh!!!” MC bersuara dengan merdunya, dan tepuk tangan yang sangat meriah berdatangan dari berbagai penjuru. Panggung yang berdiri di tengah-tengah lapangan kampus itu terlihat gagah menjulang. Lautan mahasiswa yang berada di tempat penonton sudah sangat kegirangan melihat mereka, entah sejak kapan Yusuf dan Aisyah menjadi artis dadakan seperti itu.

Aisyah mengernyit ke arah Yusuf yang sama-sama tidak tahu. Mereka seperti sepasang kekasih yang berusaha mengerti akan keadaan yang membingungkan ini. Tak lama kemudian suara musik mengalun lembut, membuat para penonton semakin bersorak kegirangan saat mengetahui lagu yang akan ditampilkan oleh keduanya. Aisyah melotot ke arah Yusuf dengan ekspresi kesal, namun Yusuf hanya tersenyum sembari menyapa penonton. Ya, siapa yang tidak mengenal Yusuf? Mungkin hanya gadis bermata cokelat yang saat ini sedang memandang Yusuf dengan pandangan heran, dia bahkan tidak terbiasa berada di atas panggung.

Semakin lama rasa ini terpendam, semakin aku ingin mendekatimu. Dari kejauhan kumelihatmu, kuberharap kau pun merasakan ....” Yusuf sudah seperti penyanyi handal, membawakan lagu dengan kepiawaiannya dan terus berinteraksi dengan penonton. Jangan tanyakan apa kabar Aisyah, dia hanya diam sembari memeluk dirinya sendiri sembari memperhatikan Yusuf yang berjalan ke sana dan kemari. Aisyah dibuat merinding oleh suara Yusuf yang terlihat menyanyikan lagu tersebut dengan hati.

Ana ukhibbuki fillah ... kumencintaimu karena Allah. Jika dia yang terbaik untukku, dekatkanlah hati kami Yaa Allah ....” Yusuf yang berada di sisi kanan panggung menatap Aisyah dengan pandangan yang sulit untuk diartikan. Dan dari keduanya terbesit seperti sebuah slide video yang bergantian diputar, sejak pertama mereka bertemu hingga akhirnya mereka berdua di atas panggung seperti sekarang ini. Penonton tenggelam dalam lagu yang dibawakan oleh Yusuf.

“... kekasih idaman yang kuharapkan, semoga cinta ini menjadi nyata ....” Seketika itu hati Aisyah merasa ngilu. Ada sesak yang menelusup di dadanya, entah perasaan apa, dia tak mengerti. Lalu Yusuf mendekat ke arah Aisyah. Dengan hati berdebar, gadis itu melihat Yusuf yang membimbingnya untuk mendekatkan mic-nya, bermaksud untuk mengajaknya bernyanyi. Dengan kikuk, akhirnya dia mengambil nafas dan mengimbangi lagu Yusuf.

Aku (Bukan) Aisyah [END✔️]Where stories live. Discover now