Gelak tawa langsung terdengar di ruangan Adnan yang sedari tadi cukup sepi. Adnan yang melihat tingkah kedua sahabatnya itu hanya bisa geleng-geleng kepala. Ya siapa lagi kalau bukan Hans dan Zen yang akan selalu menggoda Adnan dengan memanggilnya Mas.
"Ngapain kalian berdua ke sini?" tanya Adnan dengan tatapan dinginnya.
"Hahaha santai kalik Nan, kita bosen di apartemen lo. Ajak kita jalan-jalan gitu," sahut Hans yang duduk di sebelah Adnan.
"Tau nih, bosen tau. Jalan kemana gitu," sahut Zen dengan membuat wajah cemberut.
Bukannya menanggapi keinginan kedua sahabatnya, Adnan justru balik bertanya. "Lo enggak kerja?"
"Kalau lo enggak lupa, gue yang punya rumah sakit dan gue dokter senior di sana jadi gue bisa libur selama 3 hari," jelas Hans.
"Jangan suka seenaknya. Harusnya lo kasih contoh yang baik ke dokter ataupun pekerja yang lain," saran Adnan dengan tatapan dan nada bicara yang dingin.
Mungkin orang lain akan takut dan menuruti perkataan Adnan barusan, tapi itu tidak berlaku untuk Hans begitu juga dengan Zen.
"Hehehe canda Bapak CEO, gue emang lagi enggak ada jadwal operasi. Harusnya ada tapi di undur dan gue juga bakal siap ke rumah sakit kapan pun ditelfon kok," jelas Hans panjang lebar.
"Ya udah kita jalan sekarang, mumpung si Onta bisa libur ... walaupun liburnya enggak jelas," rengek Zen seperti anak kecil kepada kedua sahabatnya itu.
"Iya iya kita pergi," sahut Adnan.
Adnan memang tidak bisa menolak permintaan orang yang disayanginya, termasuk sahabat-sahabatnya yang sudah banyak membantunya.
~~~
11.17 WIB
Jam seperti inilah para cacing di dalam perut akan berontak untuk diberi makan. Lebih-lebih lagi jika setelah menyelesaikan ujian. Seperti yang terjadi pada laki-laki yang sudah tak kuasa menahan rasa laparnya.
"Kalian pelan banget sih jalannya, yuk ahh buruan ke kantin."
"Hahaha kita udah cepet jalannya Eja. Lagian lo sih enggak sarapan dulu," timpal Abi.
"Ya gimana atuh tadi kesiangan bangunnya," jelas Eja.
"Anak ibu sih tiap pagi harus dibangunin," ejek Rea.
"Tau, kapan coba lo mandirinya," sahut Caca.
Sepanjang jalan, mereka terus mengejek Eja yang seperti anak kecil. Sampai tidak terasa mereka sudah berada di tempat makan.
"Kalian mau pesen apa?" tanya ibu kantin.
"Kayak biasa ya Bu," jawab Eja.
"Oke ditunggu ya," ucap ibu kantin lalu pergi membuatkan pesanan mereka.
Sama seperti mahasiswa lain, berbagai macam topik yang mereka bicarakan saat berkumpul seperti ini. Tetapi ada yang aneh, Ayna sedari tadi memperhatikan Hasan. Posisi Ayna yang berada di depan Hasan memudahkannya untuk membaca ekspresi Hasan.
"Lo lagi ada masalah?" ucap Ayna dengan nada suara yang kecil.
Sedikit kaget dengan pertanyaan Ayna, Hasan mencoba menetralkan keterkejutannya. "Enggak kok Ay, gue baik-baik aja."
"Lo enggak bisa boong, gue kenal lo. Apa yang lo pikirin? Lo ada masalah?" tanya Ayna cukup keras sampai keempat sahabatnya yang lain menoleh ke arahnya.
"Kenapa? Masalah apa?" tanya Abi yang berada tepat di samping Ayna.
"Enggak apa-apa, itu perasaan Ay aja. Gue mau balik duluan," sanggah Hasan dan berlalu pergi meninggalkan sahabat-sahabatnya.
"Kenapa tuh bocah?" tanya Caca.
"Dari tadi tuh Acan diem banget. Dia enggak biasanya kayak gitu," jelas Ayna.
"Lagi ada masalah keluarga kalik," jawab Rea asal.
"Nanti kita rumahnya aja," saran Abi.
"Kalian duluan aja, nanti gue nyusul. Soalnya gue harus ketemu Pak Adnan dulu," ujar Ayna.
~~~
Rumah Hasan
"Udah pulang lo?"
"Ngapain lo disini? Keluar dari kamar gue sekarang," ucap Hasan pada pria yang berada di belakangnya.
"Santai Bro, kan gue udah janji sama lo ... gue enggak akan berulah lagi. Jadi lo enggak perlu khawatir."
"Keluar!!" Hardik Hasan sekali lagi.
"Hahaha iya iya gue keluar. By the way, dia tambah cantik aja ya .. manis lagi."
Tanpa berpikir panjang, Hasan langsung membalikan badannya dan memukul pria itu berkali-kali.
Bugh Bugh Bugh
Tidak puas dengan hanya memukul, Hasan mendorong pria itu ke arah dinding. Cengkraman pada kerah baju pria itu terlihat sangat kuat, sampai kuku tangan Hasan terlihat memucat.
"GUE INGETIN SAMA LO!!!! LO BERANI SENTUH DIA SEDIKIT AJA, GUE PASTIIN LO BAKAL LENYAP DARI DUNIA INI!!! LO JANGAN MAIN-MAIN SAMA GUE," bentak Hasan dengan penuh kemarahan.
"MUNGKIN KELUARGA GUE DULU MAU LINDUNGIN LO, TAPI KALI INI ENGGAK AKAN BANGSAT!!!!" lanjut Hasan.
"Hasan!!" terikan itu terdengar dari ambang pintu kamar Hasan.
Papah Hasan berusaha melepaskan cengkraman Hasan. "Lepasin dia, Nak."
Dengan dorongan yang cukup kuat, Hasan melepaskan cengkramannya pada pria itu.
"Suruh dia pergi dari rumah ini Pah, aku enggak mau liat muka dia lagi."
~~~~
TBC✨
Hai readers,
Makasih buat kalian yang masih mau nungguin cerita aku
Jangan lupa buat vote dan comment ya
Jaga kesehatan kalian
Xyasle🌻
CZYTASZ
Call My Name
RomansAwalnya dia mengejarku, tapi seketika ia berubah menjadi orang menyebalkan dan pemaksa. "Aku akan terus membuatmu jatuh cinta kepadaku" - Adnan Adipramana "Silahkan ...." - Ayna Azkayra Rank #2 Dark Story (13092021) Rank #4 Mafia (17072021) Rank #1...
Part. 26
Zacznij od początku
