- PART 1 -

34 15 33
                                    

HAPPY READING 📖
***

Cuaca pagi hari di Brillantmont School agak mendung.

Seorang gadis dengan hoodie merah muda-nya tampak berjalan terburu-buru menuju ruang perpustakaan.

Hari ini mungkin adalah hari sial baginya.Bagaimana tidak, bisa-bisanya PR fisika yang sudah ia kerjakan semalaman, bisa tertinggal hanya karena ia lupa.

Dengan langkah cepat, gadis itu pergi ke ruang perpustakaan untuk menjalankan hukuman. Ya,.dia ketahuan tidak membawa tugasnya dan berakhir dihukum membantu membereskan buku di perpustakaan.

"Hm, enak juga nipu orang!" ucap Bu Rina––ibu kantin sambil tertawa pelan.

Gadis itu menghentikan langkahnya, dan dengan gerakan secepat kilat, gadis itu bersembunyi dan merapatkan tubuhnya dibalik tembok, untuk mendengar lebih jelas––melupakan tujuan awalnya.
"Nipu?" gumamnya seraya menerka-nerka.

"Jam berapa ini?" Bu Rina melirik arlogi mahalnya. "Ck! sudah jam 07.24." Bu Rina berdecak, kemudian berjalan ke laci untuk mengambil kunci kantin.

Gadis itu memasang telinga lebar-lebar. Bermaksud ingin tahu apa yang akan ibu kantin itu bicarakan lebih lanjut.

"Kok gak ada suara lagi?" gadis bernama Pricilla itu mulai menjauhkan telinga serta tubuhnya dari tembok dan mulai melamun. "Nipu orang? Nipu apasih?!" kesal Pricilla. Entah kenapa ia menjadi sekepo ini.

Srett!

Tak lama, rolling door kantin pun terbuka. Menampilkan sosok wanita paruh baya dengan make up tebal dan perhiasan mahal, hampir di tiap inci tubuhnya.

"Lagi ngapain kamu disitu?" ucapnya sarkas seraya memperhatikan dari atas sampai bawah penampilan siswi yang sedang berdiri di sisi kiri itu.

Pricilla kelabakan. "An-anu, Bu, i-itu ...."

"Nguping omongan saya?" tanyanya yang sialnya tepat sasaran disertai tatapan mengintimidasi. Pricilla gemetar saat diberi pertanyaan disertai pelototan seperti itu.

Bu Rina memang terkenal galak dan pelit, para siswa yang ingin beristirahat dan makan di kantin pun harus merelakan uang kembalian mereka jika jajanan yang mereka ambil dianggap terlalu banyak. Padahal, uang yang mereka bayarkan selalu sesuai dengan makanan yang mereka beli.

Kasus ini sebenarnya sudah dilaporkan langsung kepada kepala sekolah, oleh beberapa siswa, tapi entah mengapa, Bu Rina selalu lolos dengan alasan tak ada bukti kuat.

"Eng-enggak, Bu, saya cuma numpang lewat," ucap Pricilla disertai cengiran padahal dalam hatinya ia sangat merutuki kebodohannya yang sangat ingin tahu akan urusan orang lain.

"Saya permisi dulu, ya, Bu!" pamit Pricilla, kemudian langsung kabur

Bu Rina pun menyeringai sambil melipat tangannya di depan dada. "Gak semudah itu, kamu bisa kabur dari saya," ucap Bu Rina, tatapannya terus terarah pada sosok Pricilla yang tengah berlari semakin menjauh dari pandangannya.

***

Pricilla akhirnya bisa bernafas lega.

Dengan nafas yang masih belum beraturan, Pricilla memasuki ruang perpustakaan yang besar itu.

"Permisi."

Pricilla menatap sekelilingnya sejenak.

Kosong!

Tidak ada orang sama sekali di ruangan ini, kecuali dirinya dan Bu Afika––penjaga perpustakaan.

"Permisi, Bu, saya ke sini disuruh Bu Agnes untuk menjalankan hukuman, yaitu membantu Ibu mendata dan membereskan buku-buku di perpustakaan," ucap Pricilla meminta izin.

BLACK GOLDEN (ON GOING)Where stories live. Discover now