"Cuman masalah gitu doang njir. Sampe ngumpetin buku paket segala," cibir Radi pedas.

"Karena lo gak ngerasain, rasanya jadi gue! Lo gatau setiap gue lewat kelas mereka, gue selalu di ejek! Cewek jelek kaya gue emang gak pantes dapat cowok ganteng! Gue cuman bisa ngagumin dia dari jauh. Dan dengan seenaknya Karina bilang sama Frendi. Lo gak ngerti apapun!"

"Kalau gitu gue sama Ningning minta maaf." Karina meminta maaf pada Reva. "Sorry gue gak bermaksud."

"Kenapa harus minta maaf?" Denata tidak terima Karina meminta maaf semudah itu. "Harusnya lo kasih dia pelajaran dia dulu Rin," ujarnya tidak terima.

"Den, disini gue juga salah. Jadi gue harus minta maaf. Sekali lagi maafin gue Rev."

Reva menganguk kemudian berkata, "Gue juga minta maaf, udah ngumpetin buku paket lo."

"Sorry." Ningning meminta maaf dengan ogah-ogahan.

"Kalau lo gamau kasih pelajaran buat dia, biar gue aja," batin Denata.

****

"Denata sini lo!" Chelsea secara tiba-tiba menarik kasar tangan Denata. "Denata lo yang buat Dita hilang 'kan? Lo pasti tau 'kan dia ada dimana sekarang?" tanya Chelsea mengebu-gebu.

"Gue gatau. Emangnya gue emaknya apa, tau keberadaan dia?"

"Gak usah sok polos! Gue tau, lo pasti apa-apain Dita 'kan?"

Denata menatap sekeliling banyak sekali siswa-siswi yang memperhatikan, perdebatannya bersama Chelsea.

"Gue gatau apa-apa. Harus berapa kali sih gue bilang? Biar lo percaya."

"Setiap kali ada murid yang cari gara-gara sama lo. Mereka pasti ngilang gitu aja. Dan gue yakin. Kepergian Dita yang tiba-tiba pasti ada hubungannya sama lo!"

"Kalaupun gue apa-apain dia. Emangnya lo punya bukti? Enggak 'kan? Jadi lebih baik, gak usah nuduh orang yang enggak-enggak. Atau lo mau bernasib kaya sahabat lo itu?" Denata tersenyum di akhir kalimat yang ia ucapkan dalam hati.

*****


Reva di buat terkejut, saat melihat kedatangan Denata ke rumahnya. Wajahnya tampak berseri membuat Reva tersenyum kikuk.

"Ehh Den, ngapain kesini?" tanya Reva ramah.

"Emm, jalan yuk. Ke pasar malam?" ajak Denata tidak terlihat mencurigakan sama sekali.

"Boleh. Kebetulan gue juga bosen di rumah gak ada siapa-siapa." tanpa berganti baju terlebih dahulu. Reva langsung berjalan bersama Denata.

"Den, tumben lo ngajak gue jalan? Biasanya lo main sama Karina, Ningning, Giselle," tanya Reva heran.

"Oh itu. Bosen aja gitu jalan sama mereka. Kali-kali sama lo." Denata menatap sekitarnya yang terlihat sepi. Saat melihat sebuah mobil suruhannya datang. Denata langsung tersenyum miring.

"Rev, nyebrang yuk. Mumpung kosong."

Reva berjalan sambil melambaikan tangannya, hendak menyebrang. Namun ia langsung hilang kendali saat Denata mendorong tubuhnya hingga tertabrak mobil.

Wajah dan tubuh Reva, sudah di penuhi darah segar. Gadis itu terlihat sangat malang. Berusaha menahan rasa sakit, yang menjalar di sekitar tubuhnya.

"Rev, lo gapapa?" tanya Denata pura-pura peduli.

"Den, to-lo..ng g-ue."

"Tolong kaya gini maksudnya?" Denata meraih kepala Reva, lalu membenturkannya ke aspal sebanyak 3 kali.

"Den, sa-kit.."

"Bawa dia," ujar Denata pada dua orang suruhannya yang tadi menabrak Reva. "Inget! Kalian berdua harus jaga rahasia ini. Kalau enggak. Nasib kalian kaya dia mau?"

"Enggak boss." pria bertubuh kekar itu menunduk hormat pada Denata. "Kira-kira apa yang harus kita lakuin? Sama mayat ini?"

"Mutilasi, lalu jasadnya bakar, sampai jadi abu."

"Baik." dua orang pria itu langsung membawa tubuh malang Reva ke dalam mobil. Sedangkan Reva memandangi Denata dengan tatapan sendunya. Ia tidak pernah menyangka jika Denata akan melakukan ini semua padanya.

"Sampai jumpa di neraka!" Denata melambaikan tangannya pada mobil anak buahnya, yang sudah menjauh.















See you next chapter <3 saranghae readers nim❤


Jangan lupa untuk vote Dan komen



-Tertanda

Kembarannya Ningning Aespa

Denata [Completed]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt