About The Book Store and People Around

4 0 0
                                    

Biasanya kalau ingin ke perpustakaan atau toko buku, Moza suka minta ditemenin sama Jinyoung atau dipanggil Yong. Salah satu warga komplek Gatsebeun itu juga hobi baca kayak si Moza. Biasanya ada Jebi juga, jadi bertiga, tapi Jebi lebih banyak jahil dan entah gimana jadi ceriwis pas lagi nerangin setiap buku yang dia lewatin. Moza dan Yong tinggalin aja deh.

"Perasaan yang mau beli buku aku, tapi dia yang promo bahkan spoiler duluan, bikin nggak surprise," Moza ngeluh ke Yong. Si laki-laki yang di sebelahnya itu cuma manggut-manggut iya. "Udah gitu pas di kasir kalo harganya kemahalan, dia juga yang protes kayak emak-emak. Mending kita pergi berdua aja. Ya, Yong?" Moza menatap antusias toko buku di depannya.

Jadi dari tadi tuh mereka berdua sempet berhenti di depan toko cuma buat ngomongin Jebi. Mana lagaknya mereka kayak polisi mau gerebek--hanya menatap lurus dan tajam ke arah toko sambil tolak pinggang--sampe mereka dilihatin juga sama orang-orang yang keluar masuk. Orang aneh mungkin, kata orang-orang toko buku.

Tapi mereka berdua lagi saling berkeluh kesah, jadi tidak peduli apa pun kecuali sambat.

Psst, yang tadi dengar omongan mereka pura-pura aja nggak tau ya. Kalau Jebi tau, dia bisa merajuk 24 jam.

"Ayo Moz, kelamaan berdiri bikin pegel. Aku pengen cari buku yang udah lama banget kupengen," kata Jinyoung sambil menggandeng tangan Moza.

"OKE!"

Untung satpam toko buku cuma geleng kepala, nggak ngusir.

*****

Sebeuntin Library and Shop, nama tempat yang selalu dan akan terus jadi tempat favorit Moza, Jinyoung, dan Jebi. Moza suka dari bentuk gedung dan isinya yang lengkap buat genre favorit dia, crime-thriller, travel, dan komedi.

Kalo kata Jinyoung, novel terjemahan dan yang asli banyak, dan genre self-improvement yang dia suka juga edisinya lengkap, makanya dia sepakat suka tempat itu.

Kalo si Jebi, bau kertas sama tempatnya enak buat nyepi, katanya. Iya, aneh emang. Tapi tempat itu bisa bikin mereka males-malesan seharian tanpa diusir bahkan mereka sampe punya 'markas'.

Apa pasal? Sajangnim alias pemilik toko buku itu suka sama musiknya Jebi. Dan si 'Jeon Sajangnim' begitu pemiliknya mau dipanggil, menawarkan tempat tanpa terganggu buat mereka bertiga.

*****
"Jeon Sajangnim! Apa kabar?" Si Moza nyamperin pemilik toko. Kebetulan si pemilik udah liat Yong dan Moza tadi berpose di depan, dia rapi-rapi buku dan tunggu mereka masuk buat nyambut.

Si pemilik yang ganteng tiada dua itu, nengok kearah suara panggilan. Pas dia tau Moza yang manggil, Jeon Won-u Sajangnim langsung kasih senyum terbaiknya dari balik kacamata bulat berbingkai tipis.

Moza langsung sok akrab gitu ngobrol, sementara Jinyoung bergerak ke tempat novel incaran dia.

Agak lama tanpa dua warga komplek itu sadar, kecuali Jeon Sajang yang emang punya insting dan mata jeli kayak kucing, Jebi ternyata diam-diam nyusul ke toko buku dengan muka ketekuk macem satpam galak depan gedung agensi.

Jeon Sajang masih senyum dan matanya yang tadi sempet ngelirik Jebi langsung natap Moza intens banget! Mana meja counter agak kecil, jadi antara Jeon Sajang-Moza nggak banyak jarak, kayak lagi pedekate.

Eh, apa itu tadi senyum ngeledek Jeon-nim ke Jebi ya?

Langkah Jebi makin garang sama kayak mukanya. Dia ngedeket ke samping Moza dan nyolek pundak si Moza.

"Apan si Yong, sana cari novel aja kenapa, jangan gangguin!"

Si Jebi makin runcing dagunya. Nyolek lagi agak keras. Dikata pundak Moza ada sabunnya kali yak, colek-colek terus.

"JINYOUNG....HAH.. Kok berubah jadi Jebi sih? Jinyoung kemana Sajangnim?"

Moza langsung melengos ke Sajangnim tanpa menghiraukan ancaman mata dan dagu Jebi.

Sementara itu yang ditanya malah nahan geli, Jeon Sajang bukannya nggak tahu soal relasi dua manusia di depannya ini yang adem panas.

"Mas Yong tadi kayaknya pergi ke bagian novel terjemahan, nah Mas Jebi baru masuk tadi," kata Jeon Sajang ramah.

Moza cuma angguk-angguk. Seraya melipir dari counter tipis, tanpa menatap Jebi, karena dia mulai ngeri, Moza berusaha ambil langkah seribu. "Jeon Sajangnim yang baik dan ramah, aku mau cari buku dulu, permisi!"

kabuuuurrrr....

Jebi mengernyit jutek dan bibirnya mulai naik mau misuh melihat kelakuan cewek itu. Tapi menghormati Sajangnim, dia sempat menyapa dulu, "Jeon Sajang, maaf bikin toko bukunya sedikit ribut, dan maaf kalo mereka berdua nanti bikin berantakan buku juga."

Won-u yang masih tersenyum geli melihat tingkah Moza, tersenyum pada Jebi dan mengangguk. Ia persilakan ketiga pelanggannya itu menikmati toko buku. "Kalau butuh camilan atau minum panggil aku ya," katanya.

*****

Mereka bertiga akhirnya kembali ke 'Markas' di toko buku itu, sementara Jebi dan Moza sekarang tarik-tarikan rambut, Yong menikmati buku baru di sudut toko yang berjendela besar tanpa terganggu.

Jendela itu menghadap ke teras kolam tempat dimana kakak Jeon Sajang, Jeonghan berlatih dan mengajar yoga. Mereka kakak-adik yang memang punya kehidupan setenang alam baka, alias super chill and calm kalo bahasa sekarang.

Yong jadi sedikit terdistrak antara pemandangan ribut di seberangnya dan di luar jendela yang menyiratkan ketenangan zen ala Jepang. Duduknya jadi bergeser sepenuhnya menghadap jendela, bukan menyamping karena Yong lagi pengen bodo amat dengan adu mulut Moza dan Jebi yang mungkin udah nyiptain dialog ke sekian.

Lagi merhatiin betapa tenangnya gerakan yoga Jeonghan dan murid-muridnya, ia tak sadar Won-u sudah berdiri lama di samping Yong sampai dia disapa. "Kak Jeonghan emang senang ketenangan, tapi aku nggak tau ternyata semenarik itu ya," kata Won-u jahil. Yong kaget tanpa suara. "Jeon Sajang dari kapan disitu?" 

Won-u tersenyum, "Dari Mas Yong geser kursi biar bisa menghadap taman, mau gabung kesana?" Won-u tanya lagi. Dia memang tenang tapi mulutnya super usil.

Jinyoung cuma salah tingkah. Dia nggak nyangka dan awkward karena kayak ketangkap ngeliatin orang, padahal cuma pengen ngerasain ambience. "Hehe, enggak. Cuma pengen nikmatin ketenangan di sana biar nggak terganggu dengan dua orang aneh yang lagi ribut di belakang kita, saya lagi baca juga," Yong menjelaskan. Sementara Won-u hanya ber-oh ria.

Jeonghan, dari arah taman, sempat melihat percakapan dua orang itu dan menyapa dengan anggukan.

*****

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 19, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Laze With Us - A Fanfic of Lim Jaebeom & FriendsWhere stories live. Discover now