Pain 2

264 70 43
                                    

Dejun memandangi Mansion di depannya. "Apa-apaan?" ia memegang sebuah pagar besi yang menjadi pembatas dengan Mansionnya. "Kau yang membangunnya?" Ia bertanya.

Hendery mengiyakan, sedetik kemudian Dejun berdecih. "Untuk apa?"

"Dengan pagar ini Mansion kita tidak akan terlihat dari luar jadi bisa meminimalisir makhluk-makhluk lain yang mendekat," jelas Hendery.

"Hancurkan."

"Apa?"

Dejun mendongak. Matanya beradu dengan mata Hendery. "Aku sudah memilikimu. Aku tidak perlu hal semacam ini."

"Dejun?"

"Kau yang harus melindungiku. Bukan pagar ini."

Hendery tak memprotes. Ia pun menghancurkan pagar yang ia bangun sendiri meski sedikit ada rasa berat hati.














Suara yang cukup familiar. Tetapi terdengar berantakan. Hendery membuka pintu kamar, melihat apa yang dilakukan Dejun di tengah malam begini." Kau belum tidur?" tanyanya.


"Aku sudah tidur selama tujuh tahun dan sekarang aku tidak mengantuk," jawabnya kembali memainkan piano. Sekali lagi nada yang terdengar berantakan. Dejun berdecak. "Sial! Karena jari ini mungil aku jadi tidak bisa menekan nuts dengan benar!"

"Hendery.." Dejun melirik si iblis yang masih berdiri lada ambang pintu. "Apa kau tau siapa yang menikah dengan Yiren?"

Pertanyaan yang cukup mendadak. Hendery mencoba membalas dengan sikap pura-pura tenang. "Kenapa kau menanyakan hal semacam itu padaku?"

"Yah.. Aku berada di tempat asing selama tujuh tahun dan sama sekali tidak tau apa yang terjadi selama aku tidak ada. Sementara kau masih hidup, jadi kau pasti lebih banyak tau tentang masalah ini."

Hendery tidak merespon. Dejun mulai kesal. "Oi Hendery, aku sedang bertanya padamu."

"Daripada yang lain, aku cukup terkejut kau hanya lebih penasaran mengenai Yiren."

"Eum itu.. Itu karena-" Dejun tergigit lidahnya sendiri. Dia menjeda kalimatnya cukup lama. Tidak tahu harus melanjutkan darimana.

Mata Hendery menajam. Memerhatikan Dejun di hadapannya dengan baik.

"Ajun adalah anak Yiren. Hanya itu yang bisa kuberitahu padamu untuk saat ini."

Mata Dejun melotot. Dia menatap tak percaya. Berdiam di tempat dalam beberapa saat. Tubuhnya serasa kaku dan mati rasa.

Itu bohong kan?

Ajun anak Yiren? Tidak mungkin!

"Alasan mengapa kau melihat Yiren adalah karena jiwamu berada di tubuh Ajun." ungkap Hendery.

"Aku memasukkan jiwamu pada tubuh Ajun. Oleh karena itu-" perkataan Hendery terhenti. Dejun berjalan mendekat. Menarik kemeja Hendery. Mengkodenya untuk menunduk sehingga Dejun bisa menampar pipinya dengan amat keras.

"Apa yang barusan kau katakan!"

Hendery menoleh terkejut. Wajah Dejun memerah dan matanya penuh amarah.

"Jadi kau mengorbankan anak Yiren agar bisa menghidupkanku!?"

Hendery terdiam. Dejun benar-benar murka.

"Aku membencimu!"





Mata Hendery bergetar. Baru saja dia berhalusinasi mengatakan yang sebenarnya pada Dejun. Ia belum siap menerima reaksi Dejun ketika ia mengungkapkannya.

ANGELACEWhere stories live. Discover now