0 Kelahiran

1.2K 186 63
                                    

Yiren mengelus perutnya yang kian membesar. Memerhatikan suasana dari balik kaca jendela sementara tv masih menyala. Hendery mendekat. Pria itu mengambil kursi untuk Yiren duduk."Kau tidak boleh terlalu lelah," katanya.


Yiren tersenyum. "Aku baru saja membayangkan seperti apa Dejun nantinya."

Hidung Yiren berdarah. Hendery segera mengelapnya dengan tisu. Gadis itu terlalu memaksakan diri. Sudah beberapa hari dirinya tidak tidur dan hanya memandang ke arah jendela.


"Kelahirannya sebentar lagi," ucap Yiren kembali mengelus perutnya. Hendery hanya terdiam. Tidak merespon sementara tubuh Yiren kian melemah.


"Aku membelikanmu beberapa vitamin. Minumlah nanti."


Hendery hendak berbalik pergi, namun Yiren memanggilnya. Wajahnya sayu. Menatap Hendery amat dalam. Senyum tipis itu masih ada.

"Dirimu tidak seburuk yang kukira."


Hendery tidak mengerti maksud Yiren berkata demikian. Tapi yang pasti itu merupakan pujian. "Terima kasih," balas Hendery singkat. Mengulas senyum sama dan kembali membuat pipi Yiren bersemburat merah hanya karena melihatnya.


"Aku akan membantu persalinanmu saat semua benar-benar sudah siap."







-TheShortStoryAfterAnDevil-






Sekali lagi Hendery harus membangun mansion yang baru. Entah mengapa ia jadi sering berpindah-pindah tempat. Kelahiran Ajun bukan suatu hal biasa dan keberadaannya banyak dicium makhluk diluar sana.

Hendery menyembunyikan mansionnya dari luar. Membuatnya tidak terlihat atau tidak bisa ditemukan oleh makhluk lain. Dia membawa Ajun kecil masuk ke dalam. Mereka berdua seorang diri tanpa siapapun. Ajun masih tertidur pulas. Dengan hati-hati Hendery meletakkannya di ranjang lalu mulai berpikir apa yang harus ia lakukan agar bayinya tumbuh dengan cepat.


"Yiren sudah tidak ada dan aku tidak mungkin menyusuinya."


Hendery memasang pose berpikir. Malam pun tiba. Hendery meninggalkan mansion sebentar untuk mencari susu yang bisa Ajun minum. Matanya menemukan sesuatu. Binatang dengan corak hitam putih di sebuah ladang.


'Itu dia! Tentu Ajun butuh susu segar.' segera Hendery menghampiri sapi itu lalu mengusap puncak kepalanya. Membius sang sapi agar tidak mengeluarkan suara sementara dia jadi leluasa memeras susu sapi tersebut.


Sapi-sapi yang lain hanya melihat. Tidak berani mendekat. Hendery memasang mata merahnya lalu menatap penuh intimidasi. Mengangkat jari telunjuk di bibir, "Ssstt.." katanya yang membuat para sapi terdiam ketakutan.

Selesai, Hendery pun menuju Mansion kembali. Tidak disangka, Ajun masih keenakan tidur sejak pagi. Benar-benar tidak bangun ataupun berteriak lapar.

"Ajun, Daddy bawa susu untukmu. Ayo bangun." Hendery menoel pipi Ajun, tapi tetap sang bayi tidak membuka matanya.

Kehabisan akal dan mulai panik karena takut bayinya kenapa-kenapa, Hendery mengeluarkan api dari tangannya lalu di dekatkan pada kepala Ajun.

Merasa panas, Ajun terbangun. Dia sesenggukan dan menangis kencang. "Syukurlah, kau masih hidup." segera Hendery menggendongnya lalu menyendoki susu yang baru saja ia dapat.

Ajun tetap menangis tidak mau menelan susu. Hendery kebingungan. Ia beralih menuju jendela kamarnya yang besar. Membuka jendela tersebut lalu menatap langit. "Ajun, lihatlah. Mommy bakal marah kalau Ajun gak makan. Dan Daddy juga bisa diomeli kalau Ajun masih nangis. Ajun mau Daddy dimarahi Mommy?" Hendery menunjuk bintang. Tentu Ajun kecil masih belum paham apa yang ia katakan.

ANGELACEWhere stories live. Discover now