Marwa 1 (Mr. Duda)

25.7K 892 22
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





















Bukan impiannya menjadi seorang pengacara. Masa kecilnya baik-baik saja meski diselingi roman tak bercela dari kisah kedua orang tuanya.

Jebolan University of Amsterdam dikenal bertangan besi dalam menyelesaikan kasus. Dari mana karakter keras terbentuk, semua orang tahu jika Marysa Gallio Diraja salah satu wanita yang berperan penting untuk itu.

"Kasus penahanan anak walikota alihkan ke kejaksaan kota."

"Mereka meminta bertemu."

"Untuk rundingan dolar?" sinis dan tajam, kalimat itu ditujukan pada seorang asisten. 

"Ancaman mereka tidak main-main." Greeby semakin mendesak atasannya agar menerima tawaran walikota James Ghino yang ditahan atas tuduhan korupsi juga transaksi senjata ilegal.

"Berikan harga kepalaku kepada mereka."

Greeby meneguk ludahnya. Arti kalimat Marwa adalah wanita itu tidak akan bekerja sama dengan orang nomor satu kota tersebut.

"Akan kusampaikan." Greeby mengeratkan rahangnya. Jika kasus ini dipegang oleh Marwa jelas akan menang. Mulut dan tangan Marwa bekerja dengan sinkron. Marwa tidak mengenal kata kalah.

Asisten Marwa Dewangga Linggar, mencibir pada setiap pasang mata yang menatap lapar pada atasannya. Anggun dan angkuh, dua sirat yang menjadi tantangan untuk setiap lelaki. 

Keberadaan mereka di tengah keramaian sebuah pertemuan, menjadi sorot kamera. 

Marwa dewi di bidang hukum. Yang mengincarnya pejabat kelas atas. Berbagai tawaran akan diterima asalkan sesuai syarat yang diajukan olehnya.

Marwa tidak menyukai tantangan. Terlebih pada kasus yang memang diharamkan di segala penjuru dunia. Ia bisa saja membebaskan tuntutan kepada putra walikota, tapi nuraninya menentang hal tersebut. Semua media memberitakan penangkapan putra James Ghino atas penyalahgunaan narkotika jenis sabu-sabu.

Bukan takut karirnya hancur, melainkan manusiawinya masih sangat waras. Bagaimana pengaruh pada generasi bangsa ke depannya? Goncangan mental akan merusak jiwa, kenapa tidak berpikir sebelum bertindak? Jika dia melakukan karena kekuasaan orang tuanya, kenapa tidak menyuruh James Ghino membebaskannya?

Ketika Greeby menutupi punggungnya dengan selendang, Marwa tidak menahannya. Menghadiri acara tersebut bukanlah sebuah kepentingan. 

Gaun yang dikenakan Marwa cukup menawan mempesona setiap mata yang memandang. Diketahui oleh rekannya, jika Marwa tidak pernah menjalin hubungan meski kerap terlihat bersama laki-laki yang merupakan kolega bisnis.

Jatuh cinta, ia tidak tahu rasa itu. Mungkin jika benar adanya cinta itulah milik ayah dan ibunya.

"Kami merasa terhormat bertemu dengan anda."

Marwa melihat seorang lelaki yang mencegat langkahnya.

Bisikan dari Greeby membuatnya tahu cara mengambil sikap.

"Terimakasih. Bisa beri saya jalan?" datar terkesan angkuh saat Marwa membalas sapaan suruhan James Ghino.

"Anda terburu-buru?"

"Saya rasa anda bisa melihatnya." yang menahan langkahnya laki-laki itu, tidak perlu Marwa menggeserkan langkahnya.

Tanpa membuat kesan, pasang mata liar itu memang sudah tertawan. Wanita berpredikat tinggi itu sulit digenggam meski sering lalu lalang di depan mata.

Duri siap menusuk siapa saja yang berani menyentuhnya. 

"James Ghino melihat ke arahmu."

Bukan hanya dia, dan Marwa tidak perlu menanggapi. Pulang, tidur. Esok hari dunia masih membutuhkannya.

"Dia datang."

Marwa geram. Kenapa orang berpengaruh seperti James Ghino suka mengemis? Kurangkah kekusaan laki-laki itu?

"Selamat malam."

Marwa menjawab dengan tatapannya pada laki-laki yang sudah berada di samping mengiringi langkahnya.

"Dewan butuh pengacara pribadi."

"Kunjungi advokat," jawab Marwa menghentikan langkahnya sebentar. "Banyak list pengacara terbaik." sekalipun dirinya tahu, bahwa tak ada yang bisa mengunggulinya.

"Anda keberatan?"

"Saya sedang mengurus kepulangan saya ke Indonesia."

"Masih ada waktu enam bulan."

Siapa dia berani mengatur sulungnya Dewangga Linggar? "Sedetik, terlalu berharga untuk saya lewati."

Itu bukan kalimat bagus. Sayangnya, James yang membeli kalimat itu. Bukan Marwa tidak tahu jika James mengenalnya dengan baik. Jika tidak mana mungkin orang nomor satu di kota itu menunjuk dirinya sebagai pengacara untuk kasus anaknya.

Marwa akan menangani andai saja kasus yang menimpa putra walikota tidak terkait dengan barang haram tersebut.

Tanpa berpamitan lagi, wanita berusia 27 tahun itu melenggang dari hadapan walikota. Pengaruh Marwa cukup kuat di institusi peradilan. Terlebih ada orang yang berdiri di belakangnya. Seorang laki-laki yang dihormati Marwa sebagai senior yang juga merupakan suami seseorang.




 SAMA AKU AJA Where stories live. Discover now