Gerbang Rumah Tangga

Start from the beginning
                                    

"Sabar," gumam Nuha, "ini baru awalnya karena mungkin akan lebih dari ini."

Demi menghilangkan kecanggungan Nuha memberanikan diri berbicara dengan suaminya.

"Nuha harus panggil apa setelah kita suami istri?" tanya Nuha dengan mode canggung.

"Terserah," jawab Ghalib dengan malas.

"Aa kalau di Sunda, Mas kalau di Jawa, Uda kalau di Padang, enaknya apa?" tanya Nuha kembali dengan mengabsen nama-nama panggilan pria di suatu daerah.

"Terserah," jawab Ghalib masih dengan mode malasnya.

"Dari tadi terserah terus."

"Kan yang mau manggil kamu bukan saya," ketus Ghalib.

"Biar romantis atuh kaya pasangan lain," protes Nuha dengan tangan memilin-milin ujung kerudungnya.

Ghalib hanya menghembuskan nafas dengan kasar karena baginya ternyata berat menjalani pernikahan ini karena Helena masih menjadi ratu di hatinya.

"Ya udah panggil Mas aja ya walau kita sama-sama asli sunda, walau aku ada turunan jawa karena bapak dari Jawa."

Ghalib tak menggubris dan memilih melangkahkan sepasang tungkainya menuju kamar mandi. Seharian menggunakan pakaian pengantin dengan memberikan senyum manis penuh kepalsuan membuat dirinya merasa penat dan juga dilanda pusing hingga ingin secepatnya mandi dan rebahan.

Nuha hanya mematung dengan tangan yang masih memilin ujung kerudung. Ingin rasanya romantis seperti pasangan lain setelah acara pernikahan sekali pun mereka menikah melalui jalur perjodohan. Mungkin ini adalah nasib pernikahannya yang mana dirinya harus berjuang membuat suaminya sembuh dari luka kehilangan calon istrinya.

Nuha berpikir keras harus bagaimana memulai untuk membuat suaminya itu luluh dan berpindah haluan dengan mencintainya. Cukup lama berpikir hingga tidak menyadari bahwa Ghalib telah selesai dengan ritual mandinya.

"Mau sampai kapan kamu berdiri di sana? masih mikir harus manggil aku apa?" tanya Ghalib dengan sedikit ketus.

Nuha menganggukan kepalanya dan tetap memberikan senyum manisnya walau tidak dapat dipungkiri perih di hati itu ada.

"Ya udah sesuai mau kamu aja mau manggil aku apa."

Ghalib berjalan ke ranjang dan berniat merebahkan diri karena memang merasa penat dengan berbagai pemikiran yang beberapa hari membuat kepalanya pusing.

Nuha memberikan sebuah buku kecil yang dibawanya dari rumah kepada suaminya.

"Apa ini?" tanya Ghalib yang tidak mengerti dengan maksud istrinya itu.

"Tuliskan yang tidak kamu suka baik makanan atau pun hal-hal lainnya. Itu bertujuan agar aku mudah dalam mempersiapkan semua keperluan kamu, M..mmaas." gugup karena pertama kali memanggil dengan kata Mas.

Hanya sbentar Ghalib menuliskan apa yang diperintahkan oleh Nuha dan Nuha berpikir bahwa Ghalib adalah orang yang tidak rewel dalam berbagai hal hingga yang dituliskan pun hanya sebentar.

"Ini..." Ghalib memberikan kembali buku kecil yang sudah ditulisnya itu.

"Apa yang membuat kamu mencintai aku?" inilah yang dituliskan Ghalib untuk istrinya.

Nuha mendecak karena untuk menuliskan hal yang disukai dan tidak disukai ini malah bertanya.

"Aku gak tau, mas, yang aku ingat bahwa aku merasa bahagia ketika kamu mengirim pesan kepadaku dan aku selalu menunggu kamu kirim pesan walau hanya sebatas tanya kabar. Itu terasa ketika aku duduk di bangku SMA," tutur Nuha dengan sedikit memalingkan wajah ke arah lain karena malu dengan kejujuran hatinya.

"Terkait tiga tahun yang lalu apa yang kamu rasakan atas penolakan dariku?" tanya Ghalib dengan rasa ingin tahu yang besar.

"Aku malu dan aku ingin menarik kata-kataku kembali karena merasa aku seperti wanita murah yang menawarkan diri kepada pria untuk dinikahi. Aku juga merasa semakin jauh dari mu tapi semakin dekat dengan Allah karena kejadian itu."

"Aku minta maaf atas kejadian tiga tahun yang lalu."

"Tak apa karena buktinya kita berjodoh kan, mas? Karena ini adalah kuasa Allah yang tidak pernah disangka olehku atau pun olehmu bukan? Karena setelah mengetahui kamu akan menikah aku berusaha menghapus semua tentang kamu dalam hidup aku."

Ghalib mengangguk dan berusaha membaringkan tubuhnya untuk meyelami alam mimpi.

"Mau langsung tidur?" tanya Nuha.

"Hmmm..." Ghalib hanya bergumam dengan tangan yang menutupi matanya karena merasa pusing.

"Kita tidak akan seperti pasangan lain setelah menikah?" tanya Nuha dengan malu-malu.

"Seperti pasangan lain bagaimana?" Ghalib sebenarnya bukan tidak tahu mengenai pertanyaan Nuha tapi dirinya benar-benar merasa pusing.

"Itu..."

"Itu apa, Nuha, yang jelas kalau bicara."

"Tau ah." Nuha membaringkan tubuhnya membelakangi suaminya dan merasa malu karena kembali memulai terlebih dahulu sebagai seorang wanita. Sedangkan Ghalib malah tersenyum kecil karena seolah sikap Nuha itu lucu dan menggemaskan tapi di lain sisi dirinya teringat Helena yang seharusnya berbaring di sebelahnya kini.


Bersambung

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 15, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Penantian CintaWhere stories live. Discover now