Pinangan

14 3 0
                                    

Tak pernah disangka pada malam ini keluarga Ghalib datang untuk melamar Nuha. Padahal beberapa hari yang lalu hati Nuha terguncang setelah mendengar kabar bahwa Ghalib akan menikahi wanita pujaan hatinya. Manusia hanya bisa berencana sedangkan Allah punya skenario hidup manusia yang tidak pernah disangka-sangka.

"Bagaimana, Nuha?" tanya Lilis dengan rasa was-was, "Ghalib memang pernah menyakiti kamu dengan penolakan tiga tahun lalu, tapi hari ini kami datang meminta kamu untuk menjadi pendamping Ghalib dan menjadi penyembuh hati Ghalib." Lilis menatap Nuha dengan penuh harap. Ah... dulu Fatimah yang menurunkan egonya demi putrinya, kini Lilis yang menurunkan ego demi putranya.

Nuha sudah mendengar dari ibunya terkait bahwa, ibunya Ghalib datang ke rumah tempo hari dengan berniat menjodohkan Nuha dan Ghalib. Nuha sepanjang malamnya meminta kepada Allah untuk diberikan petunjuk dalam mengambil keputusan.

Nuha sekilas melihat ke arah Ghalib yang duduk di sebrang dirinya. Ghalib hanya memandang Nuha sekilas untuk mengetahui jawaban apa yang akan diberikan oleh teman kecilnya itu.

"Bismillah... Nuha menerima pinangan ini dan Nuha meminta waktu menuju akad tidak lebih dari dua bulan dari hari ini." suaranya nampak terdengar gemetar karena gugup dan juga ada rasa ingin menangis. Menangis karena merasa tidak percaya dengan skenario Allah swt. untuknya.

"Alhamdulillah." Serentak orang-orang yang berada di ruangan tamu rumah keluarga Santoso mengucap syukur kecuali Ghalib yang terdiam dengan pandangan mata kosong.

Nuha masih menatap Ghalib yang tidak menunjukan raut wajah bahagia seperti orang tuanya. Semua orang tahu bahwa Ghalib masih diselimuti duka atas kepergian calon istrinya. Nuha bertekad akan menjadi penyembuh luka hati Ghalib walau Nuha tahu bahwa Ghalib tidak bahagia dengan perjodohan ini.

Setelah pinangan diterima semua orang berdiskusi terkait tanggal, tempat dan juga konsep pernikahan. Ghalib menyerahkan semuanya kepada orang tuanya dan akan menerima apa pun keputusan kedua keluarga. Pasrah itulah keadaan Ghalib saat ini.

"Berarti sebulan lagi menuju pernikahan, apakah tidak terlalu cepat?" tanya ibunya Nuha setelah mendengar usulan dari keluarga Ghalib.

Keluarga Ghalib menginginkan pernikahan dilaksanakan di tanggal seharusnya Ghalib menikah dengan Helena. Semua agar tidak terlalu banyak biaya yang keluar. Undangan yang hanya tinggal megganti nama serta tempat dilangsungkannya akad dan resepsi. Pun biaya wedding organizer yang sebelumnya sudah dibayar untuk pernikahan dengan Helena tidak hangus begitu saja, hanya biaya sewa gedung saja yang kembali setengahnya karena sewa gedung dibatalkan. Dengan Helena pernikahan akan dilangsungkan di Jakarta, sedangkan dengan Nuha di Bandung. Jadi mau tidak mau sewa gedung yang di Jakarta harus dibatalkan.

"Ghalib, Nuha, kalian bagaimana? Apakah setuju akhir bulan depan?" Ibunya Ghalib menatap putranya dengan gemas karena terus saja diam tanpa kata.

"Bila itu dirasa baik Insyaallah Nuha setuju."

"Ghalib, bagaimana?" Burhan bertanya kepada putranya.

"Ghalib ikut kalian saja."

"Berarti Insyaallah kalau tidak ada halangan kita semua setuju di akhir bulan depan. Semoga Allah beri kita kelancaran sampai hati H nanti," ucap Burhan dengan wajah yang menyiratkan kebahagiaan. Rasa bersalah tiga tahun lalu seolah terbayar dengan perjodohan ini. Rasa canggung kepada Santoso akhirnya sirna sudah karena akan berbesanan.

"Saya akan kembali ke Jakarta lusa. Saya sudah terlalu lama di Bandung dan kasihan teman-teman saya karena banyak pekerjaan yang saya tinggalkan. Untuk persiapan pernikahan saya serahkan semuanya kepada Nuha dan Mama saya," ucap Ghalib dengan gamblang.

"Tidak apa-apa kamu bekerja saja, untuk persoalan lainnya biar Mama yang urus," tutur ibunya dengan menepuk pundak putranya itu.

Setelah semua diskusi dirasa cukup, keluarga Ghalib akhirnya memutuskan pulang. Ghalib merasa lega ketika menghirup udara di luar setelah di dalam rumah Nuha tadi harus menampilkan kepalsuan berupa senyum terpaksa.

Penantian CintaWhere stories live. Discover now