"Misalkan nih ya, Kak Biru jadian sama cewek sejenis Lea aja gue belum tentu rela, apalagi ini jadiannya sama upik abu kayak Rubi. Iuuu banget, pengen gue santet aja rasanya cewek gak tau diri itu."

Rubi menghentikan langkahnya, siapa yang tidak sakit hati mendengar hinaan sekejam itu? Bahkan orang yang menghina itu tidak sepenuhnya mengenal Rubi. Barangkali, siapapun orangnya pasti akan merasakan sakit hati.

Tiba-tiba Biru menautkan jari jemarinya dengan jari jemari Rubi.

Rubi menoleh, ia sedikit kaget dengan genggaman Biru yang tiba-tiba.

Biru menarik Rubi lembut, untuk mendekat ke meja anak-anak SMA yang sedang bergosip ria itu.

"Hello adik-adik,"sapa Biru dengan tenang.

"Kak Biru?"

Anak-anak SMA itu pucat pasi, antara bahagia dan takut. Bahagia karena bertemu langsung dengan idola udah gitu disamperin langsung, satu sisi juga merasa takut kalau-kalau Biru sempat mendengar kata-kata kejam yang baru keluar dari mulut salah satu di antara mereka tadi.

"Kalian Bagian dari Ombak Biru bukan?"

"Iya Kak, kita fans banget sama Kakak."Anak-anak itu tiba-tiba histeris.

"Dengar ya adik-adik, saya tadi mendengar dengan jelas hinaan yang kalian ucapin untuk pacar saya, Rubi. Kalau kalian mengaku sebagai Ombak Biru sudah seharusnya kalian bisa menerima kehadiran Rubi, setidaknya menghargai Rubi dengan tidak menyebarkan rumor jelek atau menjelek-jelekkannya, karena Rubi itu pacar saya, pacar dari idola kalian.  Rubi itu pilihan saya, bukankah seharusnya seorang fans harus bisa menghargai pilihan idolanya? Rubi itu bukan suatu kejahatan, bukan narkoba atau sejenisnya, jadi Rubi itu bukan pilihan yang mengarahkan saya ke suatu kejahatan bukan? Seharusnya tidak ada sih alasan kalian untuk membenci Rubi."

Biru meremas jemari Rubi, mengisyaratkan kalau semuanya akan baik-baik saja.

"Saya tidak menuntut kalian untuk menyukai Rubi, saya hanya berharap kalian bisa menghargai pilihan saya, simple bukan?"sambung Biru lagi.

"Iya Kak. Kita minta maaf, kita janji gak akan mengulanginya lagi."

Nyali para anak SMA itu menciut, siapa sangka di siang hari ini mereka harus mendapat siraman rohani dari idola mereka sendiri.

"Iya kita maafin, Kalau begitu silahkan makannya dilanjut lagi, kami pergi dulu."Biru pamit dengan sopan kepada para fansnya.

Dengan jari jemari yang masih bertaut, Rubi mengikuti langkah Biru yang menuju pintu keluar.

"Terimakasih ya,"ucap Rubi.

"Untuk?"tanya Biru menggoda.

"Untuk yang tadi, terimakasih Mas udah belain Rubi."

"Iya sama-sama. Lo gak boleh sedih gara-gara perkataan mereka itu ya. Ingat, hari ini lo ulang tahun orang yang lagi ulangtahun itu gak boleh sedih-sedih, harus bahagia."Biru mengacak rambut Rubi, gemas.

"Mas!"Rubi menyingkirkan tangan Biru dari atas rambutnya.

"Rambut Rubi jangan diacak-acak gitu dong,"protes Rubi tidak terima.

"Rambut lo kok lengket? lo udah berapa minggu gak keramas woy!"goda Biru.

"Eh jangan ngaco dong, Mas. Tadi pagi Rubi keramas tau."Rubi mengerucutkan bibirnya.

"Beneran keramas tadi pagi? Kok masih lengket, gak bersih berarti nyucinya. Jorok banget sih lo!"Sekarang Biru malah menoyor kepala Rubi dengan santai.

"Mas!"Rubi berdecak kesal.

Rambutnya dikatain lengket, dan sekarangnya kepalanya ditoyor, kurang menderita apa lagi Rubi berada di sekitar manusia semena-mena seperti Biru.

"Lo pikir kalau bibir lo dimaju-majuin gitu, jadi keliatan imut? Enggak! Malah keliatannya kayak Soang yang mau matok."

"Mas ini jadi laki-laki kok nyinyir banget ya, Rubi jadi kepengen ngelakban mulut, Mas!"Rubi menghentakkan kakinya kesal.

"Biarin yang penting fans gue banyak."Biru menjulurkan lidahnya, mengejek.

"Gunting mana gunting, pengen Rubi potong rasanya lidah Mas itu."

"Lo kira mulut gue kerajinan tangan woy, mau dilakban lah mau digunting lah,"ucap Biru bernada, terdengar semakin menyebalkan.

"Bodo amat ya, Mas."

Rubi melambaikan tangannya, tanda menyerah dengan mulut nyinyir Biru. Rubi berjalan cepat mendahului Biru yang masih cekikikan, menertawakan Rubi.

Walaupun menyebalkan, diam-diam Rubi merasa senang mendapatkan hiburan gratis dari Biru, sejenak Rubi bisa melupakan rasa sakit hatinya.
...

Tbc

BI-RU Donde viven las historias. Descúbrelo ahora