"Mas gak tau sih kehidupan Rubi di kampung itu gimana kerasnya. Buat makan aja kadang susah, Mas. Jadi kami gak pernah punya waktu untuk mengingat hal-hal seperti ini."
Biru terdiam, Biru sama sekali tidak menyangka alasan kenapa Rubi bisa lupa dengan hari ulangtahunnya karena alasan semacam itu.
"Maaf ya, gue gak tau kalau selama ini hidup yang lo jalani sampe segitunya, gue gak ada maksud buat nyinggung lo kok, sekali lagi maaf ya."Biru jadi merasa bersalah.
"Ah jangan mendadak jadi mellow dong, Mas. Gak cocok ih, Rubi bilang gitu bukan untuk minta dikasihani ya, Rubi cuma mau menjelaskan alasannya aja. Mas gak usah natap Rubi dengan tatapan kasihan gitu, Rubi gak suka."Rubi terkekeh untuk mencairkan suasana.
"Eh ngomong-ngomong, kok Mas bisa tau tanggal lahir Rubi?"Rubi mengalihkan pembicaraan.
"Dari CV lamaran lo."
"Oh dari situ, kalau gitu makasih ya Mas udah repot-repot nyediain ini."
"Iya, selamat ulang tahun ya. Semoga kedepannya kehidupan lo lebih menyenangkan."
Rubi tersenyum, senyuman yang sangat manis. Jujur saja, Rubi merasa sangat bahagia karena baru ini pertama kalinya ada yang merayakan ulang tahunnya, sejarah baru dalam 23 tahun hidupnya di dunia ini.
"Ayo potong kuenya."
Rubi mengikuti Biru dari belakang. Lalu Biru menyerahkan kue itu kepada Rubi.
"Gue emang gak tau ya alasan yang ngebuat lo jadi tiba-tiba murung beberapa hari ini. Tapi yang gue tau, kalau kita lagi ulang tahun itu harus bahagia, setidaknya berusaha menjadi orang yang bahagia untuk satu hari ini saja. Jadi, khusus untuk hari ini jangan pasang ekspresi nelangsa lo itu dulu ya, coba lo senyum dulu,"perintah Biru.
Rubi mengikuti arahan Biru, ia menyunggingkan senyumnya, memamerkan giginya yang rapi dan bersih.
"Nah, kalau lo senyum gini kan keliatan cantik,"puji Biru tanpa sadar.
"Lah, Mas baru sadar kalau Rubi itu cantik?"mood Rubi untuk beradu mulut dengan Biru sepertinya perlahan mulai kembali.
"Dih geer banget lo, najis ewww."Biru mengatakan itu lengkap dengan ekspresi julidnya.
"Gak usah malu-malu, Mas. Rubi orangnya rendah hati kok, gak sombong. Kalau mau muji, muji aja gak usah sungkan-sungkan."Rubi tertawa renyah.
"Sakit ini orang."Biru masih menunjukkan ekspresi julidnya.
"Potong buruan kuenya."Biru menunjuk kue yang sudah berpindah tempat ke atas telapak tangan Rubi.
"Iya, Mas."
Rubi lalu memotong kue ulang tahun pertamanya itu.
"Potongan pertama buat, Mas."Rubi menyodorkan potongan pertama tersebut untuk Biru.
"Ya mau sama siapa lagi coba, disini cuma kita ada berdua."
"Galak amat sih."Rubi tertawa renyah.
"Ngomong-ngomong, sekali lagi terimakasih ya, Mas."Rubi mengucapkan rasa terimakasihnya dengan tulus.
"Iya sama-sama."
Selain menyiapkan kue, Biru juga mentraktir Rubi makan sepuasnya, hitung-hitung sebagai hadiah ulang tahun untuk Rubi.
...
Saat berjalan keluar dari restoran, tanpa sengaja Rubi dan Biru mendengar anak-anak SMA yang bergosip tentang hubungan mereka, sangat disayangkan anak-anak muda itu sepertinya penganut prinsip idola itu milik fans. Beberapa ujaran kebencian untuk Rubi mereka utarakan dengan semangat yang membara.
YOU ARE READING
BI-RU
RomanceBiru, sosok lelaki yang tempramental, hoby-nya marah-marah, mengalami trauma soal percintaan. Karena hubungannya kandas dengan alasan yang sangat jarang terjadi. Rubi, gadis dari desa yang datang ke Jakarta untuk mengadu nasib, membantu orangtuanya...
Part 18
Start from the beginning
