Genei Ryodan Bagian I : Hisoka no Ecchi!

1.5K 207 100
                                    

Elaina side-

"Kenapa kau menolak?" ujar Ketua Genei Ryodan dengan suara khasnya, tentu saja aku tidak mau. Memangnya siapa yang yang mau bergaubung dengan kelompok yang pekerjaannya mencuri dan membunuh? "Intinya aku tidak mau bergabung." Kulihat ia tertawa pelan mendengar jawabanku.

"Kesampingkan soal dia bos, masih ada hal yang lebih penting." Pria dengan kasual olahraga yang baru saja kulempar tubuhnya menunjukan raut wajah serius. Ada apa ya? Oh benar juga, disini tidak ada Uvogin. Apa telah terjadi sesuatu? Pandangan mata ketua Genei Ryodan menoleh ke arah anak buahnya. "Pengguna rantai itu pasti salah satu pengawal sebuah keluarga kolongmerat atau dia anak buah Mafia." ujar Ketua Genei Ryodan.

Aku menoleh ke kanan tempat Hisoka berdiri, ia sekilas melirikku namun, perhatiannya ia fokuskan kembali kepada ketua dari Genei Ryodan. Huh dasar!

Tempat ini sangat gelap, hanya lilin sebagai penerangan, sekarang sudah jam berapa? Aku mau pulang. Kalau saja aku tau akan seperti ini, aku pasti akan membawa ransel yang berisi banyak makanan. Sekarang lihat? Aku tidak membawa makanan satu pun. Sebenarnya ada sih satu, tapi itu hanya sebuah permen. Kalau diingat-ingat aku belum makan apapun sejak pertandingan adu panco. Ah ini menyebalkan sekali.

"Aku, Shalnark beserta yang lainnya akan menolong Uvo kecuali Feitan dan Pakunoda kalian akan menjaga ketua." ujar pria dengan yukata polosnya yang berwarna ungu pudar tak lupa katana yang tergantung di pinggangnya, kepada ketua mereka, aku dengar namanya Nobunaga. Kulihat ketua mereka setuju, tetapi raut wajahnya sulit dijelaskan. Ia kembali fokus pada buku di tangannya.

Pada akhirnya sebagian aggota laba-laba pergi dari tempat kumuh dan lusuh ini hanya menyisakan 8 orang diruangan ini termasuk aku. Pria cebol disampingku menyeretku ke batu yang mungkin bekas tiang pondasi bangunan ini, ia membenturkan punggungku dengan kasar akibatnya kepalaku juga ikut terbentur membuat pandanganku sedikit buram.

Ia mengikatku pada batu itu menggunakan rantai. Aku memberontak tentu saja, seluruh tubuhku terasa ngilu. "Hei lepaskan aku!!" ucapku kesal pada cebol yang bernama Feitan.

Ia hanya melirikku sekilas kemudian berjalan menuju batu besar yang ada disampingku, ia duduk di atas batu itu dengan santai, kakinya yang kecil menggantung di atas tanah, wajahnya ia benamkan kedalam kerah bajunya yang panjangnya sampai menutupi hidung-nya. Aku menghela napas pelan, dalam situasi ini aku tidak boleh bertindak gegabah. Tapi yang benar saja, aku sulit bernafas karena rantai ini benar-benar melilit dengan kencang. Belum lagi naju yang kupakai double, ah habislah sudah.

Tapi ada bagusnya juga dirantai di batu besar ini, sekarang aku bisa mengamati mereka dengan leluasa. Hal yang aneh adalah, disini tidak ada orang yang membunuh nenek. Apakah ia sedang pergi ke suatu tempat? atau ia sedang membunuh orang lain di waktu senggangnya?

Kalau saja ia ada disini, aku pasti akan... aku akan memperlihatkan neraka yang sesungguhnya. Aku menoleh kepada Hisoka yang tiba-tiba turun dari tempat duduknya di dekat kaca yang cukup tinggi. "Ah, benar juga, aku sudah berjanji bertemu seseorang. Aku pergi dulu." Apakah ia tidak ada niat untuk menolongku?

"Ya, silahkan. Selama kau sudah kembali sebelum jam 6 sore besok" ujar Ketua laba-laba tanpa menghilangkan fokusnya pada buku. Hisoka berjalan tetapi ia kembali menghetikan langkah kakinya.

"Apa beberapa kejahatan Hisoka?"

"Tentu saja" Hisoka dengan senyum smirk miliknya menjawab dengan santai. Ia menoleh padaku, ia seakan memberi kode lewat tatapan matanya. "Kau jangan berbuat macam-macam jika tidak ingin mati." Apa-apaan badut mekdi itu, dia kira aku akan takut? Tentu saja tidak. Aku balas menatapnya tajam kemudian, ia melenggang pergi. Aku melihat punggung-nya yang perlahan menghilang termakan kegelapan.

✦・𝙒𝙝𝙤 𝘼𝙢 𝙄 || Hunter x HunterWhere stories live. Discover now