Chapter 7 : The Destroy of Dreaseallie's Ring

18 6 0
                                        

     Yuki membawa mereka berempat ke Hutan Perbatasan yang dimana tempat istana Queen Yongsun dan asrama para murid Assembled tinggal.

     "Dimana kita?" tanya Dongju.
     "Kita harus cepat, aku membawa kalian kemari untuk menemui Haruto," ucap Yuki.
     "Baiklah, ayo!" Mereka berlima terbang dengan sangat cepat bagaikan kilat, terkecuali Dongju yang merasa ia tak akan memiliki sayap lagi.
     "Ada apa, Dongju?" tanya Hwanwoong.
     "Sayapku."
     "Mari, aku bantu!" Hwanwoong membantu Dongju dengan memegang tangannya.

     Hanya beberapa menit, mereka sampai di asrama Flotia. Beruntung, Haruto sedang mengecek kamar para murid Flotia.

     "Haruto!" panggil Dongju.
     "Hyung? Ada apa?"
     "Bolehkah aku minta bantuan kepadamu?"
     "Boleh, ada apa?"
     "Bisakah kau membawakan ku cincin leluhur mu?"
     "Untuk apa?"
     "Kami harus menghancurkannya."
     "Apa?! Tidak, tidak mungkin?!"
     "Tolong, Haruto! Demi hidup kita bersama," ungkap Yuki.
     "Juyeon Lee mengirim pesan untuk perang kepada kita semua, seluruh Britherland."
     "Tolong, Haruto," ungkap Hwanwoong.
     "Baiklah, aku akan membawa kalian mencari cincin itu."

     Tak lama, The Mortality Hyojung, Sangyeon, dan Soobin datang untuk menyerang mereka.

     "Mereka datang!" ucap Dongju.
     "KEJAR MEREKA!!!!" teriak Hyojung. Sangyeon mengeluarkan sihir memunculkan pasukan para peri, pasukan itu mematuhi perintah dari tuannya.
     "Kejar mereka, pasukan!" perintah Sangyeon.
     "Haruto! Tunjukkan jalannya cepat!!"
     "Baik! Ikuti aku!"

     Mereka berlima terbang secepat kilat, Hwanwoong dan Yuna membantu Dongju untuk terbang lebih cepat. Pasukan peri itu tak kenal lelah, mereka menyerang Dongju dan teman - temannya.

     Pasukan peri semakin mendekat, mereka berenam semakin lelah dan tidak sanggup untuk terbang.

     "Aku harus menghentikannya." Yuna berinisiatif untuk menghentikan pasukan peri itu. "Stormaera!" Sihir awan gelap datang menghampiri pasukan peri itu, kilat dan hujan datang membasahi pasukan peri.
     "Lanjutkan, Yuna!" ucap Hwanwoong.
     "Kalian duluan, aku akan mencoba untuk menghentikannya!" perintah Yuna.
     "Hati - hati, Yuna."

     Dongju, beserta temannya, dan juga Haruto terbang dengan cepat meninggalkan Yuna. Ia terus menerus menyerang pasukan peri. Namun, pasukan itu semakin banyak jika ia menyerang. Yuna dengan cepat terbang mengikuti Dongju yang sudah lumayan jauh. Pasukan peri kembali menyerang Yuna, hingga Hyojung yang sudah tak tahan, langsung menyerang Yuna dengan sihir gabungan.

     "Nekrosoul!"
     "Aakk!!" Yuki terjatuh dan tersungkur ke depan, ia terbaring lemas dengan sebagian sayapnya yang sobek.
     "Rasakan!"

     Yuna yang sudah tak tahan lagi, menutup matanya perlahan, dan ia meninggalkan dunia tanpa sepengetahuan Dongju dan yang lain.

-----

     Dongju, Haruto, Hwanwoong, Eunseong, dan Yuki sampai di sebuah gua tersembunyi yang tidak diketahui para peri, penyihir, duyung, atau goblin.

     "Dimana kita?" tanya Eunseong.
     "Cincin itu tersembunyi di gua ini, akan kutunjukkan dimana tempatnya, ikuti aku!" ajak Haruto dan diikuti oleh mereka berempat. Namun, pasukan peri dan The Mortality ada dibelakang mereka.
     "Cepat ikuti mereka!" perintah Sangyeon.
     "Baik, Tuan," ucap salah satu pasukan peri.

     Dongju dan keempat temannya sudah berada di tengah gua. Tetapi, Haruto masih belum menunjukkan dimana jalan lain menuju cincin itu.

     "Aku merasa tidak enak," ucap Yuki.
     "Ada apa?" tanya Dongju.
     "Perasaanku tak enak."
     "Alah, mungkin itu cuman angin lewat," sela Hwanwoong.
     "Kita belok sini!" ajak Haruto. Setelah sekian lama, mereka akhirnya berbelok ke kanan gua. Akan tetapi, saat ingin berbelok pasukan peri datang menghampiri mereka. "Cepat, masuk! Lurus saja sampai kalian menemukan kotak perak berlambangkan api! Cepat! Aku akan menghalanginya," perintahnya.
     "Hati - hati, Haruto!" ucap Yuki. Mereka masuk ke dalam, mencari kotak perak yang dimaksud Haruto.

     Sementara itu di luar belokan, Haruto sedang berjuang untuk bertahan hidup dari pasukan peri. Pasukan itu sungguh kuat, namun Haruto tak lengah menghadapinya. Suasana menjadi sangat tegang, saat Hyojung akan menghampiri Haruto. Di dalam belokan itu, Dongju berhasil menemukan kotak perak, ia langsung membuka kotak itu, membuang cincin itu ke tanah, mengeluarkan pedangnya, dan menghancurkan cincin itu hingga berkeping - keping. Asap hitam muncul dari cincin, asap itu bergerak keluar ke arah gua yang mereka lewati.

     Saat bertarung, Haruto, pasukan peri, dan The Mortality melihat asap itu keluar dari gua, asap itu kemudian ke atas dan meledak. Hyojung yang tahu bahwa itu adalah kehancuran Aeter Num, tanpa ampun, langsung menyerang Haruto.

     "Akhhh!! Dasar bodoh, Death Fairy!!" Serangan itu menyerang Haruto tepat di dadanya. Haruto terjatuh lemas, ia menutup matanya perlahan. Dongju dan temannya keluar dari tempat cincin itu dan melihat Haruto telah tak bernyawa.
     "Haruto! Haruto! Bangun!!" Dongju menepuk wajah Haruto, tetapi ia tak kunjung bangun.
     "Tangkap mereka!!!" perintah Hyojung.
     "Tangkap mereka, pasukan peri!" perintah Sangyeon.
     "Elements Shield!" Eunseong membuat perlindungan yang sangat besar dari berbagai elemen peri agar pasukan peri dan The Mortality tidak menyerang mereka.
     "Kerja bagus, Eunseong," ucap Dongju.
     "Soobin! Mengapa kau diam saja! Hancurkan perlindungan ini!!"
     "Leaf Storm!" Sihir daun yang seperti petir menyerang perlindungan itu. Beruntung, perlindungan itu tidak hancur.
     "Ekhhh!! Sangyeon, suruh pasukan peri untuk menghancurkan perlindungan bodoh itu!"
     "Pasukan peri, hancurkan perlindungan itu!!" Pasukan peri mulai menyerang perlindungan itu.
     "Kalian semua, pergi ke Eunseong, dan pegang tanganku!" ujar Yuki.
     "Bagaimana dengan Haruto?" tanya Dongju.
     "Kita bawa, kau dan Hwanwoong bawa dia!" Dongju dan Hwanwoong dengan cepat membawa tubuh Haruto. Mereka berempat kemudian saling berpegangan tangan. Perlindungan yang dibuat Eunseong akan hancur. Yuki mulai mengeluarkan sihir teleportasi.
     "Cepat! Yuki!" ujar Hwanwoong.
     "Telepation!" Yuki berhasil meneleportasi mereka dan bersamaan dengan hancurnya perlindungan itu.
     "Sialan!!" kesal Hyojung.
     "Sekarang bagaimana?" tanya Soobin.
     "Kita sudah kehilangan tiga Aeter Num milik Tuan, Ihhh!! Tuan pasti akan marah kepada kita." Hyojung melipat kakinya dan menaruh kepalanya di lututnya.
     "Pasukan peri, cari mereka berempat! Jika ketemu, beri tahu kami!" perintah Sangyeon.
     "Baik, Tuan."

-----

     Dongju dan ketiga temannya sampai di tempat dimana Yuna gugur.

     "Yuna?!" Dongju seketika panik melihat Yuna terbaring lemah di tumpukan rumput liar. "Yuna?! Bangun!! Yuna!!" Dongju menepuk wajah Yuna, tetapi ia tak bangun.
     "Dia meninggal, dia mengorbankan nyawanya demi kita," kata Hwanwoong. Dongju menundukkan kepalanya dan mulai meneteskan air matanya. Yuki mengelus pundak Dongju dan menenangkannya.
     "Kita sudah kehilangan banyak orang yang membantu kita, aku sangat menyesal."
     "Dongju! Jangan berkata begitu! Kau tak salah!"
     "Tapi, aku kasihan dan menyesal, Yuki!"
     "Janganlah begitu!! Tolong, jangan berkata begitu!" Yuki mulai meneteskan air matanya.
     "Sudahlah, Dongju, ini sudah malam, mari kita hilangkan mereka berdua!" ujar Eunseong.
     "Baiklah, kalian bertiga hilangkan mereka." Dongju bangkit dan berjalan mundur. Sementara, Yuki, Eunseong, dan Hwanwoong berdiri di samping mayat Yuna dan Haruto untuk menghilangkan mereka berdua.

     Saat proses penghilangan, Dongju melihat pasukan peri terbang menghampiri dirinya dan teman - temannya. Dongju mencoba untuk berpikir. Lalu, ia mencoba untuk menyihir dirinya dan teman dengan sihir tak terlihat.

     "Invisible Join!" Dongju tak tahu, apakah sihir nya berhasil atau tidak, ia hanya bisa menutup matanya. Pasukan peri semakin mendekati mereka. Tetapi, mereka tak melihat dirinya dan teman - temannya, mereka hanya melewatinya. Dongju membuka matanya, melihat pasukan peri berterbangan melewatinya. Ia sangat lega bahwa sihir nya masih bisa digunakan.
     "Sudah, sekarang kita akan kemana?" tanya Hwanwoong.
     "The Mortality! Cepat sembunyi!" ujar Eunseong. The Mortality terbang mendekati mereka.
     "Tenanglah, aku sudah menyihir kalian agar tidak terlihat."
     "Sihirmu masih bisa bekerja?" tanya Hwanwoong.
     "Aku tak tahu, itu kebetulan."
     "Tunggu, kita harus pergi dari sini, cepat!" ajak Yuki. Mereka berempat terbang meninggalkan tempat itu, dan pergi yang tak tahu arah tujuan.

-----

Dongju Son 5 : Aeter Num [END]Where stories live. Discover now