Setelah terbang selama hampir 30 menit, Dongju dan tiga temannya terhenti di sebuah gubuk tua dan lusuh yang ada di padang rumput yang sepi. Dongju menoleh kesana kemari, memandangi sekitar, ia merasa tak asing dengan tempat ini.
"Tunggu, sepertinya aku pernah kesini," ujarnya. Ia terdiam, memperhatikan dengan detail gubuk tua itu, ia memejamkan matanya dan berpikir. "Ya! Ini tempat Muses terdahulu," ucapnya.
"Ini tempat yang kau maksud saat kau masuk ke dalam memori Sir Seoho?" tanya Yuki.
"Ya, ini tempatnya, aku ingat orang tuaku berada dipojok gubuk itu."
"Kita istirahat disini saja."
Tak lama, terdengar suara sayap para anggota The Mortality yang ada di sekitar mereka.
"Itu mereka," ucap Hwanwoong.
"Pakai mantra tak terlihat!" perintah Eunseong.
"Pegang tanganku!" Dongju menyodorkan telapak tangannya. Mereka bertiga memegang dengan erat tangan Dongju. "Kalian siap?" tanya Dongju. Mereka bertiga mengangguk. "Invisible!" Hanya beberapa detik setelah pengucapan mantra, The Mortality datang dan langsung menyerang mereka. Untungnya, Yuki mengelak.
"Tunggu? Mantra kita tak bekerja?" tanya Hwanwoong.
"Tidak mungkin, aku sudah mengucapkan mantra itu dengan benar dan kita saling berpegangan."
"Disini kalian rupanya," ucap Keonhee. Ia datang dengan topeng tengkorak hitam dan melepasnya. "Aku disini diperintah untuk membawa Dongju Son ke ketua kami, Juyeon Lee."
"Tidak! Kau tidak boleh!" seru Yuki.
"Minggir!!!" bentak Keonhee. Yuki bersikeras menghalang Keonhee.
"Explosion Leaf!" ucap Yuki. Ledakan hebat berisikan daun - daun membuat The Mortality tersungkur ke belakang. Yuki kemudian berbalik ke arah mereka bertiga. "Dongju! Hwanwoong! Eunseong! Pegang tanganku!" Mereka dengan sigap memegang tangan Yuki. "Telepation!" Mereka berempat menghilang dari gubuk tua itu.
"Tidak!!!!!" jerit Keonhee.
-----
"Dimana kita?" tanya Hwanwoong dengan nafas yang terengah - engah.
"Aku tidak tahu, tapi aku merasa tak asing dengan tempat ini," ucap Yuki.
"Itu aneh, mengapa mantra Dongju tidak bekerja?" tanya Eunseong.
"Iya, coba kau gunakan mantra yang lain!" perintah Yuki.
"Tunggu, akan ku coba." Dongju mengusap kedua telapak tangannya, ia memejamkan matanya, dan kedua tangannya menyodorkan ke arah tanaman yang ada di sebelahnya. "Nekrosoul!" Hasilnya nihil, tanaman itu tidak mati sama sekali. "Ini aneh, aku tidak bisa mengeluarkan sihir ku," ucapnya.
"Ini mengerikan," gumam Yuki. Tanpa pikir panjang, Yuki berkata, "Ayo kita ke sekolah, kita butuh Madam Byulyi dan, Dongju, kau dibelakang kami bertiga." Lalu, Yuki menyodorkan tangannya ke arah mereka dan saling berpegangan tangan,"Telepation!", ucapnya.
-----
Mereka berteleportasi ke sekolah dan secepat kilat bergegas ke ruangan Sir Youngjo. Ditengah perjalanan, mereka bertemu dengan Kangmin Yoo dan Yuna Shin yang sedang terbang sembari memegang buku.
"Kangmin! Yuna!" panggil Dongju.
"Oh, hyung? Dan kalian?! Sudah lama kita tak bertemu!" ucap Kangmin.
"Iya, sama, sudah lama tak bertemu," tambah Yuna.
"Ngomong - ngomong, mengapa tiba tiba kesini?" tanya Kangmin.
"E-e.. Aku yang bertanya mengapa kalian berdua disini?" tanya Dongju.
"Psst!!" Hwanwoong menyenggol siku Dongju dan berbisik, "mereka adalah guru sini sekarang." Wajah Dongju memerah, ia terkejut dan malu menanyakan hal seperti itu.
"Ahh aku lupa, kalau kalian guru disini," ucapnya. Kangmin dan Yuna hanya tersenyum manis. Tanpa berpikir panjang, Dongju bertanya, "kebetulan kalian berdua ada disini, apa boleh aku bertanya sesuatu kepada kalian?"
"Boleh," jawab Yuna.
"Dimana Sir Youngjo?" tanya Dongju.
"Oh, dia ada di ruangannya," jawab Yuna.
"Kalian ikutlah dengan kami."
"Kemana? Kami berdua mau mengajar, hyung," ucap Kangmin.
"Sudahlah, cuman beberapa menit, kami mau menanyakan hal yang penting," ujar Hwanwoong.
"Mengapa tidak bertanya sekarang? Disini."
"Alah, sekalian, yuk! Ikut dengan kami!" Hwanwoong menerkam tangan mereka berdua dan diajaknya ke ruangan Sir Youngjo bersama.
Tok! Tok! Suara ketukan pintu terdengar sangat jelas di lorong yang bising.
"Masuk!" ucap Sir Youngjo dari dalam ruangannya. Dongju membuka pintu itu dan masuk selangkah demi selangkah.
"Eumm.. Sir?!" panggil Dongju.
"Oh?! Dongju?! Mengapa kau ada disini? Bukannya kau seharusnya di rumah? Bagaimana jika rumah kemalingan?"
"Tenanglah, Sir. Dongju sudah menitipkannya kepada Donggeon hyung."
"Syukurlah, jadi ada perlu apa kau kemari?" Pandangan Sir Youngjo kemudian teralihkan ke arah mereka berlima. "Dan, mengapa mereka juga ikut kemari?"
"Yuki, Hwanwoong, dan Eunseong menemaniku dan mereka berdua..." Dongju berhenti berbicara dan langsung bersikeras menanyakan kepada Sir Youngjo. "Sir, kau tahu surat yang diberikan Queen Yongsun?"
"Lalu?"
"Bagaimana cara menghancurkannya?"
Sir Youngjo terdiam, ia menghembus dan mengeluarkan nafasnya perlahan - lahan, ia kemudian berkata, "Kau tahu kamar rahasia milik asrama Flotia?" Dongju mengangguk, "Carilah potongan pedang milik leluhur Jaehee di kamar rahasia itu, kemudian kau akan menemukan catatan disana," ucapnya.
"Potongan?" tanya Yuki.
"Ya, menurut rumor, Juyeon-lah yang menghancurkan pedang itu dan menyembunyikannya di beberapa tempat termasuk kamar rahasia itu. Tapi, aku tidak tahu apakah itu betul apa tidak."
"Tunggu, Juyeon? Juyeon Lee? Apa maksudnya?" tanya Kangmin.
"Ini berhubungan dengan kalian juga, kami segera kembali, kalian boleh mengajar," ucap Dongju.
-----
Krekk!! Suara pintu terbuka, asrama Flotia sangatlah sepi, terkecuali seseorang yang berdiri memandangi sebuah lukisan di dekat bunga mawar yang besar. Dongju dan tiga temannya berjalan dengan penuh hati - hati, namun itu gagal. Seseorang itu menoleh ke arahnya, menampakkan dirinya sebagai Haruto.
"Haruto? Kau juga disini?" tanya Eunseong.
"Eumm, ya, kalian tahu!" ujar Haruto.
"Apa?" tanya Hwanwoong.
"Aku diterima sebagai guru pengajar Sihir Hitam kedua serta menjadi penjaga asrama ini."
"Wahhh, baru kali ini Assembled memiliki 2 guru pengajar sihir hitam," ujar Eunseong.
"Sebenarnya, Kangmin pengajar Matematika kedua dan Yuna pengajar Sihir Peri."
"Ahhh.. Kita tadi bertemu dengan mereka juga," ucap Dongju.
"Ngomong - ngomong, apa yang membuat kalian kemari?" tanya Haruto.
"Kami sedang mencari sesuatu yang ada di kamar rahasia asrama ini," kata Dongju.
"Hanya peri Flotia yang dapat masuk, kalian dilarang."
"Tolong, Haruto! Beri kami izin untuk masuk!" harap Dongju dengan pupil mata hitamnya membesar. Haruto terdiam, ia berpikir.
"Baiklah, bagaimana kalau aku yang masuk?" ucapnya. Mereka berempat bahagia. "Memang nya apa yang membuat kalian ingin masuk ke kamar itu?" tanyanya.
"Kau tahu potongan pedang milik leluhur Jaehee?" tanya Dongju.
"Maksudmu potongan Pedang Tembaga Tritania?"
"Aku tak tahu, tapi mungkin.. Iya."
"Ok, akan ku ambilkan, aku tahu potongan itu dimana." Haruto masuk ke dalam kamar rahasia dan mencari potongan pedang itu.
Tak lama, Haruto keluar dari kamar itu dan membawa potongan pedang yang merupakan pegangannya. Tak hanya itu, ia membawa sebuah kotak kecil berwarna kuning keemasan. Haruto menutup rapat pintu kamar itu dan bertanya, "kau ingin menghancurkan Aeter Num, bukan?"
"Bagaimana kau tahu?" Dongju terkejut.
"Didalam kotak kuning ini terdapat secarik kertas yang bertuliskan seperti itu dan terdapat tulisan yang aku tak mengerti."
"Sini, biar aku lihat," sela Hwanwoong. Ia mengambil pedang dan kotak yang ada di tangan Haruto, ia membuka kotak itu dan membacakannya, "disini tertulis bahwa selamat anda telah menemukan 3 potongan Pedang Tritania, carilah 2 potongan yang lain di seluruh Britherland. Salam hormat, seseorang yang ingin memaafkanmu."
"Memaafkanmu?" gerutu Dongju.
"Apalagi Hwanwoong? Tulisan yang Haruto tak bisa baca?" tanya Yuki.
"Tunggu," kata Hwanwoong. Ia menyipitkan matanya, mulutnya tiba tiba tergagap melihat tulisan itu. "Aku tidak tahu, aku juga tidak bisa membacanya, coba kau Dongju!" Hwanwoong menyerahkan secarik kertas itu kepada Dongju.
"Ini tulisan Yunani," ucapnya. Dongju membaca secara seksama dan membacakannya, "Hutan Peri! Ya! Potongan yang lain ada di Hutan Peri."
"Tunggu apalagi, ayo!"
"Oh, tunggu. Haruto! Kau tetap disini bersama Kangmin dan Yuna. Kami berempat akan bertemu dengan kau dan mereka berdua, Dah!" ucap Dongju. Mereka terbang secepat kilat menuju ke Hutan Peri.
-----
ESTÁS LEYENDO
Dongju Son 5 : Aeter Num [END]
Fantasía[Coming Soon for Revision] Setelah apa yang terjadi kepada teman kuliah Dongju, Dongju dan teman temannya kembali berpetualang untuk mencari rahasia dari Aeter Num milik Juyeon Lee agar dapat memusnahkannya dengan mudah. Akankah mereka berhasil mene...
![Dongju Son 5 : Aeter Num [END]](https://img.wattpad.com/cover/248545860-64-k888822.jpg)