Dongju, Yuki, Hwanwoong, dan Eunseong sampai di sebuah rumah besar dan mewah dengan banyak pepohonan dan tumbuhan ditanam di depan rumahnya. Mereka berempat bersembunyi dibalik semak - semak yang ada di seberang jalan rumah itu.
"Guys, ubah diri kalian agar nampak!" ucap Dongju.
"Visible!" Mereka bertiga kembali seperti semula dan terlihat.
"Mengapa kau membawa kita kemari, Yuki?" tanya Dongju.
"Kau ingin mencari Aeter Num terakhir? Jawabannya ada di rumah ini."
"Wow, rumah ini sangat mewah, ngomong - ngomong, milik siapa?" tanya Hwanwoong.
"Chanhee."
"Chanhee? Kita di London?"
"Ya."
"Tunggu, Yuki, kau mungkin salah membawa kita, Aeter Num itu aku simpan di rumahku yang ada di Korea."
"Shuhua mengambilnya waktu itu."
"Oh, Shuhua, apakah dia masih menjadi...?" tanya Eunseong.
"Kita masuk saja!" ujar Dongju.
"Kau duluan yang masuk, nanti kita akan menyusul," ucap Yuki.
Dongju berjalan menyebrangi jalan di depan rumah Chanhee. Ia sampai di depan pintunya dan mengetuk. Tak lama, Chanhee datang dengan rambut yang acak - acakan.
"Ya? Dongju?!"
"E-e, ya.. Bolehkah aku masuk?"
"Ini kau?!?! Masuk - masuk, dimana yang lain?" tanya Chanhee. Yuki, Hwanwoong, dan Eunseong terbang dengan secepat kilat masuk ke rumah Chanhee. "Yuki, Hwanwoong, Eunseong!! Senang berjumpa lagi dengan kalian!"
"Aku juga," ucap Hwanwoong.
"Tunggu, dimana sayapmu, Dongju? Dan, mengapa kau seperti ingin perang?" tanya Chanhee.
"Lupakan itu, dimana patung Shuhua?"
"Aku menaruhnya di ruang bawah tanah."
"Dimana ruang bawah tanah?"
"Dekat tangga sebelah dapur."
Dongju dengan cepat menuju ke ruang bawah tanah, diikuti dengan Yuki, Hwanwoong, dan Eunseong.
"Tunggu, apa yang terjadi?" tanya Chanhee.
"Kalau kau ingin tahu, ayo!" ajak Eunseong dengan menarik tangan Chanhee.
Mereka berlima sampai di ruang bawah tanah dan disana terlihat patung Shuhua. Dongju menghampirinya, ia meraba patung itu, matanya kemudian berkaca - kaca, Dongju merasa sangat rindu dengan Shuhua. Yuki menghampirinya dan mengelus pundak Dongju.
"Ok, kita cari kalung itu!" seru Dongju.
"Kalung? Maksudmu kalung kupu - kupu yang dipakai Yuki waktu itu?" tanya Chanhee.
"Ya, dimana itu?"
"Aku simpan di lemari kamarku, mungkin saja jika kali-..." ucap Chanhee yang terhenti karena Dongju, Yuki, Hwanwoong, dan Eunseong berlari menuju ke kamar Chanhee.
"Tunggu, Dongju!" seru Hwanwoong.
"Apa?"
"Kau tahu kamar Chanhee?"
"Kalian memang tidak sabar. Ayo, ikuti aku!" ujar Chanhee. Ia mengajak Dongju dan teman - temannya ke kamarnya, menaiki lantai, belok kiri, dan sampai. Chanhee berjalan mendekati lemari, membuka lemari itu, dan mengambil kalung kupu - kupu yang ia simpan di kotak bekas. Chanhee memberikan kalung itu ke Dongju.
"Kita ke belakang!" Dongju dan teman - temannya berlari ke belakang rumah Chanhee.
"Tunggu, mengapa ke belakang? Hufftt.. Ikuti saja-lah mereka!" Chanhee berjalan santai menuruni tangga.
Sesampainya di rumah belakang Chanhee, Dongju melempar kalung itu ke tanah, mengeluarkan pedang yang ia bawa, dan menghancurkan kalung itu hingga berkeping - keping. Suara auman muncul dari kalung itu beserta cahaya hitam mengarah ke atas langit. Chanhee yang baru sampai, terkejut dengan suara itu.
"Apa yang baru saja terjadi?" tanya Chanhee.
"Masuk ke dalam!" perintah Dongju. Mereka berlima kembali masuk ke dalam dan menutup pintu rumah.
"Apa yang baru saja terjadi? Mengapa tiba - tiba ada suara auman?" tanya Chanhee sekali lagi.
"Itu adalah Aeter Num, jika dihancurkan itu akan mengeluarkan suara atau dentuman atau ledakan," jawab Dongju.
"Aku sangat terkejut tiba - tiba mendengar suara itu."
"Ok, kita sudah selesai. Tetapi, mengapa ini sangat mudah?" tanya Dongju.
"Kita harus kembali!"
"Tunggu, kalian dengan cepat kembali?"
"Kami harus kembali, Chanhee! Duniaku sedang dalam masalah, jaga Shuhua, dia akan kembali seperti semula!"
"Tunggu, apa?"
"Yuki, ayo!"
"Pegang tanganku semua!" perintah Yuki. Mereka bertiga memegang tangan Yuki. "Telepation!"
-----
Dongju, Yuki, Hwanwoong, dan Eunseong kembali ke Britherland. Mereka berada di Assembled. Tetapi, itu runtuh. Suasana menjadi sangat sepi, hening, seperti tak ada kehidupan, hanya ada suara angin berhembus.
"Apa yang terjadi?" tanya Eunseong.
"Apakah kita menang?" tanya Hwanwoong. Mereka berjalan terus, hingga Hwanwoong menyadari bahwa, "Dongju, kau kembali seperti dulu!"
Sayap Dongju sudah tak ada, ia kembali ke dirinya yang berusia 12 tahun. Dongju menutup matanya perlahan, menghembuskan nafasnya, dan ia jatuh tak berdaya.
"Dongju! Ingat, masih ada kesempatan lagi!" ucap Yuki.
"Aku bukanlah peri lagi, Yuki. Lihat! Vines Moves!" Sihir itu seharusnya membuat tumbuhan merambat. Tetapi, sihir yang dikeluarkan Dongju, tumbuhan itu tak merambat sama sekali.
"Masih ada kesempatan, Dongju!"
"Hanya kalian bertiga yang harus melakukan ini semua! Aku percaya kepada kalian semua!" Dongju bangkit, ia berjalan lemas menuju ke dalam Assembled. Di dalam, Dongju melihat banyak peri yang lemas, kotor, dan tak berdaya. Banyak korban yang memakan dalam peperangan ini, mulai dari anak - anak, orang dewasa, guru mereka, dan orang tua. Yuki, Hwanwoong, dan Eunseong yang baru saja melihat pemandangan tidak mengenakan itu, berjalan lemas.
Dongju melihat orang tua Yuki yang sudah tak bernyawa di sekumpulan korban peri. Yuki yang menyadari, menghampiri ibunya dan menangis. Hwanwoong melihat orang tuanya juga sudah tak bernyawa, langsung menghampirinya. Begitu juga dengan Eunseong. Dongju merasa bersalah dengan perbuatannya, ia tidak ikut berperang. Kemudian, ia melihat Sir Youngjo, Madam Byulyi, Sir Geonhak, dan Sir Seoho sedang menundukkan kepalanya.
"Sir! Madam!"
"Dongju?! Sayapmu?!" Sir Youngjo menghampiri Dongju yang menundukkan kepalanya lalu menangis dan menenangkannya. "Kau tak apa?" tanya Sir Youngjo.
"Aku tak apa," jawabnya sambil mengusap air matanya.
"Kemana saja kau, kami semua mencemaskan-mu! Syukurlah kau tak apa."
"Dimana, Yuki, Hwanwoong, dan Eunseong?" tanya Sir Seoho.
"Orang tuanya."
"Ohh.. Aku turut prihatin."
"Dongju, kau salah satu peri terhebat yang kedua kali aku lihat setelah Dongheon Lee," ucap Madam Byulyi.
"Mengapa madam memanggilku peri? Aku sudah tak punya sayap bahkan sihir sekalipun."
"Secara fisik kau sekarang tidak seperti peri. Tetapi, jiwamu masih tetaplah seorang peri. Jangan bicara seperti itu! Ingat saat dirimu di usia 12 tahun? Kau dengan semangat ingin mendapatkan sayap itu. Lalu, kau mendapatkannya. Jika kau mengulang lagi dirimu seperti di saat kau berusia 12 tahun, kau pasti akan mendapatkan sayapmu! Pasti, aku yakin!" ucap Madam Byulyi.
Dongju terdiam, ia menutup matanya, dan mengangguk perlahan.
"Baik, aku akan mengulang lagi dari nol."
"Bagus, itulah Dongju Son yang ingin ku lihat!" ujar Madam Byulyi.
Yuki, Hwanwoong, dan Eunseong datang menghampiri mereka dengan muka sedih.
"Kalian semua kemari!" ajak Madam Byulyi.
"Kalian semua teman - teman Dongju yang hebat, kalian tak perlu bersedih, orang tua kalian pasti bangga memiliki anak seperti kalian."
"Terima kasih, Madam Byulyi," ucap Yuki.
Tak lama, Juyeon Lee dan pasukannya datang. Dongju dan teman - temannya terkejut karena ia masih utuh.
"Bukankah ia seharusnya sudah tak ada?" bisik Eunseong.
"Aku tidak tahu," bisik Yuki.
Juyeon Lee berjalan menghampiri mereka dan berhenti tepat di depan Sir Youngjo dan Sir Seoho
"Halo, dua sahabatku, kita bertemu kembali! Oh, dan kau Dongju, senang bisa bertemu denganmu yang dulu."
"Ada perlu apa kau kemari?!" tanya Madam Byulyi.
"Aku kemari hanya ingin mengajak dua sahabatku untuk berjalan - jalan, apakah itu tidak boleh?" ujar Juyeon Lee.
"Ada perlu apa kau mengajakku dan Seoho?" tanya Sir Youngjo.
"Shhstt!! Ayo, kita pergi menggunakan bola ini!" Juyeon Lee menunjukkan Memory Ball milik Sir Youngjo yang diberikan kepada Dongju.
"B-bagaimana bisa?" ucap Dongju.
"Bisa, aku hanya cukup mengambilnya darimu," ucap Juyeon Lee.
"Apa yang akan kau lakukan dengan bola memori itu?" tanya Sir Youngjo.
"Tak usah banyak tanya! Ayo!" Juyeon menarik paksa Sir Youngjo dan Sir Seoho.
"Tolong, jangan, jangan sakiti mereka!" ujar Madam Byulyi dengan menangis.
"Fire Ball!" Yuki menyerang Juyeon. Namun, Juyeon menangkisnya.
"Akhh!! Kalian semua, alihkan perhatian mereka!"
"Siap, pangeran!" Para prajurit mengalihkan perhatian mereka. Juyeon masih menarik paksa Sir Youngjo dan Sir Seoho.
"Lepaskan kami, Juyeon! Apa yang akan kau lakukan!!" ucap Sir Seoho.
"Diam!!" Juyeon melempar Memory Ball itu ke tanah dan mengucapkan mantra "Inmemoria!"
-----
VOCÊ ESTÁ LENDO
Dongju Son 5 : Aeter Num [END]
Fantasia[Coming Soon for Revision] Setelah apa yang terjadi kepada teman kuliah Dongju, Dongju dan teman temannya kembali berpetualang untuk mencari rahasia dari Aeter Num milik Juyeon Lee agar dapat memusnahkannya dengan mudah. Akankah mereka berhasil mene...
![Dongju Son 5 : Aeter Num [END]](https://img.wattpad.com/cover/248545860-64-k888822.jpg)