1. Acara Himpunan

25 0 0
                                    


Dia Jeka, nama lengkapnya Mahardika Jenandes tetapi biasa dipanggil Jeka oleh seluruh teman-teman dan bahkan kedua orang tuanya. Biasanya ia akan bersantai di kos, tetapi hari ini tidak. Hari sabtu tetapi suasana Faperta masih ramai karena acaranya ulang tahun salah satu himpunan jurusan. Beberapa stand jajanan semakin memeriahkan acara, dari stand makanan hingga pernak-pernik lucu. Jeka duduk di shelter depan lapangan basket, langit siang sedikit mendung sepertinya sebentar lagi hujan deras akan turun. Duduk sambil berpangku tangan, Jeka masih menunggu Farel membeli siomay sementara Bayu katanya membeli dawet ireng. Jeka bagian jagain tempat duduk di Shelter.

"Oiy, Nih dawet punya lo, jangan lupa goceng ya!" kata Bayu setelah duduk disamping Jeka. Meletakkan dua cup di atas meja.

"Mana si Farel? Lama betul perasaan. Beli siomay apa cari cewek dia," gerutu Bayu dengan kepala melongok mencari keberadaan Farel di stand-stand makanan. "Lihat noh temen lo, malah lagi godain maba!" tunjuk Bayu ke arah stand penjual boba.

"Bukan temen gue," seru Jeka sambil menyedot dawet ireng miliknya. Perpaduan rasa santan dan gula jawa dicampur dinginnya es membuat Ia terharu, "Duh gila enak bener ini minuman." Pujinya dengan mata terpejam. "Basket mulai jam berapa sih ini jadinya? Gue ada rapat himpunan jam 5," Jeka bertanya pada Bayu.

"Jam 3, Jek." Bukan Bayu yang menjawab tapi Farel, bocah itu membawa tiga bungkus siomay dan beberapa jajanan, "Hehe... gue abis dijajanin sama Mikaela," cengirnya "Mayan gratisan."

"Cowok kok hobinya gratisan," sindir Jeka namun sambil memungut bakso bakar yang dibawa Farel, "Harusnya minta beliin omelet bumbu raos eco sekalian tadi. Gue jadi ngiler bayangin bumbunya, atau nasi goreng atinya."

"Aduh!" Jeka mengeluh karena kepalanya kena tabokan Farel, "Cowok kok hobinya gratisan." Balas Farel dan cengiran lebar.

Berdiam dan terlalu fokus pada makanan yang tersaji di depan mereka, ketiga sekawan tersebut duduk bersandar kini menghadap panggung hiburan yang berada di depan sekre BEM. Karena katanya ulang tahun himpunan ilmu tanah mengundang band popular kampus---Purple membuat acara himpunan kali ini cukup ramai. Maklum saja Purple ini tidak hanya popular di kampus mereka, tapi juga sudah popular di wilayah Solo raya. Sudah pernah rekaman dan memiliki album pula.

"Gue denger vokalisnya cakep betul tapi kata gue sih masih oke drummernya," kata Farel tiba-tiba hingga sedikit saus kacang siomaynya muncrat, "Sumpah Rel! Telen dulu baru ngomong!" Bayu mengusap lengannya yang kecipratan saus kacang. "Jorok!"

Jeka tertawa disamping Bayu, muka Bayu kalo lagi kesel suka lucu, macam bebek manyun terus. "Emang apa kerennya?" Jeka bertanya penasaran, tidak terlalu penasaran juga sih.

"Gue pernah ketemu langsung sih sama drummernya, namanya Karina. Anak FK semester 7, kebetulan doi ini kementerian luar negeri di BEM U, jadi gue sering papasan kalo lagi main ke sekre teater." Cerita Farel panjang lebar.

"Oh. Karina, tahu gue."

Jeka mengingat-ingat lagi mengenai Karina. Lelaki itu memiliki beberapa memori bersama yang bisa dibilang akan selalu Jeka ingat. Dulu ketika masih duduk di bangku menengah atas, Jeka akan selalu melewati kelas Karina. Hanya sekadar untuk melihat Karina yang duduk di bangku kelasnya tengah tertidur atau terkadang Karina yang membaca buku psikologi setebal dosa Jeka, terkadang lelaki itu membaca novel juga. Memang semenjak dulu, Karina sudah terlihat seperti murid pintar, bukan terlihat pintar lagi, Ia memang pintar. Dulu Jeka pernah mendapati Karina di Perpustakaan sekolah tengah belajar untuk olimpiade matematika tingkat provinsi sementara Rangga mengerjakan ulangan susulan biologi.

"Malah ngalamun lagi lo!" Bayu mengangetkan Jeka, lelaki itu menepuk bahu Jeka keras, "Noh, si Purple udah mulai naik panggung."

Dan benar saja, band Purple itu sudah menaiki panggung buktinya penonton yang mulai riuh ricuh dan berdesakan mendekati panggung. Semilir angin yang cukup pelan namun membuat merinding di kulit sama sekali tak menggentarkan mereka yang semangat menonton Purple. Sebentar lagi hujan, langit semakin mendung dan panggung festival yang hanya ditutupi oleh terpal karena minim budget sehingga kemungkinan besar penonton akan basah kuyup kehujanan.

Falling For YouWhere stories live. Discover now