Namaku?

51 2 0
                                    

Bertahun-tahun berikutnya....

"Kukuruyuk... kukuruyuk... Kukuru-"

PLAK!

"Yes, setelah berabad-abad akhirnya kena juga kau!"

Sebuah lemparan bantal sukses mengenai ayam jago peliharaan nenek si gadis. Ayam itu sudah setiap pagi bertengger di jendela dan berkokok.

"Itulah akibatnya mengganggu mimpi ku setiap hari. MUAHAHA!"

Gadis itu tertawa puas seperti seorang penjahat yang berhasil merampok Bank. Gelagar tawanya sampai terdengar oleh sang ibu.

"Nia kamu ngapain ketawanya kok kayak penjahat," ujar sang ibu, Eriza Rahmawati yang cantik.

"Hehehe, biasa Bu. Mengatasi masalah rutin di pagi hari." Nia berkata sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Jangan begitu Nia! Kasihan ayam nenek kamu lempari bantal."

"Ughh, tapikan aku lemparnya cuma satu kali," jawab Nia berdalih.

"Hah, sudahlah. Ayo Nia segera bereskan tempat tidurmu dan segera mandi." Eriza menghampiri putrinya mencegah Nia yang hendak kembali ke ranjang.

"Yah bu! Aku mau tidur lagi, mau bangun sianggg!" ujar Nia yang mau tidur lagi.

"Ngak boleh gitu Nia! Anak gadis ngak boleh bangun siang. Hari libur bukan berarti kamu bisa bangun siang," ujar Eriza memberikan pengertian.

"Halahhh, padahal aku pengin lanjut rebahan lagi," ujar Nia yang berat hati membersihkan tempat tidur dan mandi.

Seperti yang sudah disebutkan tadi. Gadis itu bernama Nia Rahmawati. Seorang gadis berambut kecoklatan lurus pajang se- punggung.

Gadis tomboi—feminim yang terkenal karena ilmu beladiri dan kekuatannya yang di takuti. Bahkan para laki-laki berandalan. Hal itu membuatnya di juluki Hulk Daughter.

"Ibu, nanti aku boleh bantu nenek kasih makan ayam kan?" ujar Nia sambil membantu ibunya mengambil makanan.

"Iya boleh nak," ujar Eriza sambil mengelus kepala putri semata wayangnya itu.

"Nia tak terasa ya. Kamu sudah sebesar ini. Padahal dulu anak ayah masih bayi mungil yang lucu," ujar Ayah Nia, yang bernama Budi Septiawan.

"Hehehe, iya yah! Bismillahirrahmanirrahim, aku makan dulu ayah ibu!" ujar Nia yang segera makan dengan lahapnya.

"Iya, makanlah yang banyak! Biar kamu cepat besar," jawab Budi yang memperhatikan putrinya makan dengan lahap. Terselip rasa bahagia melihat gadis kecil kesayangannya terpenuhi akan gizi.

Kedua orang tua Nia melihatnya sambil tersenyum senang. Bersyukur kepada Tuhan yang maha kuasa masih di berikan nikmat rezeki dan kesehatan. Mereka masih bisa melihat putri mereka tubuh dewasa.

"Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam, nenek! Selamat datang, ayok nek kita makan bareng!"

Nia dengan penuh kasih sayang menyambut serta menuntun wanita yang sudah tua itu ke meja makan.

Nenek Ul menyambut tangan cucunya hangat, "Iya cucuku sayang. Humm, baunya enak sekali. Riza, kamu masak apa? Baunya sampai tercium dari luar lhoo,"

"Ibu ini bisa saja! Seenak-enaknya kare buatan ku masih jauh lebih enak buatan ibu, " ujar Eriza tersipu malu.

"Nenek ayo! Nanti nasinya keburu dingin!" ujar Nia sambil mengambil nasi untuk neneknya.

Lalu keluar kecil yang bahagia itu makan dengan damai.
.
.
.
Skip...
.
.
.
"Nenek, aku bantu kasih makan ayam ya?"

The Lost Twin (First Version)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora