Chapter 1

2.9K 419 42
                                    

DEMI TUHAN, Juna rasanya ingin menenggelamkan diri saja ke lautan sana, atau bahkan diberi waktu untuk tidak keluar dari rumah beberapa saat. Jeara yang berteriak dengan bar-bar, Juna merasa malunya ia tanggung semua. Seharusnya gadis itu fokus saja dengan keadaan di mana tangannya yang sibuk mengoper bola, bukan malah membuat rusuh dengan lagak yang dibuat percaya diri.

"Poin yang aku cetak dikhususkan untuk Jeon Juna!"

Teriaknya begitu ketika sepasang binar menangkap gerangannya yang berjalan cukup jauh. Apa-apaan, biasanya Juna sering lewat ke tempat ini, tetapi tim basket kebanggaan kampus tidak pernah bermain di lapangan outdoor. Agaknya sial selalu menghampiri jika Jeara memunculkan atensi di depan wajahnya. Tetapi sungguh, malunya Juna tidak tahan. Sudah berteriak dengan lantang, keren jika masuk, tapi bolanya malah melesat tidak masuk ke dalam ring.

Bukannya merasa malu, Jeara yang Juna lihat malah tertawa tanpa dosa tatkala teman yang lainnya ikut mengejek dengan tubuh mungil itu yang didorong supaya cepat menghampiri Juna yang mendadak mematung sebab Yukio yang menahan lengannya. Bukankah mentalnya kuat sekali, kurang lebih selama dua tahun kehidupan Juna berjalan semacam ini. Heran sebetulnya, kenapa bisa Jeara menyukainya sampai senekat ini. Jika boleh jujur, benci sekali Juna ketika melihat wanita yang mengemis perasaan kepada seorang lelaki.

Bukannya apa, coba lihat, jika ditilik dari satu arah, Juna pasti menjadi bahan untuk buah bibir sebab Juna yang teramat jahat mengabaikan perasaan gadis Shin itu. Tetapi bagaimanapun, Juna hidup bukan untuk kesenangan orang lain, nyatanya Juna kelewat menebalkan kata, jika ia tidak menyukai Jeara, sampai detik manapun.

"Mukamu masam sekali, Jeara itu unik, lho, Jun."

Yukio yang menahan langkahnya, pun sekarang Jiseo yang mendadak menggoda dengan tampang yang kelewat ingin Juna timpuk dengan bola. Meski sering dikatakan brengsek, yang dilabeli di sini bukan hanya Juna, entah Yukio, entah pula Jiseo. Semuanya sama, hanya saja sikap mereka dibuat biasa saja, tidak ingin terlalu menonjol, Jiseo sering mengatakan itu. Mungkin lebih kerennya, mereka kelewat banyak yang tahu, bahkan nyaris seantero kampus, entah terkenal sebab kenakalan, entah terkenal juga sebab otaknya yang kelewat pintar.

Dilihatnya, Juna hanya mendengus keras-keras, pun dengan tampang yang kelewat jengah. Dikira Yukio, Juna akan kembali berjalan dan meninggalkan langkah, tetapi nyatanya tungkai yang dibalut celana kain hitam itu malah berjalan ke arah lapangan. Terkaan Yukio masih sama, agaknya keadaan yang serupa akan terulang lagi dengan bingkai Juna yang kesal, pun diakhiri wajah Jeara yang masih mengulas senyum tipis.

"Sudah aku bilang sebelumnya, jangan melakukan hal seperti itu. Kau selalu membuatku malu, Jeara. Tidak bisakah kau sedikit berpikir dengan tindakanmu?"

Rasanya jika Jeara berada di hadapan Juna, ia ingin terus mencerca dengan perkataan kesal yang sudah terlalu menumpuk di dalam hati tanpa Juna sadari. Kendati begitu, Juna selalu benci pula melihat Jeara yang berlagak seakan baik-baik saja sebab lontaran kasar yang Juna keluarkan. Terkadang harap Jeara yang akan berhenti menyukainya, rasanya angan Juna menggebu selepas mengeluarkan segala kesal pada gadis yang juga berlaku sebagai tetangganya itu. Pikirnya, mungkin Jeara akan merasa sakit hati, dan memilih untuk menjauh dan menenggelamkan perasaannya.

"Maafkan aku, tadi teman-temanku berkata jika aku har—"

"Kau pikir aku peduli? Haruskah aku bersyukur ketika suasana di sini cukup sepi untuk menyimak tingkah anehmu itu? Demi Tuhan, aku betulan muak jika kau melakukan hal semacam itu lagi di depan banyak orang, Shin Jeara!"

Ujung baju yang diremat dengan erat, Jeara mendadak tidak berani untuk menatap atensi tegas di hadapannya dengan wajah yang memerah sebab menahan amarah. Apa mungkin suasana hati Juna hari ini sedang kacau, atau bagaimana. Biasanya Juna tidak sampai membentak dengan arugeman yang kelewat panjang, seharusnya Jungkook berkata dingin dengan seruan yang singkat, tidak seperti ini. Atau mungkin, memang Jeara yang sudah kelewatan. Tidak tahu, Jeara menghela napas pelan tatkala mendapati Yukio yang berdiri di antara keduanya.

REVERSED; JJK ✅Where stories live. Discover now