Chapter 8

1.9K 430 428
                                    

400 komentar wey👀

*Mohon maaf kemarin aku ngga up, idenya mendadak kuncup😌

⚠️Agx panjang

•••

DUNIA itu luas sekali, bahkan kelewat banyak hal yang misterius. Jeara berpikir, masa iya ia tidak bisa menemukan kebahagiaan di alam yang luasnya tidak dapat dihitung. Tetapi memang betul, hidup tidak sekonyong-konyong bahagia tanpa beban, pasti ada saja rintangan yang harus dilewati. Nyatanya Jeara memang sedang ada di fase itu. Bahkan ia pun angkat bahu sendiri sebab dirinya yang selalu berharap kebagian kapan akan datang menghampiri.

Pikirnya Jungkook itu kebahagiaan Jeara, tentu memang benar, tidak salah sama sekali. Tetapi terlepas dari itu, Jungkook juga penyebab bagaimana Jeara yang kerap kali menahan napas tatkala sesak menyambangi. Jika ditilik mana yang jauh lebih dominan, rasanya Jeara lebih sering merasa sakit ketimbang hati yang tersenyum bahagia. Jeara bukan seorang pecundang yang mundur begitu saja kan? Tentu saja tidak, Jeara sudah berpegang jika ia kali ini akan melepaskan apa saja yang membuatnya sakit.

Jendela kaca yang basah sebab hujan turun dengan deras di luar sana, Jeara menghampiri balkon guna menutup pintu tatkala rintiknya yang merembes masuk membasahi lantai. Hening malam masih terasa sama, atensinya menilik sekilas ke arah balkon kamar di seberang sana. Lampu yang dilihatnya sudah menyala, Jeara dengan lantas bergerak untuk berbalik perangai ketika udara yang dirasanya kian mendingin.

Pijakan pada lantai terdengar begitu nyaring, Jeara pergi ke lantai bawah untuk sekadar mengisi perut dengan ramen seduh. Ibunya siang tadi pergi ke rumah Bibi Oh, katanya ia akan pulang pagi-pagi sekali. Entah ada apa, tetapi sang ibu mengatakan jika ia akan pergi ke rumah nenek sebab neneknya yang lagi-lagi meminta untuk datang ke Daegu. Jeara sebetulnya ingin ikut, tetapi mengingat kondisinya yang masih belum baik, ia urungkan karena bisa saja keluarga di sana bertanya perihal luka yang Jeara dapatkan.

Didihan air berbuih dengan suara segemericiknya tidak beda
jauh dengan riuh hujan. Tangan yang juga sibuk membuka bungkus ramen, Jeara dengan lantas memasukan bumbu dan mie ke dalam panci kecil sebelum rungunya menyimak bagaimana ada gerangan yang memencet bel rumah dari arah depan. Meski suaranya terdengar samar, tetapi Jeara dapat mendengar itu dengan sesama. Kerutan pada pelipis timbul, kiranya siapa yang berkunjung ke rumahnya di saat hujan yang masih belum mereda.

Dengan api kompor yang mendadak dibuat kecil, Jeara mengusap tangannya pada lap kain yang menggantung sebelum dirinya berbalik untuk menghampiri siapa gerangan yang datang. Tubuh yang dibalut baju rumahan, inginnya Jeara selepas mengisi perut berniat untuk segera pergi merebahkan diri di atas tempat tidur saja. Tangannya yang bergerak membuka pintu yang dikunci, Jeara tidak melihat lebih dulu siapa seorang yang berada di balik pintu.

Decit pintu yang bersengau samar, Jeara mendadak terdiam dengan alis yang mengernyit heran tatkala mendapati tetangganya dengan keadaan tubuh yang sedikit basah. Bahkan atensinya melihat sekilas ke arah kantung kresek bewarna putih yang mengayun pada genggaman. Helaan napas terdengar pelan, Jeara kembali menatap seakan tanpa minat ke arah Jungkook yang berdiri di hadapannya.

"Bibi Shin memintaku untuk menemanimu. Jadi, bisakah aku masuk? Udara di luar semakin dingin," katanya begitu.

Sedangkan Jeara, belum sempat bibirnya bersuara untuk menolak Jungkook agar tidak mengindahkan apa yang ibunya katakan, lelaki itu malah lebih dulu melenggang masuk dengan tangan yang sudah sibuk membuka alas kaki sebelum digantikannya dengan sendal rumahan. Malas untuk bersuara lagi, Jeara lagi-lagi hanya menghela napas pelan sebelum kepalanya kembali mengingat ramen yang sempat Jeara tinggalkan.

REVERSED; JJK ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang