“Kalau ngomong tuh pelan-pelan, gue enggak suka kalau ada yang tahu tentang dia disini!” gerutu Divanka.

Mulut Jane yang dihiasi gumpalan tissue langsung ia keluarkan dengan cepat sembari menatap Divanka muak, “Enggak usah masukin mulut gue tissue juga kali!” geram Jane.


Divanka menggeleng-gelengkan kepalanya dan melanjutkan jalannya yang sempat tertunda, meninggalkan Jane seorang diri yang masih sibuk dengan beberapa tissue di mulutnya. Begitu kegiatannya selesai, dia langsung mengejar Divanka yang jaraknya sudah lumayan jauh dari jangkauannya.


“Kapan-kapan lo kenalin gue dong sama laki lo, meskipun lo benci sama dia, gue wajar tahu kali yang mana hak paten lo.” ucap Jane.


Bukannya Divanka tidak ingin memperkenalkan Jae pada Jane, hanya saja Divanka sangat amat malas membawa Jae ketika ia dan Jane berkumpul bersama. Ya, tahu sendiri-lah Jae orangnya bagaimana, banyak tanya dan ingin tahu segala hal tentang Divanka layaknya interogasi wali siswa di sekolah.


“Iya, nanti.” balas Divanka.

“Gitu aja terus jawaban lo setan.” umpat Jane.

“Ya, terus lo mau sekarang? Dia keluar kota.” ucap Divanka.


Jane menelan salivanya dengan kasar lalu menampilkan cengengesan dihadapan Divanka, berharap jika emosi Divanka mereda tapi sepertinya sulit, ia sudah sangat hafal dengan segala sifat dan tingkah Divanka. Jika gadis itu emosi, tidak mudah reda begitu saja yang bermodalkan ice cream atau minuman dingin.


TING


Langkah Divanka spontan terhenti dan merogoh saku celana jeansnya untuk mengambil ponsel yang dirasanya bergetar dan berdenting, begitu ia menemukan benda persegi mewah tersebut, ia langsung membuka isi pesan yang ternyata dari sang suami, Jae Park.


Jae
Aku berangkat, jaga diri baik-baik yah?


“Siapa?” tanya Jane sembari berusaha mengintip isi pesan yang masuk di ponsel Divanka.


Dan Divanka bukannya membalas pesan dari Jae, ia malah mengantonginya kembali dan berjalan cepat menuju kelas tanpa memperdulikan teriakan Jane yang terus memanggil namanya agar menunggunya.


---


Setelah perjalanan selama dua jam diatas pesawat, akhirnya Jae dan tim tiba dengan selamat ditujuan. Begitu ia mendapatkan kasur hotel, ia langsung menjatuhkan tubuhnya dan mengeluarkan laptop dari dalam tas untuk mengaturnya ke bagan game kesukaannya. Salah satu contoh gamers akut, bukannya membersihkan tubuh atau makan siang tapi dia malah memilih merakit laptopnya kembali demi bermain game bersama teman-temannya.


KLIK


Jae spontan mendongakkan kepalanya saat mendengar pintu kamarnya dibuka yang pelakunya tak lain dan tak bukan adalah Sungjin, sang Sekretaris yang wajib terus bersamanya jika ada urusan pekerjaan diluar kota.


“Oalah kampret! Bukannya ganti baju malah urus laptop, gue banting juga lama-lama itu laptop, Jae!” gerutu Sungjin.

“Berisik lo!” balas Jae.


Sungjin mendecak sebal lalu membuka kopernya sendiri untuk mengambil baju ganti dan beberapa perlengkapan mandi pribadinya, Sungjin adalah termasuk orang yang pembersih. Ia sama sekali merasa tidak nyaman jika tubuhnya berkeringat atau terkena debu sedikitpun, sehingga Jae menjulukinya vacuum cleaner berjalan.


“Udah kabarin Divanka belum kalau lo udah sampai?” tanya Sungjin.

“Bentar.” jawab Jae.

“Sekarang, Jae, takutnya dia khawatir sama lo,” ucap Sungjin.

Park Jaehyung : Not Mine? (Jae DAY6) [Completed]Where stories live. Discover now