Chapter 02. Reuni

141 62 252
                                    

Sesampainya di kedai, Rania dan Yuli segera mengambil tempat duduk favorit mereka. Tempat duduk dengan sebuah meja bundar dan hanya menyediakan dua kursi yang saling berhadapan, bila menoleh ke arah kanan maka akan langsung terlihat pemandangan jalan raya. Usai menyamankan bokong di atas kursi, Yuli segera mengangkat tangan kanannya sembari berkata, "Permisi, Mas. Kami mau pesan."

Seorang pria yang mengenakan seragam serasi dengan pegawai kedai lainnya merasa terpanggil dan langsung menghampiri sumber suara. "Mau pesan apa, Mbak?" tanya pria itu sambil menyiapkan pena dan buku catatan. Tanpa melihat menu Rania dan Yuli sudah tahu makanan apa yang ingin mereka pesan. Tentu saja, mereka sudah berkali-kali makan di sini, selain karena harganya yang begitu terjangkau, lokasinya pun dekat dengan kantor.

"Bakso pedas satu, sama kapucino." Rania memesan lebih dulu.

"Salad satu, minumnya air putih saja," ujar Yuli setelah Rania.

Usai mencatat pesanan Rania dan Yuli, pria itu segera pergi sambil membawa buku catatannya ke dalam kedai. Tidak berselang lama pria yang sama kembali dengan membawa nampan berisi makanan dan minuman yang telah dipesan. Rania dan Yuli yang sedari tadi larut dalam obrolan ringan seketika mengalihkan perhatian mereka ke arah makanan yang tengah disajikan di atas meja. Tak mau menunggu lebih lama lagi, setelah membaca doa Rania dan Yuli lantas menyantap makanan mereka.

"Ran, dari kemarin kau makan bakso terus. Kurang sehat loh," tegur Yuli.

"Mungkin kurang sehat, tapi ini enak, Kak Yul." Rania tertawa kecil.

"Apa enaknya bakso begitu? Enakan juga salad, rasanya lebih alami. Mau, Ran?" Yuli menawarkan sesendok tumbuhan hijau yang tampak begitu sehat, namun Rania enggan memakannya sebab dia punya firasat buruk tentang rasa dari makanan itu.

Rania memang mengenal Yuli sebagai sosok yang benar-benar menjaga kesehatan. Selain pola makan, Yuli juga memperhatikan pola tidurnya, dia selalu mematikan daya ponsel sebelum tidur dan sebisa mungkin menghindari lembur, paling lama dia pulang dari kantor sekitar pukul sembilan malam.

Bakso Rania sudah habis setengah ketika tiba-tiba Yuli menatapnya dengan gestur tangan yang menunjuk-nunjuk gigi. Rania segera memahami isyarat itu, Yuli berusaha memberi tahu bahwa ada noda yang menempel di giginya.

Rania meraih ponselnya untuk berkaca di layar hitam, ternyata benar, ada kulit cabai yang menempel di gigi seri, dia langsung menyingkirkannya lalu hendak mengembalikan ponsel ke atas meja. Namun mendadak layar ponsel itu menyala, sepertinya Rania tak sengaja menekan tombol power, dia melihat layar kunci ponsel yang menunjukkan notifikasi pesan WhatsApp dari sahabat lamanya Rangga. Tanpa ragu Rania segera membuka pesan, rupanya pesan itu berisi ajakan reuni makan siang bersama sekaligus merayakan Alika yang baru pulang ke Jakarta. Rania sempat ragu untuk membalas pesan itu, pasalnya dia tidak yakin punya waktu luang di tengah kesibukan kantornya.

Yuli menyadari ekspresi Rania yang tampak bingung, alhasil dia memutuskan untuk bertanya, "Kenapa, Ran?"

"Bukan apa-apa, Kak Yul. Cuma ajakan reuni dari sahabat lama, tapi aku kurang yakin mau ikut." Rania berterus terang atas keraguannya.

"Memang reuninya kapan?" tanya Yuli lagi.

"Besok sabtu, Kak," jawab Rania.

Yuli tersenyum tipis. "Ikut saja, Ran. Hari sabtu kantor kita juga libur. Lagian kesempatan kumpul-kumpul begitu jangan disia-siakan, biar jadi kenangan indah buat nanti."

Kalimat Yuli barusan benar juga, Rania sudah lama tidak bersua dengan sahabat-sahabatnya, mestinya reuni ini bisa menjadi wadah melepas rindu sekaligus kesempatan saling bercerita tentang pengalaman masing-masing. Akhirnya Rania membalas pesan Rangga, keputusannya sudah bulat, dia akan menghadiri acara reuni.

Towards DeathWhere stories live. Discover now