#10. Tulus

152 40 7
                                    







"Eh,"

Selembar foto meluncur mulus keluar dari buku, Wanda yang sedang beres-beres meja belajar jadi terkejut melihat keberadaan foto ini, padahal sudah lama dicari ternyata terselip di buku. Wanda berjongkok, memungut foto itu dan memandanginya lamat.

Itu adalah foto berharga, ada banyak kenangan terselip yang tidak bisa dilupakan. Ingatan Wanda melayang jauh saat-saat mereka baru memulai basket bersama.

"Woi elo tiang! mau main basket gak?"

"WOI TIANG!"

Wanda kala itu masih berusia 12 tahun, jadi menoleh. "Elo manggil gue?"

"Iyalah siapa lagi?"

"Tapi gue manusia bukan tiang." Jawab Wanda polos sampai gadis yang memanggilnya tadi nepok jidat.

"Tinggi lo berapa?"

Wanda menunjuk dirinya sendiri, "gue?"

"Iya berapa?"

"165 cm."

"Busssseeettt tinggi amat." Gadis kuncir kuda itu mensejajarkan tubuh mereka. "Selisih 5 cm." Gumamnya. "lo mau ikut basket? tim gue kekurangan anggota."

"Hah basket? Lo serius? gue gak bisa main basket, sama bola aja ngehindar mana bisa." Tolak Wanda mentah-mentah, jangan mentang-mentang tubuhnya jangkung jadi dikira bisa basket atau renang. No! kalau boleh milih dia lebih baik tinggi pas-pasan aja.

"Tenang bakal gue ajarin kok."

"HAN GIMANA DAH DAPET BELOM?" Teriak gadis lain dari jauh. Rambutnya pendek sebahu, pakai jersi basket dan lari ke arah mereka sambil menenteng bola. Kala itu Wanda berpikir kalau gadis itu keren.

"Ini calon anggota kita, namanya, hm .... nama lo siapa?"

"Eh, jangan salah paham gue gak berniat gabung kok."

"Nama lo Wanda kan?" Tanya gadis dengan potongan rambut sebahu itu.

"Kok lo tau?" Tanya si kuncir kuda.

"Itu ada nametag-nya bodoh!" Terus jitak kepala si kuncir kuda. "Lo belum gabung ekskul apapun kan? Mau ikut basket?"

"Sakit Chel!"

Wanda benar-benar terharu, matanya berkaca-berkaca ingin menangis saking senangnya. Selama ini dia hanyalah gadis pendiam dan tak punya teman, orang-orang menjauhinya hanya karena Wanda terlihat mencolok karena tubuh jangkungnya. Melihat dua orang di depannya dengan tubuh tak kalah jangkung membuat Wanda merasa punya teman.

"Nama gue Rachel," gadis berambut sebahu bernama Rachel itu mengacungkan kepalan tinju tangan. "Kalau lo berniat gabung tim basket, balas tinju gue."

Saat itu Wanda tak tahu apakah keputusan yang dia buat tepat atau tidak, dia belum diskusi sama bunda masalah pemilihan ekskul. Tapi Wanda sudah 12 tahun, dia ingin membuat keputusan sendiri untuk pertama kalinya. Jadi Wanda memutuskan untuk membalas tinju Rachel.

"Yessssssss!"

Rachel dan gadis itu melompat tinggi saking girangnya. "jadi tiga orang Han!!!" Rachel sampai menarik-narik kerah baju Jihan. "Kita cuma butuh dua lagi Han! Lo denger kan!"

"Iya Chel selow aja napasih, leher gue kecekik woi!"

"Sorry Han gue girang banget nih."

"Kalau nama lo siapa?" Tanya Wanda pada gadis dengan senyuman lebar itu sampai matanya menyipit.

"Kenalin gue Jihan. Welcome to girls bisquad Wanda."

Girls Bisquad Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang