#12. Welcome To SMA Buntala

132 39 12
                                    













Aroma ini, aroma yang Rachel rindukan seminggu terakhir. Rachel menciumnya lamat-lamat aroma ikan asin khas SMA Buntala, akhirnya setelah sekian lama (padahal baru seminggu) Rachel kembali menginjakkan kaki di tanah ini, dan itu artinya rutinitas menyebalkan akan menghantui hari-harinya lagi. Arggggghhh sial! dia benci hari senin, selasa, rabu, kamis, jum'at, minus sabtu minggu pastinya.

"Gue janji bakalan bikin Kimmy balik ke girls bisquad." Kata Yuna tiba-tiba saja datang merangkul pundak Rachel, bikin gadis itu terlonjak kaget.

"Apaan neh? dateng-dateng sok akrab banget." Rachel menatap gadis itu heran.

Tapi, Yuna balas menatapnya dengan kilatan berapi-api, "Chel, ayok kita satukan kekuatan dan rebut piala srikandi cup." Ucap Yuna sungguh-sungguh sedangkan Rachel cuma manggut-manggut.

"Kalau begitu ayo kita masuk untuk menuntut ilmu!"

Rachel tertarik pasrah Yuna yang menyeretnya memasuki gerbang tinggi bertuliskan SMA Buntala. Pak Amir si satpam sekolah berdiri menyambut kedatangan para siswa, para guru pun berbaris rapi dia hall depan ikut menyambut dengan senyuman ramah.

Rachel dan Yuna mencium tangan bapak ibu guru bergantian, namun tiba-tiba antrian berubah macet ketika salah satu siswa perempuan tertangkap basah memakai riasan wajah.

"Ini sekolah tempat menuntut ilmu! apa perlu seorang siswa pakai make up ke sekolah?"

"Maaf bu," kata gadis itu sambil mengusap liptint yang melapisi bibir tebalnya. "Udah kan?"

"Eh,,,,,, stop itu bedak kamu hapus juga udah kayak pake dempul aja. Kamu habis nguli dimana?"

Menghela nafas kasar, diapun menurut mengusap-usap wajahnya. "Udah bu, saya boleh pergi?"

"Tunggu ....."

Antrian di belakang mulai mengeluh bosan gara-gara hal itu, bahkan sampai ada yang mau nyelonong pergi tapi akhirnya ketahuan dan disuruh baris lagi paling belakang. Sumpah ya ini kayak lagi antri sembako. Memang harus banget gitu negurnya disini? Ini udah hampir bel masuk, yakali ini jadi razia dadakan.

"Itu alis kamu dikerok ya?"

"Nggak. Alis saya emang tipis ini alami."

"Halah ngeles aja, saya tau ya kamu murid seperti apa? yang tiap dateng ke sekolah cuma mau ngantin sama wifian."

"Anak IPA Chel." Kata Yuna tiba-tiba bikin fokus Rachel beralih, menatap gadis itu dengan kening berkerut. "Gue sering ketemu tuh kakak kelas. Memang kecentilan banget, kalau mau make up harusnya masuk SMK ambil tata rias ngapain kesini, salah server woi." Yuna melipat tangannya sambil geleng-geleng sendiri.

"Tau dari mana lo?"

"Temen-temen sekelas gue sering ghibahin dia, namanya kak Affa. Heran juga napa bisa masuk IPA, denger-denger katanya anak orang kaya mungkin nyogok kali ya? Lagian kepribadiannya gak cocok sama image anak IPA yang kalem dan kutu buku, dia mah bar—"

"Memang kenapa sama anak IPA?"

Sebuah suara berat menyela omongan Yuna, kedua gadis itu kompak menoleh ke belakang tubuh Rachel. Dia sampai terkejut melihat kemunculan laki-laki satu ini, Yuna sendiri sudah meneguk ludah panik karena kegep lagi ghibahin kakak kelas.

"Gue tanya memang kenapa sama anak IPA? Kalau dia nakal cocoknya masuk IPS gitu?"

Mendengar penuturan laki-laki itu, Rachel hanya bisa membatin, 'inimah auto dikasih wejangan lagi sama kak Cendric.'

"Gimanapun sifat anak itu jangan kebiasaan bawa-bawa jurusan, IPA inilah IPS itulah, itu kan menurut pandangan kalian image anak IPA rajin dan pintar padahal mah kalau lo mau tau, otaknya kagak nyampe semua dikelas cuma molor terus pas tes bawa contekan."

Girls Bisquad Where stories live. Discover now