"Kau tidak sedang bicara dengan Ashley" kata Sean sambil menatap wajahku lekat-lekat, aku tidak bisa mendengar apapun.

"Namaku Sean Blackstone, aku adalah pacar Ashley"

"Dengarkan aku Jake, jika kau berusaha menelpon atau menemui Ashley lagi, aku akan memastikan kau berada di unit gawat darurat dan akan keluar dari sana dalam keadaan cacat, jadi pastikan saja kau menjauh dari pacarku sejauh mungkin, jangan berpikir aku tidak akan menghajarmu, aku yakin aku sangat mampu melakukannya, jadi bawa saja dirimu menjauh dari pacarku, apa itu cukup jelas untukmu?" kata-kata Sean barusan benar-benar sangat gila, suaranya benar-benar syarat akan sikap posesif dan protektifnya, dia menutup panggilannya sesegera mungkin lalu membanting dan membuang ponselku begitu saja di tempat sampah.

"Apa yang kau lakukan!" jeritku tertahan padanya.

"Menunjukkanmu apa saja yang sudah aku dapatkan dari keluarga Blackstone!"

"Kau tidak berhak melakukan ini padaku"

"Kau milikku, aku sangat berhak melakukan hal ini padamu, akan kukirimkan ponsel baru untukmu besok pagi"

"Tapi aku..."

"Ayo, kita kembali dan menemui ayahku, aku akan memperkenalkannya padamu" dia menarik tanganku dan menyelipkannya dalam lengannya, dan kita kembali kedalam pestanya, saat itu aku menyadari bagaimana besar pengaruh Sean pada gadis-gadis, dia sangat menarik perhatian semua orang, tapi dia tetap terlihat tidak perduli saat itu, tersenyum saat diperlukan dan selebuhnya aku merasakan dia menegang saat membawaku menuju sebuah ruangan dilantai dua, akhirnya kita sampai di sebuah pintu dari kayu berwarna hitam dengan ukiran antik yang terlihat rumit, aku pikir ukiran itu berbentuk burung phoenix,

"Apa yang kita lakukan disini?"

"Menunjukan padamu, seperti apa kelakuan sebenarnya Macon Blackstone"

"Ayahmu?"

"Kita lihat seberapa lama kau bisa menahannya."

"Sean?!"

Tak lama kemudian Sean membuka pintu hitam itu dan yang kulihat kemudian adalah sebuah pemandangan yang sangat tidak pantas, aku melihat Macon Blackstone sedang bercumbu dengan sorang wanita berambut pirang,rambutnya acak-acakkan gaunnya sudah setengah terbuka dan dia sedang duduk di meja kerja Macon Blackstone dengan mendesah nikmat saat Macon Blackstone menciumi payudaranya yang seakan melmpat keluar dari gaun satin merahnya, mereka tidak menyadari kehadiran kami, sedangkan aku sudah merasa sesak disana, aku ingin segera keluardari tempat ini, tapi Sean mencengkeram tanganku hingga aku merasa sakit luar biasa, aku melihat kearah Sean yang masih melihat pemandangan didepannya dengan pandangan yang menyedihkan sekaligus arah yang menyatu didalam pandangannya, aku menarik tangannya menyadarkannya.

"Aku ingin pergi dari sini!" kataku, seketika itu Macon mengalihkan pandangannya kepada kami dan mengumpat pelan sambil menarik wanita berambut pirang itu keluar dari ruangannya dengan kasar.

"Seharusnya kau tidak merusak pertunjukannya, Ashley" kata Sean dengan suara tenang padaku, masih menatap ayahnya yang dengan susah payah mengancingkan kancing bajunya.

"Sean, kau seharusnya mengetuk pintunya lebih dulu"

"Tak usah anggap aku ada, aku hanya ingin menunjukannya pada Ashley, dia sangat mengagumi keluarga Blackstone" tungkas Sean tajam, nada suaranya terdengar sangat tajam

"Well, aku harus mengenalnya, apa dia pacarmu?" tanyanya seolah tidak terjadi apa-apa

"Tadinya, mungkin setelah ini dia akan mencampakkanku" sahut Sean sambil menatapku.

"Selamat malam Mr Macon Blackstone, nama saya Ashley Warren, saya adalah pacar anak laki-laki anda, bagaimana ini saya bahkan tidak bisa mengucapkan saya senang bertemu dengan anda setelah saya melihat pertunjukan itu, saya menyesal bertemu dengan anda disaat seperti ini, saya dan Sean baru saja akan pulang, dan saya memaksa Sean untuk berpamitan pada anda, saya tidak menyangka keadaannya akan jadi sangat memalukan seperti ini, jika saya tau sebelumnya akan jadi seperti ini, saya tidak akan memaksa Sean melakukan ini untuk saya, saya menyesal telah melukai Sean dengan cara ini, dan saya yakin anda juga begitu, selamat tinggal Mr Blackstone" Setelah mengucapkan semua yang ingin ku ucapkan padanya aku langsung menarik lengan Sean yang masih membeku ditempatnya untuk pergi dari tempat mengerikan itu.

Aku tidak percaya aku barusan mengucapkan hal itu pada Macon Backstone, aku benar-benar marah saat aku melihat kelakuannya saat itu, dia asik bercumbu dengan wanita lain sementara istri keduanya yang sahnya terbaring lemah diranjang karena penyakitnya, semua orang mendengar gosip itu, astaga bagaimana tua bangka itu bisa melakukan hal menjijikkan seperti itu, tiba-tiba saja aku sudah berada di taman milik keluarga Blacstone, aku tidak tau apa yang membawaku kemari, saat aku melihat kebelakang aku melihat aku masih menggenggam tangan Sean dengan kuat, aku berbalik kearahnya, menatapnya di keremangan taman yang berhiaskan bunga-bunga mawar yang merekah sempurna, aku berjalan hingga aku cukup melihat wajahnya yang penuh dengan kesedihan dimatanya, aku melihat ekspresinya begitu terluka saat itu, air mata telah menggenang dipelupuk matanya, aku tidak bisa membayangkan betapa hatinya sangat terluka karena hal ini, oh astaga, aku sudah melukainya saat ini.

Aku menangkup wajah Sean dengan kedua lenganku mengangkatnya hingga dia menatapku sepenuhnya, saat itu aku melihat satu titik air mata mulai terjatuh meluncur dari pipinya dan jatuh ketanah seketika.

"Hey, lihat aku, aku masih disini bukan?, aku akan menemanimu disini" saat itu aku mulai mengusap air mata Sean yang membasahi pipinya, aku benar-benar seperti seorang ibu yang menenangkan anaknya yang sedang bersedih.

"Semua akan baik-baik saja, semua akan baik-baik saja" aku memeluk Sean dan mengusap punggungnya seperti yang dilakukan ayahku ketika aku bersedih, sesaat kemudian aku merasakan tubuhku dipeluk dengan erat, sangat erat hingga aku tidak bisa bernafas, dan saat itu aku menyadari bahwa Sean mulai meneteskan air mataku, Sean Blackstone sedang menangis di pelukanku.

***

Forever MineWhere stories live. Discover now