"Maaf aku membuatmu menunggu sayang" sebuah sura berat dan tegas itu, seakan mampu mengalihkan pandangan Sarah dan para peliharaannya yang saat ini sedang melongo menatap seseorang yang jelas-jelas berada dibelakangku, aku berpikir akan segera melarikan diri dari sini saat itu juga, aku ingin memenfaatkan kesempatan, aku tidak ingin berada ditempat ini dengan penghinaan ini lebih lama lagi, sebelum Sarah menyebut nama Sean dengan cara menggoda, saat itu juga aku langsung membeku ditempatku.

"Kau marah dan bahkan tidak mau memandangku sayang?" tanya suara itu lagi, kali ini lebih lembut, sangat lembut malah.

"Apa maksudmu Sean?, aku sedang melihatmu saat ini" Sarah bersuara lagi, kali ini suaranya lebih mirip dengan  pelacur penggoda di Club malam murahan. Mata Sean berkilat karena jawaban mengoda yang dilontarkan Sarah, seketika itu juga dia menatap sarah tajam tepat di kedua matanya.

"Aku tidak bicara padamu, jadi, tolong diamlah!" tegas Sean dengan angkuhnya, dia berjalan mendekat, dan menyentuh lenganku dan berjalan didepanku, sekarang dia berdiri  menghadapku, memunggungi sarah dan peliharaannya,  tanpa memperdulikan hampir semua orang yang ada di ruangan ini memperhatikan kami, dia tersenyum padaku dan membelai wajahku dengan amat sangat lembut, seolah-olah takut akan menyakitiku jika dia terlalu keras menyentuhku.

"Kau terlihat sangat cantik sayang,seperti biasa" katanya memujiku lalu memcium bibirku dengan mesra, dan mengakhirinya dengan ciuman singkat di pipiku yang merona, aku bahkan melihat mulut Sarah dan teman-temannya menganga lebar menyaksikan adegan romantic barusan.

"Jangan marah lagi padaku, oke?" kata Sean lagi sambil memelukku mesra, aku bahkan mendengar Sarah mendesah kesal saat melihatnya, ada kilatan rasa senang saat itu, saat melihat ekspresi Sarah yang sangat menyedihkan itu. Aku menatap Sarah menantang lalu melingkarkan lenganku di leher Sean dan memeluknya erat seperti yang dia lakukan padaku, aku melihat tatapan Sarah semakin terbakar saat itu juga, aku tersenyum kearah Sarah dari balik pelukan Sean, aku melihatnya tepat di leher Sean tempatku menyandarkan daguku pada bahunya, aku tidak tahu apa yang merasukiku sampai aku memutuskan untuk mencium pipi Sean dengan mesra, layaknya sepasang kekasih, aku merasakan Sean menegang di dalam pelukanku saat aku menyapukan ciuman di pipi kananya lalu turun kerahangnya dan kemudian memeluknya lagi, menunjukkan bahwa Sean adalah milikku dan aku memastikan pada mereka bahwa aku tidak bisa mereka hina lagi, setidaknya untuk malam ini.

"Kurasa kau sudah tidak marah padaku?" kata Sean sambil tersenyum padaku, aku masih menatap wajah Sarah lalu aku memutuskan untuk mengurai pelukan kami, dan dia menciumku lagi kali ini dikeningku, saat tatapanku masih tertuju pada Sarah, dia mengerutkan dahinya lalu berbalik sambil mengikuti arah pandanganku, tangannya melingkari pinggangku saat dia menunduk dan memandangku,

"Kau mengenalnya, sayang?" tanya Sean dengan lembut padaku, aku masih menatap wajah Sarah dengan lekat saat itu, aku sangat ingin menendang pantatnya untuk pergi dari sini sekarang juga karena penghinaannya untukku tadi.

"Tidak, aku tidak mengenalnya" kataku hingga cukup untuk didengar Sarah dan peliharaanya,

"Kau mau aku memperkenalkannya padamu?" tawar Sean,aku tahu itu hanya pancingan yang diberikan Sean padaku, aku yakin dia juga tidak menginginkan untuk memperkenalkan Sarah padaku, lagipula aku juga tahu bahwa Sarah saat ini kuliah di Universitas keluarga Sean, itu sebabnya mereka saling mengenal, Blackstone University adalah Universitas yang kebanyakan berisi anak-anak dari konglomerat, dan pejabat-pejabat besar, tidak ada orang miskin disana, karena orang miskin tidak akan sanggup membayar uang kuliah yang sangat fantastis itu, uang kuliah mereka untuk satu bulan saja adalah biaya hidupku untuk dua tahun, aku sebenarnya sangat ingin belajar disana, dengan otakku mungkin aku bisa lulus ujian disana, tapi Blackstone University tidak hanya melihat dari kemampuan otak saja, tetapi mereka juga melihat berapa uang yang ada dikantongmu tiap hari, berapa penghasilan orang tuamu, dan asal usul keluargamu, jika kau bukan dari keluarga yang sangat kaya, meskipun kau mempunyai otak jenius, kau tetap tidak akan masuk kesana, itu sebabnya mengapa semua lulusan disana dijamin sukses,  karena kau tidak hanya cerdas, tapi kau juga punya uang dalam kantongmu, atau setidaknya kantong orang tuamu, aku tau menginginkan hal itu hanyalah mimpi buatku, tapi aku masih berharap sampai sekarang, jika saja ada sekecil kesempatan untuk belajar disana, aku pasti akan meninggalkan semuanya dan mengejarnya, toh aku juga tidak memiliki hal lain yang berharga selain harga diriku.

"Sayang?" ujar Sean lembut, membuyarkanku dari pikiranku sendiri,

"Tidak" jawabku malas, aku melihat senyuman kagum pada Sean, tapi dia segera menutupinya dengan kembali bersikap formal

"Kalau begitu baiklah, ayo, kakekku ingin bertemu denganmu" Sean berujar sambil mengulurkan lengannya dengan sopan kepadaku, aku menyelipkan tanganku di lengannya sesaat kemudian, lalu berbalik meninggalkan Sarah dan teman-teman konyolnya yang masih menatap kami dengan wajah pucat pasi, aku tersenyum penuh kemenangan saat itu juga.

***

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang