Bab 7

4.6K 354 1
                                    

[Aku sudah membawa mereka pergi. Berhenti menempatkan orang-orang di sekitar rumahku! Dan jangan coba-coba untuk mengganggu keluargaku!]

Rania memasukkan telepon genggamnya ke dalam clutch, hati wanita itu dipenuhi rasa geram. Orang yang baru saja ia kirimi pesan sungguh orang yang sangat mengerikan. Sepertinya ia sakit jiwa, terobsesi kepada seorang pria sampai kehilangan akal sehatnya.

Rania sangat khawatir saat tahu Davina mengirim orang-orang untuk mengawasi Danila dan anak-anaknya.

Seperti halnya Danila, Rania juga tidak tahu kalau Haris ternyata bekerja di puskesmas di dekat kediaman sang sahabat, sudah delapan bulan, ia benar-benar merasa kecolongan karena baru mengetahuinya beberapa hari ini.

Dia semakin takut lagi saat Dini dan Dewa mulai berinteraksi dengan Haris, dan itu membuat marah wanita mengerikan itu.  Davina mengancam akan menghancurkan perusahaannya jika Rania tidak membawa Danila dan anak-anaknya menjauh dari Haris.

Rasa sesal sekaligus rasa bersalah terbit di hati Rania, dia menyesal menerima bantuan yang ditawarkan Davina  saat  bisnisnya terkendala masalah keuangan beberapa tahun lalu.

Rasa bersalah juga ada, terutama kepada Danila dan anak-anaknya, lagi-lagi mereka yang menjadi korban. Tapi mau bagaimana lagi, Rania tidak bisa memikirkan dirinya sendiri. Banyak orang dan lembaga bergantung pada perusahaannya yang bergerak di bidang tour dan travel itu.

Menyoal tentang Davina, bagi Rania, wanita itu bukan perempuan sembarangan. Dia bisa menjadi teman, tapi juga bisa menjadi musuh dalam waktu bersamaan.

Ya, ia memang hanya anak perempuan manja dari keluarga kaya. Tapi ayahnya, terkenal begitu berpengaruh, dia punya banyak bisnis dan kolega.  Beberapa tahun ini bahkan ia bergabung dengan sebuah partai penguasa pemerintah, karir politiknya semakin baik dan, tentu saja,  ia semakin mampu mempengaruhi banyak orang dengan uang dan kekuasaan.

Termasuk menutup mulut beberapa pihak atas kejahatan yang ia lakukan pada adik kandung dan adik iparnya sendiri.

Sahabatnya, Danila, begitu yakin bahwa ayah Davina yang tak lain adalah pamannya sendiri terlibat secara aktif dalam kecelakaan ibunya dan juga kasus pembunuhan ayahnya.

Kecurigaan Danila semakin menguat beberapa tahun lalu, sebelum ia menikah dengan Haris. Tapi, saat ia hendak melawan, membuka kembali kasus pembunuhan ayahnya dengan bantuan ayah Haris yang seorang pengacara, dia mendapati dirinya hamil.

Danila melangkah mundur, ia takut sesuatu terjadi pada bayi yang ia kandung. Baginya, nyawa kedua makhluk kecil itu lebih berharga dari yang lain.

***

Haris duduk memaku di selasar pendopo. Kegiatan belajar sudah selesai, semua muridnya sudah pulang.

Dia resah karena ada yang tidak datang. Dini, dan juga Dewa.

Sejujurnya dia tidak menunggu anak laki-laki yang memiliki wajah serupa dengan saudarinya itu juga akan datang.

Dini bilang, Dewa tidak akan datang lagi untuk belajar.

Tapi, mengapa Dini juga ikut tidak datang?

Haris memutuskan untuk mengunjungi kediaman Dini dan Dewa, dia menyusuri jalan yang biasanya sepasang anak kembar tersebut muncul di ujung jalan.

Laki-laki itu bertanya kepada beberapa orang yang ia temui, seorang anak memberi tahu Haris di mana letak rumah mereka.

"Om masuk ke gang itu, nanti belok kanan, rumahnya yang ada bangku dan meja warna cokelat."

Dan, di sinilah Haris sekarang, di depan sebuah rumah dengan bangku dan meja berbahan kayu berwarna cokelat di berandanya.

Di pintu rumah tersebut terpasang tanda 'disewakan'.

Mengapa Dia Ayahku?Where stories live. Discover now