06.Dia iblis pembunuh!

Start from the beginning
                                    

"Biru----"

"Kalau tadi gue telat datang nggak ada toleransi buat lo nggak di keluarin dari sekolah, lo bener uang ngalahin segalanya, cuma modal baik bakalan terhempas Rai," lanjut Xabiru marah dengan pandangan tajam pada Rai.

Rai membuang nafas perlahan, coba tidak ikut terbakar api emosi. "Oke, makasih banyak ya? makasih udah peduli sama saya dan makasih udah bantu saya hari ini," balasnya dengan senyuman tipis dan berlalu pergi.

Pola pikir mereka yang berbeda membuat keduanya terus berdebat dan untuk itu Rai yang mengalah pergi sebelum mulut Xabiru mengeluarkan kata-kata yang bisa membuat gagasan Rai berubah.

"Berhasil bos?" tanya Calvin yang tiba-tiba datang bersama Zergan.

"Awas aja biru bangke bilang nggak gue kubur hidup-hidup lo, kita nerobos malem-malem buat ngebobol CCTV kantin ya kali hasilnya gagal?" Zergan ikut bertanya. Xabiru hanya berdehem malas.

"Ayo gue traktir," ucap Xabiru sebagai tanda terima kasih kedua temannya telah membantu. Bukan mudah harus mendapatkan rekaman yang disembunyikan pihak sekolah tentang sialannya cucu kepala sekolah itu.

"Padahal kalau pake kekuasan bokap lo nggak perlu capek-capek kita malem," kata Calvin dengan dua porsi bakso di depannya.

"Lo mau gue jejelin sambel?" tanya Xabiru galak. Zergan tertawa.

"Udah dikasih gratisan masih bacot aja lo, diem aja si vin," kesal Zergan.

*******

"XABIRU!" gadis tinggi semampai bak model dengan penampilan modis berambut pirang dan pakian minim itu langsung memeluk Xabiru, mencium pipi kiri kanan Xabiru berulang kali hingga lipstiknya menempel sempurna.

"Xaviera hentikan, lipstik merah mu bisa mengotori pipi mulus ku," jawab Xabiru dengan wajah yang ia buat kesal.

"Menggelikan bicara mu! kau harusnya menjemput ku di bandara, uhhh kau pasti habis nongkrong bukan? seragam mu sampai tercium asap rokok, Biru jangan terlalu banyak merokok aku tak ingin rokok membuat mu bertemu mommy," ujarnya dengan tatapan sendu.

"Tuhan tidak setega itu mengambil ku dari mu, lagi pula tenang saja dosa-dosa ku masih banyak," balas Xabiru sambil duduk di sofa dengan senyum berguraunya.

Xaviera mencebikan bibir kesal. "Ya! jadi orang yang banyak dosanya akan dicabut nyawa paling akhir? dasar sok tahu!" Xabiru tertawa, melempar tasnya ke sofa sekaligus membuka sepatu.

Wajah Xaviera kembali sumringah. "Biru kita jadikan melakukan rencanya yang ku buat?"

"Pakai lah jaket ku jika kau ingin keluar," ucapnya mengalihkan pembicaraan sekaligus memperingati agar Kakak kandungnya itu tidak keluar menggunkan pakian minim untuk keluar rumah. Bertahun-tahun lamanya tinggal di amsterdam membuat Xaviera Abila Ricardo ini jadi liberal.

Terdengar decakan dari bibir Xaviera. "Biru look at this!" ia menunjukan kertas-kertas di meja. "Rencana kita akan berhasil biru, aku sudah menyusunnya sedemikian rupa, ini sudah matang. Kita akan beraksi!" Xabiru berjalan ke meja makan dibuntuti Kakaknya yang terus membujuk Xabiru agar ikut rencananya. "Biru, please listen to me...." rengeknya terdengar frustasi.

Xabiru menegak air di gelas, menyimpan gelas tersebut dan berjalan ke kulkas mengambil buah pir. "Kapan kau akan mendengarkan ku? bahkan di telpon saja kau selalu berpura-pura tidak ada jaringan, sekarang secara langsung pun kau sengaja menulikan pendengaran mu! kau memangnya mau Tuhan mengabulkan untuk jadi tuli sungguhan?"

"Sembarangan!"

"Ya makannya dengar kan baik-baik Kakak cantik mu ini, aku sudah membeli semua perlengkapan----"

XABIRU [END]Where stories live. Discover now