Arkan lalu berjalan mengambilkan hairdryer untuk mengeringkan rambut Maura. Selesai mengeringkan rambut, Arkan lalu berjongkok di hadapannya.

"K-kamu ngapain, Boo?" tanya Maura ketia tangan Arkan bergerak mengangkat switernya ke atas menampilkan perut buncitnya.

Arkan mengecup lembut perut Maura lalu mendongak. "Nyapa jagoan ayahnya"

Pipi Maura memanas mendengarnya. Ucapa manis Arkan barusan membuat jantung Maura berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Perlakuan dan kata-kata manis Arkan, Maura selalu di buat melayang.

Cup!

Maura membelalak ketika Arkan mengecup bibirnya. Ia hendak melemparkan protes, tapi tidak jadi karena ucapan manis Arkan lagi.

"Jagoan pengen ayahnya cium bundanya"

Ya ampun, begini saja wajah Maura sudah semakin terasa panas. Maura tidak tahu seberapa memerah wajahnya saat ini di hadapan Arkan.

Arkan tersenyum, tangan kanannya terangkat membelai kepala Maura penuh sayang. "Kamu laper? Aku udah masakin makanan kesukaan kamu"

Mata Maura berbinar. "Nasi goreng keju?"

Arkan mengangguk.

"Mau!"

Arkan tersenyum geli. Di kecupnya lagi bibir Maura gemas lalu menggendong Maura keluar, menuruni anak tangga dan mendudukkannya di kursi makan. Arkan lalu berjalan lagi ke arah dapur.

Dari tempatnya Maura menautkan kedua jemari tangannya, memangku dagunya memperhatikan Arkan yang sedang membuatkan susu untuknya.

'Suami idaman.' Maura terkikik geli, tidak menduga jika Arkan sangat ahli melakukan pekerjaan rumah dan mengurusnya.

Maura pikir, Arkan yang terkenal kaku, santai dan tidak pedulian itu tidak bisa melakukan hal semacam ini. Maura sungguh terkejut melihat Arkan benar-benar ahli melakukan semuanya setelah mereka menikah.

Seperti membersihkan rumah, mencuci piring, pakaian, dan hal-hal yang seharusnya Maura lakukan sebagai istri yang mengurus rumah selama suami bekerja, Arkan yang melakukannya. Arkan selalu melarang Maura melakukannya, enggan melihatnya kelelahan.

Setiap Maura protes dan mengeluh karena merasa tidak berguna sebagai istri, Arkan selalu menajawab 'Aku nikahin kamu buat jadi istri dan ibu dari anak-anakku, bukan jadi pembantu.'

Maura tidak tahu lagi harus bagaimana agar Arkan mengizinkannya melakukan pekerjaan rumah. Di izinkan memasak saja Maura sudah sangat bersyukur, meskipun itu harus dalam pengawasan Arkan.

Maura tahu Arkan sangat mempedulikannya.

"Aku tau aku ganteng"

Maura tersadar dari lamunannya. Arkan baru saja duduk di samping Maura seraya meletakkan segelas susu yang dibuatnya di hadapan Maura.

"Pede banget sih!"

Arkan hanya tersenyum geli. Maura mulai memakan nasi goreng kejunya dengan gugup. Betapa tidak gugup, Arkan memperhatikannya terus, seolah dirinya lebih menarik ketimbang nasi goreng keju kesukaan Arkan.

"Ng-ngeliatin apa sih, Boo?!"

"Ngeliatin malaikat cantik lagi makan"

Astaga. Bisa jantungan Maura pagi-pagi. Satu tangan Maura turun mengelus perutnya, rasanya ada ribuan kupu-kupu berterbangan di dalamnya.

"Gak usah liatin aku terus ih! Habisin sarapan kamu!"

Arkan tersenyum lagi. Melihat wajah Maura yang kian memerah malah semakin menambah kecantikannya. Arkan terheran sendiri, kenapa istrinya itu malah semakin cantik meskipun bobot tubuhnya makin bertambah. Entah Arkan yang sangat mencintai Maura sampai ia tetap tergila-gila dengan Maura dalam bentuk apapun, atau memang Maura yang memiliki turunan dari mamanya—Laura.

AFTER MARRIED || (T A M A T)Where stories live. Discover now