BAB 2: HUKUMAN

925 133 2
                                    

SELAMAT MEMBACA 

*** 

Fia duduk di kantin kampus sambil meminus segelas Jus. Sejak tadi dia di usir dari kelas dengan cara tidak manusiawi, Fia langsung pergi kekantin hingga sekarang mungkin jam kuliah sudah selesai.

"Heeeee, cok. Ngopo kok telat kowe ngke. Padahal enek kuis?" (Hei cok, kenapa telat tadi, Padahal ada kuis)

Seorang pemuda merangkul pundak Fia dari belakang dan ikut duduk di sampingnya. Dia akan Yanto temannya. Setelah itu tak lama kemudian 3 orang lainnya ikut duduk di hadapan Fia dan Yanto, mereka adalah aji, Rama dan Vivi. Mereka berteman sejak awal kuliah karena mereka sama-sama orang Jawa.

"Kawanen Su aku..." (Kesiangan Njing, aku) jawab Fia dengan kesalnya. Bersama mereka Fia bisa mengatakan apapun, termasuk kata-kata kasar dan umpatan yang sangat tabu di ucapkan oleh perempuan.

"Padahal wes weruh jam e Pak Nares, wes di kandani ning grub dosen e piye malah teko telat. Kapok." (Padahal sudah tau jamnya Pak Nares, sudah di kasih tau di grub dosennya gimana, malah datang telat. Kapok...) Rama ikut menyahut.

"Wes lah, meh balik." (Sudahlah mau pulang) Fia lalu berdiri meninggalkan teman-temannya. Dia masih kesal jika mengingat insiden pagi tadi. Seumur-umur gelarnya menjadi mahasiswa baru pagi tadi dia di perlakukan seperti itu. Dan sialnya lagi oleh dosen baru yang belum pernah mengajar mereka.

"We kon moro yang kantor e Pak Nares mau," (Di suruh ke kantornya Pak Nares tadi) Ucap Yanto.

"Kon ngopo? Ning ndi ruangane?" (Suruh ngapain? Di mana ruangnnya?) tanya Fia dengan malas.

"Biasa lantai 4..." jawab Vivi.

"Oke..."

Fia langsung pergi dan melambaikan tangannya pada teman-temannya. Tujuannya kali ini berubah dari yang semula kamar kos, sekarang dia harus datang ke ruang dosen di lantai 4. Entah bencana apa lagi yang akan dia terima di sana nanti.

"Fiii..." Mendengar suara teriakan yang begitu keras dan sumbang, Fia menoleh. Di belakangnya dengan jarak lumayan jauh seorang gadis berjilbab dengan perawakan kurus melambaikan tangannya. Dia adalah Eni, temannya dari Sulawesi.

"Kenapa En?"

"Mau kemana?" tanya Eni

"Ke ruang dosen. Kenapa?"

"Ndak papa, pergi sudah ..."

Setelah itu Fia langsung pergi meninggalkan Eni sendirian.

Sampai di depan ruangan dosen Fia berkali-kali menarik nafasnya. Sejujurnya dia merasa khawatir, seumur-umur baru kali ini dia di panggil dosen karena telat.

Tok ... tok... tok...

Fia mulai mengetuk pintu itu dengan pelan.

"Masuk..."

Fia masuk dengan pelan. Di sana dia bertemu dengan salah satu dosen perempuan nya yang meja nya dekat dengan pintu masuk.

"Permisi Bu, saya mau ketemu Pak Nares..." ucap Fia dengan sopan.

Dosen perempuan yang Fia tau bertama Bu Nurul itu menurunkan sedikit kaca matanya keningnya berkerut membuat Fia menjadi semakin was-was.

"Itu mejanya yang paling ujung dekat jendela sebelahnya Pak Sur," Fia menoleh kearah ujung ruangan yang lumayan besar itu. Namun karena terbatas dengan kubikel-kubikel di setiap mejanya, dia tidak bia melihat orang yang akan dia temui.

"Terimakasih Bu, saya permisi." Pamit Fia, dia kemudian jalan menuju kubikel paling ujung.

Ternyata benar di sana Fia bisa melihat orang yang tadi pagi mengeluarkannya dari kelas dengan tidak terhormatnya.

OHH NO, MY DOSENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang