BAB 2: HUKUMAN

Mulai dari awal
                                    

"Permisi Pak, selamat siang. Saya Fia..." ucap Fia dengan pelan.

Nares yang sejak tadi fokus melihat kuis kelasnya mengangkat pelan kepalanya. Namun hanya diam, tidak mengatakan apapun.

Sampai beberapa saat Fia hanya diam berdiri di hadapan dosennya, bahkan tidak di persilahkan duduk.

"Ini saya tidak di suruh duduk Pak? Atau kalau tidak ada apapun yang mau di bicarakan saya pergi Pak." Fia sudah sangat kesal dengan dosen baru itu. Baru bertemu sekali saja sudah banyak tingkah, untuk apa juga di di minta datang kalau pada akhirnya tidak di sapa hanya diam.

"Tipe mahasiswi seperti kamu ini yang paling saya benci. Sudah bersalah tidak sadar diri, malah nglunjak..." ucap Nares dengan tajam.

"Tipe dosen seperti bapak juga yang paling saya benci." Ucap Fia dengan spontan.

Menyadari ucapan kurang ajarnya, Fia langsung menutup rapat mulutnya. Hanya bisa berdoa, agar dosennya ini tidak menaruh dendam padanya karena sikapnya, jadi apa nilainya nanti kalau sampai masuk kedalam daftar hitam dosen.

"Mau jadi apa generasi sekarang kalau mahasiswa saja tidak memiliki etika dan sopan santun seperti kamu..."

Nares menatap mahasiswi itu dengan tajam. Ucapan sepontannya tadi benar-benar kurang ajar menurut Nares. Apa iya mahasiswi sekarang sudah minim etika dan kesopanan.

"Saya memang salah Pak, tapi Bapak tidak bisa menyamakan semua mahasiswa buruk. Kalau saya salah ya salahkan saja saya, jangan identitas saya sebagai mahasiswa. Jadi dosen kok kurang bijak." Anggap saja Fia sedang beradu nasib dengan takdir, entah dapat keberanian dari mana dia tadi sampai-sampai berani menjawab ucapan dosen baru nya itu.

"Saya tidak izinkan kamu masuk semua kelas saya sampai 3 kali pertemuan..."

Setelah mengatakan itu Nares kembali fokus pada pekerjaannya semua mengabaikan keberadaan Fia yang masih berdiri di hadapannya.

Fia yang mendengar ucapan dosennya itu hanya bisa menatapnya dengan tidak percaya. Dia langsung mengambil ponselnya di saku celananya dan melihat KRS nya semester ini.

Ternyata dosen barunya itu tidak hanya mengampu satu mata kuliah tapi tiga mata kuliah untuknya KRS nya sampai tengah semester dan sisa dua mata kuliah setelah habis tengah semester.

Bisa hancur tiga mata kuliahnya kalau sampai dia tidak bisa masuk kelas dan absennya kosong belum lagi kalau ada kuis saat dia absen seperti hari ini. Tiga pertemuan berarti nyawa bolosnya sudah habis dan dia tidak memiliki kesempatan bolos lagi.

"Sayakan cuma telat di kelas Geologi panas Bumi Pak, masa saya juga tidak bisa masuk Geologi minyak bumi dan Geologi Batubara Pak?"

Nares mengabaikan ucapan Fia, seolah-olah tidak mendengarkan apapun yang mahasiswinya itu katakan.

Fia yang di abaikan merasa kesal, tapi tidak bisa berbuat apa-apa.

"Pak...saya minta maaf Pak kalau sudah kurang ajar. Tapi jangan keluarkan saya dari kelas Bapak sampai 3 pertemuan. Nanti nilai saya, absen saya bagaimana Pak?" tanya Fia dengan nada semelas mungkin.

"Itu bukan urusan saya." Ucap Nares tegas.

"Kasih saya tugas saja Pak, banyak juga tidak papa. Yang penting jangan di keluarkan dari kelas." Fia kembali mencoba negosiasi.

"Rangkum materi kuliah saya hari ini dalam 2 muka folio bergaris sama buat paper yang mengulas tentang geothermal di Indonesia bagian timur. Pilih 3 lokasi, sebutkan pemnfaatannya dan komponen-komponennya. Sejalaskan juga indikasi geothermal di lokasi tersebut."

Fia langsung tersenyum cerah mendengar apa yang dosennya katakan. Merangkum gampang, nanti dia bisa minta foto-foto materi dari temannya yang masuk kelas tadi. Masalah paper bukan persoalan. Internet dan metode copy-paste sudah di temuakan. 10 menit pasti kelar.

"Baik Pak, saya akan kerjakan..." Sahut Fia cepat.

"TULIS TANGAN DI FOLIO BERGARIS tinta hijau. Kumpulkan besok pagi di meja saya, sebelum kelas GMB. Kalau Tidak kamu tidak saya izinkan masuk kelas GMB saya..."

Ternyata selain kejam, dosen barunya juga licik. Mungkin dia sudah tau fikiran Fia tentang copy-paste sampai-sampai paper harus di tulis tangan dengan tinta hijau.

Tanpa protes Fia hanya meng iyakan apa yang dosennya katakan, tidak ada lagi bantahan jika masih ingin nyawanya selamat.

Setelah itu Fia pamit untuk pergi. Tanpa menjawab, Nares hanya mengangguk acuh.

Sampai di luar ruangan dosen, Fia benar-benar mengutuk dosen barunya itu. Dia benar-benar benci setengah mati dengan manusia iblis bernama Nares.

***BERSAMBUNG**** 

WNG, 3 JULI 2021

SALAM

E_PRAS 

OHH NO, MY DOSENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang