03 - Energi mereka

48 39 3
                                    

I'm back

bay the way, part kali ini belum sempat gue edit jadi kalau ada salah kata ─seperti typo atau keliru, koreksi ya.

*ੈ✩‧₊˚*ੈ✩‧₊˚*ੈ✩‧₊˚

Semburan kemarahan menyeruak dari kedalaman hatinya, rasanya Lyra ingin mengumpati nasib bertemu pemuda-pemuda tadi menyebabkan kejadian beruntun sampai pada penyerangan ini.

Sebelum kesadarannya terenggut, semburat cahaya datang lalu menyilaukan pandangannya. Diikuti suara geraman kesal dari seseorang.

Tiba-tiba saja cengkraman di leher Lyra terlepas, dan dengan cepat Lyra menarik kembali napasnya dalam-dalam.

Ia mengangkat muka, mendapati ketiga pemuda yang sama telah berdiri menjulanginya. Dalam gerakan tangan yang lebih lembut, mereka mengeluarkan energi terang dan menyerangkannya pada asap tadi.

Asap misterius itu tidak lagi sempat kabur, dan terkena pancaran energi mereka. Detik berikutnya asap pekat telah menghilang, melebur dalam ketenangan malam.

Lyra terbatuk, membuat tiga pemuda itu berputar ─dan salah satunya berlutut, mensejajarkan posisinya dengan Lyra.

"Kamu tidak apa?" tanya nya dengan nada yang begitu lembut.

Lyra termenung selama beberapa saat, kontan pemuda tadi mengulurkan tangan hendak menyentuh. Belum sempat melakukannya Lyra menampik kasar tangan pemuda tersebut.

"Memangnya aku kelihatan baik-baik saja, begitu?!" tukas Lyra.

Ketiga pemuda yang memperhatikannya terlonjak pelan. Badan Lyra bergetar namun ia tak gentar untuk berusaha berbicara.

"Kalian ini sebenarnya apa sih?" ucap Lyra tertahan. "Mengapa? ini semua sebuah kesialan,"

Terdengar suara hembusan napas kasar dari laki-laki berambut pirang. "Kau sendiri yang mendatangi kami. Sekarang malah marah seperti ini,"

Lyra mengangkat wajah, bersitatap mata dengan wajah kesal laki-laki itu.

"Berhenti menyalahkan orang lain atas kecerobohan mu!" lanjutnya sambil membentak.

Suara kerasnya seketika menciutkan nyali Lyra. Gadis itu mulai sesegukkan dan menundukkan wajahnya.

"Leo!"

Pemuda lain yang ia ketahui namanya Victor meninggikan suara, memperingatkan temannya.

"Jangan marah padanya," ucap Victor angkat bicara didepan Lyra. "Gadis ini baru saja melihat hal tidak biasa didepan matanya. Dia pasti sangat ketakutan dan bingung,"

Leo berdecak kesal, memalingkan muka nya dan mulai berjalan menjauh dari mereka.

"Nona... mohon maafkan kami, khususnya Leo ya,"

Keduanya sabar menunggu Lyra sampai berhenti menangis.

Saat ia sudah bisa mengendalikan diri barulah Lyra merasa malu sebab diperhatikan tengah menangis dan histeris seperti tadi. Gadis itu mengusap matanya cepat, dan bersikap setegar mungkin.

"Sudahlah,"

Lyra berdiri, kemudian diikuti pemuda yang tadinya berlutut didepannya.

"Kelihatannya kalian manusia. Kalau begitu perkenalkan dulu nama kalian,"

Kedua pemuda yang diajak bicara bertukar pandangan sebentar, lantas menurut.

"Nama ku Damian Granger," ucap pemuda yang terus memalingkan wajahnya dari Lyra. Mungkin masih kesal.

Lyra And The Fairy | HiatusWhere stories live. Discover now