BAB 19 SITUASI GAWAT

70 12 2
                                    

PETE gemetar ketakutan. Ia bersandar ke dinding rongga, sambil menggenggam senter yang berat. Ia tahu, seekor dari binatang- binatang berbulu itu pasti bisa ditaklukkannya dengan alat itu. Tapi jumlah mereka terlalu banyak.

Mr. Carter juga terlalu besar dan kuat baginya, biarpun tanpa senapan buru penyebar mautnya.

Untung saja saat itu Mr. Carter terkapar di dasar rongga, di terjang binatang-binatang yang menyerbu masuk. Pete hanya bisa menatap dengan perasaan ngeri, sementara makhluk-makhluk seram itu me -

Pete terkejap kaget.

Binatang-binatang itu tidak menyerang. Mereka berlompatan melewati Mr. Carter yang terkapar, lari ke luar lewat celah di sela papan yang berjejer-jejer.

Pete terduduk. Ia merasa bingung. Detik berikutnya ia berpaling dengan cepat, karena mendengar suara erangan seram lagi. Seekor binatang

yang bertubuh kecil menyusul masuk ke dalam rongga. Matanya menyala- nyala. Sebelum Pete sempat bergerak, binatang itu sudah meloncat, melewati kakinya yang terjulur, mengita­ri tubuh Mr. Carter yang masih terkapar, lalu menyusul teman-temannya yang sudah lebih dulu keluar lewat celah di antara papan.

Kini Pete tidak menunggu lagi. Mr. Carter nampaknya tidak mengalami cedera, cuma pingsan saja. Sebentar lagi ia pasti pulih kembali, dengan perangainya yang galak, dan dengan senapan burunya yang lebih-lebih menakutkan.

Jupiter tadi menginstruksikan pada Pete agar tetap berada di tempat tugas, siap untuk menjalankan proyektor. Tapi Jupe tidak mengatakan apa-apa tentang tetap tinggal, dengan risiko ditembak. Mungkin ada cara lain, dengan mana ia bisa memberikan bantuan.

Pete melompat ke lubang di tengah batu. Didorongnya proyektor ayahnya ke gua sebelah. Setelah itu ia sendiri menyusul. Setelah berada di dalam gua besar, ia berhenti sebentar sambil memasang telinga.

Didengarnya suara Mr. Carter mengerang.

Sudah tidak ada waktu lagi sekarang untuk mengutik-utik batu pengganjal pintu rahasia. Pete bergegas berdiri. Disambarnya pesawat proyektor, lalu dibawanya lari.

Tiba-tiba dilihatnya lubang di dinding besar berwarna kelabu yang ada di depannya, diterangi sinar senternya. Tanpa berpikir panjang lagi, ia menyusup masuk lewat lubang itu.

Tiba-tiba didengarnya bunyi desiran aneh. Datangnya dari arah belakang. Pete berpaling dengan cepat. Darahnya terasa seperti membeku, ketika melihat bahwa lubang di dinding tadi mulai tertutup.

Ia meloncat dengan sikap ragu, hendak keluar lagi. Tapi tak berhasil. Kedua sisi dinding sudah merapat.

Kini Pete dikejutkan bunyi lain, Ia memandang berkeliling dengan mata nyalang. Di depannya nampak sebuah terowongan lebar. Terowongan itu kelihatannya panjang sekali. Dan di kejauhan nampak sosok besar dan jelek yang sudah pernah dilihat olehnya. Sosok itu menuju ke tempatnya. Matanya yang kuning menyala terang. Rahangnya terbuka lebar.

Naga itu meraung!

Pete cepat-cepat memadamkan senternya. Ia bergerak mundur, terdorong rasa ngeri. Tahu-tahu punggungnya sudah membentur dinding. Ia tidak bisa mundur lagi.

Pete menggeser pelan-pelan menuju sudut paling gelap. Proyektor dijadikan tameng, dipegang di depannya.

Pete menggigil ketakutan. Matanya seperti terpaku, menatap naga yang maju dengan gerakan melompat-lompat. Ia seperti terpukau oleh kepala naga yang terayun-ayun, serta rahang yang ternganga lebar. Bob dan Jupe tidak dilihatnya. Pete menggigit bibir, lalu mengerang.

Kedua temannya itu pasti sudah masuk ke perut naga. Ia terlambat, tidak bisa lagi menyelamatkan mereka! Dalam hati Pete timbul pertanyaan tentang nasibnya sendiri. Sementara itu naga kian mendekat.

(13) TRIO DETEKTIF: MISTERI NAGA BATUKOnde histórias criam vida. Descubra agora