BAB 8 DUA SOSOK MISTERIUS

60 15 0
                                    

SOSOK berlumpur itu merebahkan diri di samping Jupe dan Pete. Napasnya tersengal-sengal.

"Trims!"

"Itu tadi ide Jupe," kata Pete, Ia memandang ikat pinggangnya dengan sikap menyesali diri. "Pada­hal aku juga memakai ikat pinggang. Cuma pikiranku saja yang tidak sampai ke situ."

"Mungkin itu disebabkan karena kau tidak begitu memikirkan berat tubuh, seperti aku," kata Jupiter sambil tersenyum. "Di samping itu ukuran pinggangku lebih besar, jadi dengan sendirinya ikat pinggangku juga lebih panjang."

Bob membersihkan lumpur yang melumuri mukanya.

"Pokoknya idemu itu berhasil, Jupe. Mulai sekarang aku takkan lagi memperolokkan dirimu bahwa kau terlalu gendut." Ia menoleh ke dalam lubang, lalu mundur sambil bergidik. "Coba kau tidak memakai ikat pinggang yang panjang, kemungkinannya aku masih terbenam di bawah sana sekarang."

"Pokoknya, sekarang semua sudah beres lagi," kata Pete. "Lalu selanjutnya bagaimana?"

"Kita pulang," kata Jupiter dengan tegas. "Bob perlu cepat-cepat berganti pakaian, karena ia basah kuyup. Sorry! Aku yang bersalah, karena memaksa hendak memeriksa gua, tanpa membawa senter."

"Kita tadi sebaiknya memang membawa senter," kata Bob sependapat, "tapi kurasa aku juga tolol, kenapa begitu saja bergegas masuk, tanpa memperhatikan lingkungan."

Jupiter berdiri. Keningnya berkerut.

"Aneh juga, kenapa ada lubang yang begitu berbahaya di dekat jalan masuk ke gua. Kurasa itu menyebabkan banyak orang yang ingin tahu tidak bisa masuk."

"Kecuali jika mereka bersikap seperti aku tadi," kata Bob sambil tersenyum hambar. "Lubang berlumpur itu akan menyebabkan banyak dari mereka tidak bisa keluar lagi!"

"Wah," kata Pete, setelah berpikir sejenak, "mungkin itulah yang terjadi dengan anjing peliharaan Mr. Allen, serta anjing-anjing lainnya yang hilang. Mungkin saja mereka tercebur ke dalam lubang, lalu tersedot ke bawah."

"Kemungkinan itu bisa saja," kata Jupiter sambil mengangguk. "Tapi kita tadi kan sedang mencari-cari jejak, sebelum Bob berteriak minta tolong. Kita sama sekali tidak melihat jejak anjing di sekitar mulut gua."

"O ya?" kata Pete dengan nada heran. "Itukah yang kita kerjakan tadi?" Ia menoleh ke belakang dengan cepat. "Yah - sekarang sebaiknya kita lekas-lekas saja keluar dari sini, sementara masih bisa. Tempat ini menyeramkan." Semuanya sependapat tentang hal itu. Mereka cepat- cepat keluar.

Setiba di luar, Jupiter menoleh ke belakang. Dilihatnya bongkah batu besar-besar di sisi seberang mulut gua.

"Aku ingin tahu, sampai seberapa jauh Liang gua itu menjorok masuk ke dalam," katanya. "Kita tadi mendapat keterangan bahwa liang-liang di sini dulu biasa dipakai para penyelundup."

"Ya, betul," kata Pete. "Lalu?"

"Liang yang baru saja kita tinggalkan, rasanya tidak cocok untuk dijadikan tempat menyembunyikan barang-barang selundupan, karena terlalu terbuka dan mudah dimasuki orang."

"Mungkin saja sebenarnya masih ada lorong-lorong lainnya," kata Bob. "Arus karena air bisa menyebabkan batu yang termasuk lunak lama kelamaan habis, walau bisa memakan waktu jutaan tahun. Mungkin daerah sini dulu terendam air. Jika betul begitu, mestinya banyak liang- liang alamiah di sekitar sini."

"Mungkin juga," kata Jupiter, "tapi kita tidak punya waktu lagi untuk memeriksanya sekarang. Kita harus mengundurkannya ke lain waktu."

"Aku setuju saja," kata Pete dengan gembira, "pokoknya, asal jangan hari ini. Untuk sekarang, aku sudah cukup banyak mengalami kejadian yang menciutkan hati."

(13) TRIO DETEKTIF: MISTERI NAGA BATUKWo Geschichten leben. Entdecke jetzt