Chapter 2

3.8K 205 1
                                    

Brak!

Elang membanting salah satu kursi hingga menyebabkan beberapa kursi yang lain ikut terjatuh. Semua yang berada di sana terkejut, begitu juga dengan Lilin. Habis sudah kesabaran yang sejak tadi ia tahan.

Elang menatap tajam Fiona. "Bilang apa lo barusan?"

Ia merasa tidak terima dan langsung naik pitam saat  melihat seseorang menyakiti Lilin. Tidak ada yang boleh menyakiti istrinya itu. Siapapun yang berani menyakiti Lilin, maka siap-siap saja menerima akibatnya. Dan Elang tidak pernah memandang bulu. Baik wanita, ataupun pria.

Sedangkan Fiona yang ditatap seperti itu mulai merasa ketakutan. Namun sebisa mungkin ia menutupinya dengan wajah menantangnya. "Apa?! Gue ngomong sesuai fakta kok. Cewek manja dan cengeng kayak Lilin itu nggak pantes dijadiin istri. Lagian gue juga heran sama lo, kenapa sih, mau-mau aja jadi suami cewek yang pakaiannya udah kayak teroris gitu. Padahal gue yakin, di luar sana masih banyak cewek yang lebih dari dia! Dan lebih cocok buat lo!"

Sebagian hati milik Lilin tercubit mendengar penuturan Fiona barusan. Sepolos-polosnya Lilin, dia tetap tahu apa itu teroris. Dia merasa tersinggung, jika jilbab yang selama ini diperintahkan oleh Allah dihina seperti itu. Apa yang salah dengan jilbab lebar? Dan apa yang salah dengan cadar? Kenapa mereka selalu mengatakan jika ajaran Rasulullah seolah sebuah kejahatan? Terlebih lagi jika seperti Fiona yang sesama islam. Terlepas dari itu semua, semoga Allah segera memberikan mereka hidayah.

Dan diantara perempuan yang paling berani untuk menunjukkan ketidak sukaannya terhadap Lilin adalah Fiona. Seperti tadi contohnya. Lilin sendiri sudah sering dikatakan seperti itu, tapi gadis berjilbab lebar tersebut hanya diam. Jika ia tanggapi pasti akan menjadi pertengkaran. Apalagi jika Elang mengetahui pertengkaran tersebut, sudah pasti Fiona akan habis di tangan suaminya.

Baru saja Lilin akan menjawab, Elang sudah lebih dulu mendorong Fiona dengan tangan yang sudah dilapisi kaos kaki hingga menyebabkan kepala perempuan itu membentur dinding dengan keras.

Semua yang berada di sana bergidik ngeri tanpa berani membantu Fiona.

Lilin sendiri yang melihat itu matanya terbelalak. Berbeda dengan Dania yang tersenyum puas.

Gadis tersebut segera berdiri dari tempat duduknya, lalu menghampiri Fiona yang meringis menahan rasa sakit.

"Ayo Lilin anter ke UKS." Tangannya mencoba untuk menyentuh pundak perempuan itu.

Fiona menepis kasar tangan Lilin yang akan menyentuh pundaknya. "Nggak usah! Gue bisa sendiri!" sentaknya sembari berjalan cepat meninggalkan kelas.

"Ada tumpeng di balik batu. Ada apaan tuh???" teriak Bagas Gaisan yang baru saja datang bersama tujuh pria di belakangnya.

Mereka semua yang berada di belakang Bagas adalah anggota Warior. Itu baru anggota yang satu kelas dengan Elang. Sedangkan anggota Warior sendiri hampir mencakup seluruh anak SMA Cahaya Negeri. Belum lagi yang berada di luar sekolah. Jadi, sudah bisa dipastikan jika Warior adalah geng yang cukup terkenal. Apalagi diisi oleh cowok-cowok tampan. Tentu itu semakin mengundang perhatian para perempuan, baik di dalam sekolah ataupun luar sekolah.

"Elang Affandra! Kamu saya tunggu di ruang BK. Sekarang!" Guru BK datang menghampiri kelas mereka dengan wajah yang sudah tidak bisa lagi dideskripsikan.

Bukannya langsung mengikuti guru tersebut, Elang justru mendekati Lilin yang masih berdiri di tempatnya.

"Gue ke BK dulu ya. Lo jangan lupa makan, nanti tempat makannya gue cek. Maaf kalau gue udah nyakitin lo," ungkapnya dengan lembut seraya mencium kening Lilin cukup lama.

Sedangkan Lilin yang mendapatkan perlakuan seperti itu langsung menegang di tempat.

"Yaudah, gue duluan." Setelah mengatakan itu Elang berjalan meninggalkan kelas dengan santai seolah tidak terjadi apa-apa.

"Dunia terasa milik berdua. Kita yang di sini mah cuma remahan debu yang nggak ada artinya," sindir Bagas.

Semua yang ada di sana tentu saja terkejut melihat apa yang baru saja Elang lakukan. Tidak ada kata-kata ketus dan kasar yang selalu Elang lontarkan. Intinya, yang baru saja mereka lihat sangat jauh dari Elang yang biasanya.

Lilin masih terdiam tanpa menggubris godaan dan sindiran dari temannya. Ia masih mencoba untuk mencerna itu semua. Begitu juga dengan hatinya.

****

Esok harinya, tepat hari sabtu, Elang dan semua anggota Warior menemui geng Ajax yang telah melukai salah satu anggota mereka hingga masuk ke rumah sakit. Elang tidak terima saat mengetahui Ajax menyerang anggotannya tanpa alasan. Padahal anggotanya tersebut tidak mengganggu atau bahkan membuat ulah kepada mereka. Warior bukan pengecut yang suka bermain keroyokan. Apalagi sampai menyerang orang tanpa alasan. Setidaknya itulah yang selalu Elang tanamkan pada anggotanya.

"Kita kesini cuma mau ngasih tau, siapa itu pengecut yang sesungguhnya!" Elang menatap mereka datar.

"Ck! Beneran lo mau lawan kita?" Dhafin, ketua geng Ajax itu menatap Warior remeh.

Dhafin berani menatap mereka seperti itu karena anggotanya membawa beberapa senjata. Berbeda dengan Warior yang datang dengan tangan kosong. Namun itu sama sekali tidak membuat Elang merasa takut. Karena ia bisa menjadi seperti burung elang yang selalu berkawan dengan badai.

"Lebar mulut doang lo!" sungut Liam.

Dhafin terkekeh, lalu mengedikkan bahunya. "Terserah."

"Udah ayo cepetan! Gue kangen olahraga matahin tulang orang nih!" celetuk Bagas.

Tanpa menunggu lama, Elang segera memberi isyarat melalui tangannya untuk segera menyerang.

"SERANG!!!" teriak mereka.

Semua saling menghantam, menendang, memelintir, dan meninju. Sedangkan mereka yang membawa senjata mencoba untuk menusuk namun ditahan, dan ada pula yang mengibas-ngibaskan senjatanya hingga mengenai sang lawan.

"Aduh bego! Sakit goblok!" teriak salah satu anggota Ajax saat tidak sengaja terkena pukulan dari temannya sendiri.

"Ya lo jangan di sana!" teriak balik temannya di sela-sela dirinya berkelahi dengan salah satu anak Warior.

Sedangkan Dhafin terus saja berusaha melukai Elang dengan senjata tajamnya. Namun semua itu sia-sia, karena Elang terus saja menangkis dan memukul dirinya.

Bugh!

"Arkkhh, s—sakit."

Elang melototkan matanya saat tidak sengaja memukul seorang wanita. Dari mana dia. Kenapa nekat sekali mendekati area yang bisa saja membahayakan nyawanya. Akhirnya Elang pun berusaha melindungi gadis itu agar tidak terkena pukulan.

Dua puluh menit kemudian, perkelahian selesai dengan anggota Ajax yang sudah terkulai lemas di mana-mana.

"Cabut! Cabut!" Dengan sisa tenaga yang mereka punya, geng Ajax akhirnya memutuskan untuk melarikan diri.

"Hiks ... s-sakit," rintihan itu mengalihkan pandangan mereka pada seorang wanita yang tengah merasa kesakitan.

Elang segera berlari menuju wanita tersebut, lalu menggendongnya ala bridal style dengan tergesah. "Kita ke rumah sakit sekarang!"

Begitu juga dengan mereka yang terluka parah. Karena tidak ingin terjadi hal buruk, akhirnya mereka semua segera menuju rumah sakit agar diberi penanganan lebih lanjut.

Tbc

Rasael [Completed]Where stories live. Discover now