22. perisai seperti atmosfer

Mulai dari awal
                                    

Joko menggerakan tangannya seperti mulut yang tak berhenti berbicara saat itu Sukma tidak melihat ke arahnya.

"kenapa ketawa tawa? Apa yang lucu?!" Mereka semua menggeleng.

"Kalian ini bisa ga nurut sama peraturan. Jadi siswa yang taat, ga aneh aneh mulu." Ibu Sukma sampai gregetan dengan mereka.

"karna kami bukan standar masyarakat bu," jawab mereka kompak.

"ga asik jadi standar masyarakat. Hidup nya kaya sama sama aja." ucap Joko.

"standar masyarakat kan harus jadi anak baik, anak yang banyak prestasi, nguasai semua olahraga, public spekingnya bagus,piagamnya nya banyak. Beban hidup saya terlalu berat nangung itu semua bu." ucap Cekra.

"lebih tepatnya lo beban hidup." ucap Bams.

"sekali kali jangan jadi standar masyarakat. Mengambil jalan yang berbeda sekali kali ga masalah." ucap Kevin.

"inget kata ibu matematika, banyak jalan menuju roma." ucap Joko.

"kalian ini kalo di bilangin ada aja omongannya. Kalian ini kalo tawuran itu malah pengecut!" tegas ibu Sukma.

"ya gimana bu, yang di tantang kita semua. Ya maju lah. Gas aja." ucap Joko yang langsung nyerocos.

"kalo Joko yang di tantang bu, saya juga diem aja." ucap Deon, "masa bodo, bukan temen saya." Joko menatap Deon sengit.

"kalian ini mikir ga sih besok mau jadi apa waktu tamat sekolah?" ucap Ibu Sukma yang mulai dengan nada tenangnya.

"orang lain ga perlu tau kami akan jadi apa bu, tinggal liat nanti jika kami sudah jadi apa apa." ucap Kevin.

"selagi kita semua ga terjerumus sama obat obatan atau aksi pembunuhan, ibu jangan takut. Kami masih tau batasan untuk diri sendiri." ucap Bara.

"kami tau bu, bunuh manusia dosa. Saya juga takut di gentayangin." ucap Deon.

"tenang ada Joko kalo lo di datengin
setan," ucap Bams menepuk nepuk bahu Joko.

"ah dari pada ngebunuh anak orang, mending baperin anak orang," sahut Cekra. "bu pegel duduk doang bu di sini." sambungnya, "bener ga Jok?"

"bener banget ngab,"

"apapun penilai orang lain terhadap kami. Kami ga peduli bu. Kami punya peraturan sendiri bu, peraturan sehat yang kami mau." Bara berucap dengan nada tenangnya. Tapi di balik tenangnya itu, banyak hal yang tersirat.

Ibu Sukma tau, mereka memiliki sifat dan kemapuan mereka sendiri. Mereka tidak butuh bentakan mereka butuh pengertian. Bagaimana kita harus bisa mengerti dari sisi pendangan mereka. Guru yang masih memiliki anak satu itu, menatap dengan tenang anak muridnya yang menjauh dari ruangannya. Mereka itu pintar, pintar dengan cara mereka sendiri.

"KAMI BUAT MASALAH!!!"

"SEKARANG KENA IMBASNYA!!!"

"LARI LARI LAPANGAN!!!!"

"PUTAR PUTAR LAPANGAN!!!"

"SEMANGAT!!! SEMANGAT KAKAK!!!"

"SEMANGKA HANGAT!!! SEMANGAT!!!"

BARA BRAYUDANITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang