Chapter [2]

1K 99 10
                                    

Tap you'r star now!

!!!

Happy reading😉

.
.
.

Terpaksa Dante tetap masuk sekolah ditengah tubuh yang meminta beristirahat. Lebih baik begitu, sebab ia tak mau membuat marah orang tuanya terlebih sang papah. Pelajaran dihari pertama belum berjalan normal. Dari jam pertama selalu jam kosong. Dan itu keberuntungan bagi Dante yang ingin berlama-lama merebahkan kepalanya di atas meja.

Kelas terasa sepi, karena teman-temannya yang lain memilih pergi ke kantin dan sebagainya untuk membunuh bosan. Hanya tersisa beberapa orang termasuk dirinya. Kedua sahabat karibnya, Reano dan Aldi memilih tak masuk. Mereka selalu begitu, mereka punya banyak alasan untuk menyanggah semua pertanyaan orang tua mereka. Padahal cuma mau bolos.

Sedangkan dirinya? Terkadang keberadaannya saja tak dianggap. Membolos sehari, hukuman akan berjalan selama sebulan. Susah juga mempunyai orang tua yang suka menuntut.

Tangannya terangkat memijat pelipisnya sendiri. Pusing juga menambah deritanya pagi ini. Dia jadi heran, ada apa dengan mamahnya pagi ini? Kenapa memberinya susu cokelat disaat mamahnya tau kalau dirinya tak bisa mengkonsumsi makanan atau minuman apa pun yang mengandung cokelat. Dan kenapa juga ia dengan bodohnya meminumnya?

"Dante, ada titipan dari adik kelas, nih." Dari pintu kelas menyembul kepala David–ketua kelas sambil tangannya menenteng sebuah kresek putih.

Dante mendesah malas, apa lagi ini? Tidak tahu apa kalau tubuhnya benar-benar tak bertenaga. "Ck, adik kelas siapa?" tanyanya setelah mendekat kepada David dan meraih kresek itu.

"Nggak tahu, katanya sih disuruh gitu. Entah disuruh sama siapa." David mengendikkan bahunya dan kembali ke perkumpulan anak gamers di depan kelas. Ah, membosankan sekali jika tak ada kedua sahabatnya.

Segera Dante membuka kresek itu. Ternyata di dalamnya berisi sebotol obat yang dia sangat tahu apa itu kegunaannya. Ia tahu pengirimnya, tak salah lagi. Karena hanya orang yang benar-benar mengenalnya yang akan memberikan obat itu.

Dante bersorak dalam hati, terimakasih untuk Denta yang selalu memberikannya kejutan yang tak pernah terduga. Obat inilah yang ia butuhkan, obat alerginya. Tanpa mengulur waktu lagi, Dante meminumnya sekali teguk. Berbekal botol berisi air yang entah punya siapa.

Dante lega, tak lama lagi efek dari alerginya ini pasti akan menghilang. Dan ia akan bebas dari rasa lemas yang membuat malas untuk bergerak.

"Heh, Maling! Itu botol minum gue, balikin!" Dante terkejut dengan teriakan dari belakang tubuhnya. Hampir saja botol minum yang ia pegang akan jatuh. Tapi untung refleksnya bagus. Botol itu masih terselamatkan.

"Ya, biasa aja dong, Neng. Cuma minta sedikit aja, kok. Lagian gue nya ganteng plus bersih, nggak bakalan kotor tuh air minum," jelas Dante sebal karena perempuan yang ada di hadapannya sekarang ini membuatnya terkaget-kaget.

Diselingi gerutuan, Dante menyerahkan botol minum itu kepada pemiliknya yang sah. Namanya Ratna, cewek bersuara toa di kelasnya. Dia bendahara kelas, karena suaranya yang menggelegar Ratna dijadikan bendahara untuk menagih uang-uang dengan suara toa-nya itu. Memang benar sih keputusan itu, tapi itu penderitaan bagi anak-anak yang malas membayar uang iuran kelas seperti dirinya juga.

Nanteta«HIATUS»Where stories live. Discover now