"Mau lo apa sih? Ada masalah apa lo sama Aurora, ha?!" gertak Nana mendorong Sania.

Sania cengo, ia memegangi bahunya bekas sentuhan Nana. Sania menggigit bibir menahan amarah, ia pun membalas mendorong Nana.

"Kenapa lo yang sewot? Mau jadi sok pahlawan kesiangan?" sinis Sania berbicara di depan wajah Nana.

"Jauh-jauh dari gue napas mulut lo bau azab!"

Semua orang yang berada di dalam kelas sontak menahan tawa. Teman satu geng Sania saling menyenggol kaki satu sama lain sambil menutup mulut menahan tawa.

Sania tak terima, ia mengangkat tangannya diudara bersiap menampar Nana. Tapi hal itu tidak terjadi karena tiba-tiba saja terdengar keributan dari arah luar.

"Apaan sih?" gumam Nana. Ramai-ramai orang berbondong-bondong keluar kelas.

Nana menghampiri Aurora. Keduanya saling bersitatap bingung. Anak lelaki kelas X IPA 1 melongokan kepala dari balik jendela, sementara untuk murid perempuan sudah raib entah pergi kemana.

"Ada apa sih rame-rame. Tawuran?" terka Nana tak yakin.

Aurora menggosok hidungnya yang gatal, kepalanya menggeleng tak tahu. "Coba lo tanya salah satu dari mereka," usul Aurora.

Nana mengangguk, ia menghampiri seorang cowok yang sedang kesusahan melihat keadaan luar dari balik jendela yang terbuka. Beberapa anak cowok lainnya ikut menimbrung hingga mereka rela berdesak-desakan.

"Sam," panggil Nana menggoyang kaki Sammy yang berpijak pada meja.

"Hm, naon?"

"Sammy!" geram Nana memukul bokong Sammy menggunakan botol air minum milik Zaza.

"Astagfirullah, aya naon? Maneh teh ganggu pisan!" gerutu Sammy menatap Nana sinis. Berbicara menggunakan logat daerahnya.

Nana berdecak keras, mengacungkan botol minuman di tangannya membuat cowok bergigi gingsul itu langsung menangkupkan tangan di depan dada sembari meringis kaku.

"Di luar ada apa?"

"Oh itu. Dirga sama gengnya mau kenalin anggota baru. Tapi saya agak nggak percaya, kenapa dia teh  bisa tersesat masuk geng The Dark," ujar Sammy memasang raut bingung.

Dahi Nana berkerut. "Dia? Maksud lo?"

Sammy menggaruk belakang kepalanya. Bukannya menjawab, Sammy malah menyingkir dari tempatnya.

"Kamu liat saja sendiri. Bukannya udah meninggal, kenapa bisa hidup lagi. Ihhh serem." Sammy mengusap lengan tangannya sembari bergidik ngeri.

Nana semakin tak mengerti, ia menengok ke belakang mendapati raut wajah Aurora yang penuh tanya. Nana hanya membalas dengan mengangkat bahu pertanda tidak tahu.

Menuntaskan rasa penasarannya, Nana pun menaiki meja mengambil tempat dimana Sammy berada sebelumnya. Cowok-cowok yang semula berkumpul perlahan membubarkan diri, namun di depan kelas masih nampak ramai dipenuhi para murid perempuan yang masih asik melihat anak The Dark saat ini berkumpul di depan halaman sekolah.

"Siapa si—" Mata Nana membulat sempurna. Mulutnya terbuka lebar, apa ia salah melihat? Berkali-kali Nana menepuk sembari mengucek matanya, namun yang ia lihat masih orang yang sama. Cowok itu berdiri di samping Dirga, mengenakan jaket yang serupa seperti anak The Dark lainnya. Tak lupa ikat kepala berwarna hitam melingkari kening cowok tersebut.

Kaki Nana bergetar. Bagaimana bisa, orang yang Nana lihat saat ini adalah...

"Rigel," ujar Nana tertahan membekap mulutnya tak percaya. "Dia masih hidup?!"

RigelAuroraWhere stories live. Discover now