04.Mata yang sama

Start from the beginning
                                    

"Buktinya udah dua tahun semenjak ca pindah kesini semua nya baik-baik aja kan bang? udah ah nggak usah bujuk aku buat pulang ke Jakarta."

"Kamu itu marah banget sama Jakarta?" Rai terkekeh geli.

"Mana ada! itu tempat lahir ku bang, ca betah kok mandiri disini. Mau sampai kapan dimanja ayah sama Bunda terus?"

Waktu terus berjalan membuat adik Kale ini dewasa, ia mengusap lembut rambut adiknya. "Abang bangga sama kamu."

"Walaupun ca suka buat ulah disini?" tanya Rai sedikit judes.

Abang Rai itu mengangguk mantap. "Buat sebanyak mungkin," jawabnya yang tahu alasan apa Rai berani melakukan berbagai ulah, dan bum! alasan di baliknya cukup mengejutkan sekaligus membuat ia merasa bangga karena darah Febrianto memang tidak pernah gagal dalam attitude maupun visual.

Rai lantas tertawa puas lalau memeluk sayang Abangnya. "Manusia penghuni bumi itu bakalan jahat sama orang-orang baik tapi Tuhan akan selalu ada dipihak orang baik, jangan takut jadi orang baik apapun rintangannya, karna untuk menjadi bintang di langit harus jatuh berkali-kali."

"Moto hidup yang kamu pegang itu pertahanin," kata Kale pada Rai yang tiba-tiba mengucapkan kalimat itu. Rai mengangguk dan melepaskan pelukannya.

"Dan itu yang selalu bikin ca bertahan sampai sekarang bang! Dokter Grace Soraya ... dia bener-bener Ibu dokter mata hebat inspirasi ca, aku masih inget jelas suara dia saat ngucapin kalimat bijak itu saat lima menit sebelum jalannya operasi," mata Rai terlihat menerawang. "Ca jadi mau ketemu deh bang. Secantik apa ya malaikat baik itu?"

Rai pernah mengalami kecelakaan fatal hingga kornea matanya rusak total sampai mengalami kebutaan serta ia juga mengalami lumpuh sementara, tapi itu kejadian lama. Rai sudah benar-benar melupakannya dan berdamai dengan masa-masa tersulit itu.

"Membahas kearah sana Abang jadi ingat teman mu tadi."

"Xabiru, kenapa?"

Kale memandang lurus kedepan, termenung beberapa saat mengingat tentang hari itu. "Bola matanya sama kaya Bu Dokter Grace, hijau mengkilat bikin pesona kharismatikya tambah kuat."

Mata Ica memecing dengan tawa yang tertahan. "Jangan bilang Abang nyangka Xabiru itu anaknya?"

Sayangnya Kale mengangguk dengan wajah yakin.

Rai geli tertawa, "ih ngaco! nggak mungkin bang yang punya mata hijau nggak cuma Bu Dokter Grace dan Xabiru."

"Ca orang-orang beruntung yang memiliki bola mata warna hijau itu populasinya cuma ada dua persenan di dunia."

"Ya tapi itu nggak memungkinkan Xabiru anak Bu Dokter Grace dong?" tanya Rai pada Kale yang malah melamun.

Hari itu paska Rai selesai operasi pendonoran mata Bu Grace menghampiri Kale, mengusap lembut pundak Kale seraya tersenyum. Senyum yang Kale tahu jelas menyimpan banyak luka, bahkan pedihnya bisa terasa hingga detik ini. Kerling mata hijaunya meredup. Meski begitu tak sedikitpun mengurangi kecantikan wajahnya yang seperti barbie hidup. "Jaga adik mu ya, dia layak mendapatkan kehidupan yang paling baik. Ibu ikut senang semuanya berjalan lancar," lembut di dengar suaranya.

Kale mengangguk dan balas tersenyum ramah. "Terima kasih dok, terima kasih banyak telah bersedia melayani yang terbaik untuk adik saya." Dokter Grace mengangguk, senyumnya tidak pudar sedari tadi.

"Melihat mu aku jadi mengingat putera ku, dia sama penyayangnya seperti mu."

Putare ku.

Putera ku.

Putera ku.

Kata itu terus memenuhi kepala Kale. Apa iya itu Xabiru?

********

"Arga itu sahabat saya, terus saya nampar gebetan super hedon dia Yola, alhasil saya terpental pake duitnya si Yola, pihak sekolah berhasil disogok. Arga yang janji bakalan ada dipihak saya malah bela gebetannya juga, makannya saya marah sama dia."

"Lo nampar karna cemburu?"

"Nggak."

"Terus?"

"Karna nolongin orang yang dibully sama Yola."

"BIRU ANJING CONGEAN?!" kesal Zergan pada Xabiru yang sedari tadi melamun.

Xabiru mendengus galak. "Apaan?"

"Sempet-sempetnya ngelamun di tempat ajep-ajep, di tempat kaya gini mah have fun bos!" balas Calvin lalu menuangkan wine pada gelas milik Xabiru.

Dengan cepat Xabiru menegaknya. "Cewek tadi jangan lo berdua apa-apain."

Zergan dan Calvin saling pandang dengan senyuman menggoda. "Bukan bangsat!" sentak Xabiru mengerti arti tatapan sialan ini. "Dia cewek baik-baik, selalu ada alasan dalem tindakannya termasuk saat kita dikerjain tadi."

Sekarang mencari tahu detail tentang Rai sudah Xabiru jadikan PR yang harus terselesaikan ole nya. Rai, gadis yang membuat Xabiru selalu bertanya-tanya serta gadis yang Tuhan berikan bumbu-bumbu istimewa hingga membuatnya langsung punya ruang tersendiri di hati Xabiru.

"Lo suka dia biru?" Zergan bertanya sebab cara Xabiru berucap begitu penuh makna.

Ia kembali menuangkan gelas kecil nya wine. "Kalau iya?"

********

XABIRU [END]Where stories live. Discover now