12

991 201 17
                                    

Aroma basah yang begitu kental masuk ke dalam penciuman. Semua bergerak secara hati-hati setiap kali langkah semakin masuk ke dalam hutan. Tubuh merasakan ada yang aneh di sekitar mereka, seolah ada sepasang mata yang mengawasi setiap gerak gerik. Kabut yang makin tebal membuat kepekaan meningkat tajam. Kaki bergerak, maju terus ke arah depan dengan saling terhubung satu dengan yang lainnya.

Jeno menelan ludah gugup, tangannya berkeringat, dia hanyalah remaja yang ingin memulai sekolah menengah atas tanpa masalah. Dan nyata, tidak sampai 2 minggu berada di asrama, dia sudah mengalami berbagai hal buruk yang seharusnya tidak dialaminya. Ayah dan ibunya tidak mengatakan apapun, dia dipaksa menemukan jawabannya sendiri. Dan yang paling buruk adalah teman pertamanya menghilang—sial beribu sial— Jeno tidak bisa membiarkan Jaemin.

"Haechan, seberapa jauh kita dari tempat itu?" tanya Mark. Dia juga berkeringat dingin, cukup yakin bahwa ketakutan hampir melucutinya hingga tak bersisa. Mark berdiri tepat disamping jeno, membantu menjaga punggung Yangyang dan Haechan. Dia berulang kali mengusap matanya kasar, melihat tubuh Haechan yang seperti Transparan.

"Haechan?"

Yangyang adalah yang pertama menyadari jika seseorang yang berdiri tepat didepannya bukanlah haechan. Dia mengambil langkah mundur, meraih tangan Jeno dan Mark untuk menjauh. Senter diarahkan kepada sosok yang menyerupai Haechan. "Itu bukan haechan. Sial! Kita terpisah." Serunya. Dia menarik kedua remaja itu menjauh, detak jantungnya semakin cepat dan sesak semakin terasa. Dia sangat takut, Yangyang tidak bisa memikirkan apapun selain lari.

Ini aneh, pikir mark.

Mereka sudah berlari cukup jauh tapi berulang kali berakhir ditempat yang sama. Mark menelan ludah gugup, dia memperhatikan sekitar hingga matanya terkunci pada dua pohon besar yang ditengahnya tampak gelap dan suram. Dia secara sadar menepuk kasar lengan jeno dan yangyang, meminta perhatian mereka. Matanya tidak berkedip sama sekali, suaranya begitu sulit untuk keluar. "Sesuatu disana." katanya dengan suara serak.

Mata menyipit, Jeno menutup telinganya kasar. Dia bisa mendengar suara Jaemin dimana-mana. Ini pasti ilusi, jaemin tidak ada disini tapi suaranya sangat dekat. "Aku mendengar suara Nana." gumamnya, tidak ada yang mendengarkan hal tersebut.

Diantara dua pohon besar terlihat beberapa pasang mata merah yang tidak lebih tinggi dari pinggang, bergerak bersama dengan sosok jangkung yang terlihat seperti menggunakan setelah mewah dan topi bundar. Matanya sangat jelas, bau darah semakin pekat diikuti bunyi rantai yang sangat jelas. Sosok itu semakin dekat, semakin membuat rasa takut menggerogoti hingga tidak bersisa.

Yangyang dan Mark, menahan nafas mereka, kelopak mata melebar berusaha tidak berkedip saat sosok itu semakin jelas. Mereka tidak menyadari Jeno yang terus bergumam sesuatu tentang suara. Semakin mata memperhatikan, kepala semakin terasa ringan tanpa beban. Tubuh bergerak tanpa sadar mendekati sosok jangkung yang menjulurkan tangannya.

Suara Jaemin semakin keras, menarik semua kesadaran jeno dari ilusi yang dibuat si pencari. Matanya bergerak panik saat mark dan Yangyang berada diluar jangkauannya. Tanpa menunggu dan mengabaikan suara Jaemin, Jeno meraih Yangyang dan Mark untuk pergi. "Mark, Yangyang, abaikan dia. Jangan dengarkan apapun yang dia ucapkan. Tetaplah sadar sialan! Haechannnnn....kau dimana?" jeno menjadi sangat panik. Dia sadar telah kehilangan kontrol diri, kakinya beberapa kali tersandung akar yang tidak diperhatikannya.

"....jeno, Yangyang, mark, kalian dimana?"

Dari jauh terdengar teriakan yang sangat dikenal oleh mereka. Itu suara haechan, Tuhan ternyata masih menyayanginya. Mark dan Yangyang seperti boneka rusak. Kabut menipis dan bulan bertengger diatas sana dengan sinar kemerahan. Jeno terpaku walau sesaat, dia menyadari keanehan yang ada.

1》I Can Hear Your Voice : Secret | Nomin ✔Where stories live. Discover now