"Apa sih?! Mendadak semua nggak boleh."
Gumaman Fiora terlalu keras untuk disembunyikan dari Ray. Raut wajah gadis itu nyolot. Berhadapan dengan gurat kerasnya. Ray saat itu tidak sadar memandang wajah Fiora terlalu lekat. Menghempas kewarasan atas tindakannya: mengapa ia merasa ada dorongan untuk melarang gadis di hadapannya dari melakukan hal-hal yang ia maksudkan? Ray tidak menyukainya, benar. Tapi, Ray seharusnya tidak melarang. Tidak pernah juga ia seperti ini.
Melarang-larang pacar.
Mempertanyakan, alasannya.
Apa karena Veona mirip dengannya untuk Ray merasa semua hal biasa-biasa saja? Tidak ada dari perbuatan gadis itu yang bisa mengganggunya.
Sedang, Fiora.
Harum pastry gadis itu teramat memenuhi indera penciumannya. Wajah Fiora yang tertekuk, merunduk, seperti berusaha menghindari bertemu pandang. Ray mengingatkan dirinya atas hal yang akhir-akhir ini terjadi: Pesan gadis itu, insiden pulang bersama, bekal makan siang berupa makanan kesukaannya. Ada banyak pesan dan telepon masuk yang ia hiraukan. Ada banyak senyum dan keceriaan.
Ray menjadi hapal suara gadis itu yang ramai.
Tuntutannya, pertanyaannya, kemarahannya.
Ray mengulang pertemuan pertama mereka yang hanya berdua. Berhadap-hadapan: saat gadis setinggi dadanya itu mengajak Ray menjalin hubungan dengan malu-malu. Pipinya yang putih menguarkan merah samar. Matanya yang bulat takut-takut menatapnya. Bibir kemerahannya terkulum. Ray melirik ke arah sana sekarang.
Tangannya yang lain menjalar, menyentuh ringan tengkuk Fiora. Seketika tubuh gadis itu terkesiap. Dan berhasil membuat tatapannya mengarah kembali pada Ray. Terpancar heran dan jengkel. Ray mendapatinya demikian kala mata mereka bertautan. Lalu, ketika manik hitam Ray diturunkan. Perlahan-lahan. Kedua kalinya setelah di mobil yang pertama kali. Ray memandang bibir gadis itu sebelum kepalanya mendekat ke sana, merunduk.
"Ray—"
Kekagetan sudah pasti ada. Tangan Fiora yang ingin menahan pergerakan tubuh Ray yang kian merapat diletakkan di depan dadanya. Bibir gadis itu dirapatkan. Terkulum sengaja, mungkin ingin menutupi darinya. Sesaat Ray mempertemukan kembali mata mereka. Jarak sudah teramat dekat. Ray mengingat situasi yang mirip ini saat di mobil.
Mengingat hal yang ia tahan.
Tapi, haruskah ia melakukan ini?
Mengapa dirinya ingin melakukan ini?
Sekali lagi, tidak pernah Ray merasa sekuat ini menginginkan sesuatu hal. Sampai rasanya, ia bahkan bisa memaksa untuk mendapatkannya.
Tangan Ray yang sebelum ini melingkari pergelangan tangan Fiora, dinaikkan. Disentuhkan pada lipatan bibir gadis itu yang nampak sekali sekuat tenaga menahan. Menegang, kaku. Kepala gadis itu terlihat ingin menghindar, tetapi tidak mampu. Tangan Ray yang lain masih di tengkuk Fiora, sesekali memainkan helaian rambutnya yang jatuh sepinggang. Ray akan memastikan rambut gadis itu tidak akan pernah dinaikkan.
Ray menyukainya jatuh seperti ini, menghalangi tengkuknya. Ray akan membiarkan gadis itu mengikat rambutnya saat mereka hanya berdua.
"Aku mau cobain sushi dan sashimi buatan kamu."
Ray mengatakannya. Netra mereka masih bertaut. Semakin dalam. Semakin intens. Gelap malam menyelami almond terang. Tidak ada senyuman. Terpaku. Hanya ada jantung yang berdebar gila-gilaan. Napas yang ditahan. Tangan yang dingin. Ray merasakannya pada Fiora. Gadis itu takut?
YOU ARE READING
BROKEN METEOR [REWRITE]
Romance(Sudah pernah tamat di tahun 2021) Fiora Karenina Tanusukmodjo punya satu harapan: dapat merasakan perkuliahan yang terkenang indah sampai ia beranjak dewasa. Setelah sekian lama hidup dengan rantai terikat tak kasat mata, akhirnya ia mampu keluar d...
10. Smooth-Stubble
Start from the beginning
![BROKEN METEOR [REWRITE]](https://img.wattpad.com/cover/253429296-64-k670902.jpg)