This Engagement

5.4K 446 20
                                    

Seorang putra makhkota akan menikah dengan putri yang dipilih oleh keluarganya. Sang calon raja tak akan bisa menolak atau menentang keputusan tersebut.

Tapi, jika ia menjadi raja kelak, ia akan mendapatkan hak istimewa. Yaitu, memiliki selir yang dia inginkan.

Sakura menutup buku cerita didepannya. Mata emerald itu beralih menatap cincin di jari manisnya. Gadis itu menghela nafas. Pikirannya tertuju pada Uchiha Sasuke, tunangannya.

Mereka telah bertunangan selama hampir dua tahun. Berawal dari perjodohan yang dilakukan kedua keluarga mereka.

Apakah Sakura mencintai Sasuke? Tentu saja.. Siapa yang bisa menolak pesona laki-laki yang nyaris sempurna seperti Sasuke. Dia tampan, jenius, kaya meskipun kaku.

Tapi... Sasuke sungguh sulit ditebak. Apakah laki-laki itu menerima perjodohan ini dengan ikhlas seperti dirinya, atau...

Dia memang mencintai Sasuke. Tapi dia tak ingin kisahnya berakhir tragis seperti kisah para ratu dahulu. Atau kisah-kisah para istri malang di drama-drama kacangan tontonan ibunya.

Sakura tak tahan lagi, dia harus menanyakan ini langsung pada Sasuke.

Kalau Sasuke ternyata terpaksa menerima pertunangan ini, dia akan melepasnya. Dia tidak ingin ada selir diantara mereka.

Gadis itu meraih ponselnya, mencari kontak Sasuke, membiarkan nada sambung terus berbunyi tanpa ada respon diseberang sana. Selalu seperti itu... Sasuke selalu sulit diraih.

"Sial..." Umpat Sakura lalu mencubit pipinya sebagai hukuman karena telah mengumpat. Gadis itu tak terbiasa berkata buruk.

Sebuah pesan masuk, dari Sasuke yang membuat jantung Sakura seolah melompat keluar dari dadanya.

Ada apa? Aku sedang rapat.

Sakura memutar bola matanya bosan. Sedang rapat, banyak pekerjaan, sedang meeting dengan klien penting. Ada-ada saja alasan untuk Sasuke membiarkan telepon darinya.

Bisakah kita bertemu malam ini? Kalau tak bisa. Aku memaksa. Kutunggu dirumahku.

Balas Sakura lalu menjauhkan ponselnya. Tak ingin melihat balasan dari tunangannya. Gadis itu tersenyum bangga dengan strateginya.

***

Jarum jam sudah menunjuk ke angka delapan. Sakura menghela nafas. Untung saja dia meminta Sasuke bertemu dirumahnya. Jika tidak, dia akan terlihat bodoh karena menunggu sendirian di tempat umum.

"Sakura..."

Gadis itu mengalihkan perhatiannya dari tv saat sang ibu memanggil. Wanita paruh baya yang masih cantik itu terlihat rapi.

"Ibu mau kemana?" Tanya Sakura heran.

"Ada undangan makan malam bersama teman ayah mu. Ayahmu akan berangkat dari kantor."

"Jadi, aku akan sendirian?" Tanya Sakura kesal.

Ibunya mengangkat alis heran. "Sasori?"

"Ini hari jumat bu... Pertemuan wajib dengan geng gilanya." Sakura memutar mata bosan mengingat siapa saja teman-teman aneh kakaknya yang selalu membuat kegiatan setiap jumat malam.

"Jangan bicara seperti itu... Tidak baik..." Kata ibunya lembut sambil mengelus surai merah muda anak bungsunya. "Ibu pergi dulu..."

"Hn.. Hati-hati dijalan..." Kata Sakura kembali menonton siaran didepannya malas.

Setengah jam berlalu, tapi belum ada tanda-tanda kedatangan Sasuke. Sakura sudah berkali-kali menguap bosan sampai kesadarannya menghilang perlahan.

Oneshoot Sasusaku ✔Where stories live. Discover now