THE BIRTH OF WINTER

2.6K 592 58
                                    

THE BIRTH OF THE WINTER

Aku membangunkan sosok iblis yang terkubur didalam tumpukan salju

Kepingan-kepingan salju terus berjatuhan selagi ia menghitung detik-detik terakhirnya, langit abu tampak muram

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kepingan-kepingan salju terus berjatuhan selagi ia menghitung detik-detik terakhirnya, langit abu tampak muram. Perlahan dinginnya salju dikulitnya sudah tidak terasa lagi, hanya mati rasa. Bahkan darahnya yang terus mengalir dari perutnya yang sobek pun sudah tidak terasa hangat lagi, hanya mengotori salju, mengubah menjadi merah kotor.

Kilas balik hidupnya dimainkan begitu cepat dalam benaknya seolah mencemooh akan hidupnya yang singkat.

Sejujurnya

Dia tidak ingin mati, permasalahan hidupnya masih belum tuntas. Para bajingan itu harus membayar apa yang telah mereka perbuat. Mereka harus membayar atas kematian ibunya, saudarinya, dan mungkin kini kematiannya?

Haruskah ia berdoa? Sejujurnya sudah lama sekali ia tidak berdoa,

Apakah tuhan tuli tidak mau mendengar doanya?

Atau mungkin dia berdoa pada tuhan yang salah selama ini?

Mungkin sedari awal ia seharusnya berdoa pada iblis.

Maka itulah yang ia lakukan, ia rela menukar apapun asalkan ia dapat membalas mereka,

orang -orang yang berada dalam daftar kematiannya.

Seolah do'a nya didengar, di detik terkahirnya ia berjumpa dengan wadah sang iblis.

Dibawah temaram bulan, wajahnya bak malaikat, kulitnya hampir seputih salju yang mengelilinginya, dan matanya hangat seperti sinar mentari pagi.

Hari itulah Park Sunghoon bertemu dengan seorang Kim Sunoo.

"Kau... Tidak apa-apa?" Tanya Sunoo seraya berlutut dihadapan Sunghoon yang terbaring sendiri di tengah hutan bersalju.

Sunghoon terkekeh mendengar pertanyaan tak masuk akal Sunoo.

"Apa .... orang sekarat....terlihat baik-baik saja...bagimu?" Tanyanya mengejek dengan terengah-engah oleh sesak, darah segar tampak mengalir dr sudut bibirnya.

Bukannya minta maaf seperti yang Sunghoon duga, Sunoo malah tersenyum.

"Maksudku, jiwamu... apakah sudah damai saat menyebrang nanti?"

Sunghoon tertawa, tawanya begitu miris hingga membuat Sunoo merasa iba kala mendengarnya. Di akhir tawanya ia terbatuk-batuk,

Ahhh ajalnya semakin dekat, pikirnya.

Siapun pemuda dihadapannya, mungkinkan ia malaikat yang bertugas untuk mengantarnya menyebrang?

Jika iya, Sunghoon jadi tidak begitu keberatan.

"Apa kau mau mengantarku? Dan menyelesaikan semua masalahku yang tertinggal?" Tanya Sunghoon, pandangannya mulai mengabur.

"Aku... Bisa memberimu hidup yang baru, tapi mungkin kau tidak akan sama lagi." Sunghoon mendengus meragukan, dengan menantang ia pun berkata.

"Coba saja, jika benar kau bisa menyelamatkanku dari kematian dan memenuhi keinginanku untuk membunuh para bajingan sialan itu, akan aku tukarkan apapun milik ku."

"Jantungmu mungkin tak akan pernah berdetak lagi, Napasmu tak akan pernah berhembus lagi, tapi kau hidup meski kosong, kau akan hidup untuk beribu tahun lamanya, membeku tak akan pernah menua."

Sunghoon mencoba memahami penjelasan Sunoo, apa maksudnya dari kata tidak berdetak dan bernapas tetapi masih hidup? Pada akhirnya Sunghoon tidak mau terlalu memikirkannya. Asalkan ia bisa membalaskan dendamnya ia rela menukar apapun.

Dengan yakin, ia berkata.

"Lakukan.....apa yang harus kau lakukan.... Aku tidak memiliki apapun, ambil saja apa yang kau mau.... "

Sunoo mengganguk, sejujurnya ia sendiri menginginkan teman yang dapat menemaninya dalam hari-hari sepi. Sudah 100 tahun berlalu sejak ia meninggalkan Heeseung,

Sunoo merasa kesepian.

Berkali-kali ia mencari mereka yang hendak menyebrang pada kematian, dengan niatan ia ubah menjadi vampir, namun semuanya selalu menjawab sudah siap meninggalkan kehidupan.

Sunghoon adalah yang pertama.

"Maaf... Ini mungkin akan sedikit sakit." Bisik Sunoo seraya mengiris lengannya dan mengalirkan darahnya pada kerongkongan Sunghoon.

Hari itu Sunghoon baru pertama kalinya merasa terbakar dalam dirinya, seolah darahnya dibakar dari dalam tubuhnya.

Detik demi detik dilalui dengan penderitaan, Sunoo mencoba menenangkan Sunghoon dengan menyenandungkan lagu tidur yang biasa Heeseung nyanyikan untuknya. Dibelainya rambut Sunghoon sembari terus menggengam tanganya dengan erat.

8 Desember, musim dingin

Hari itu adalah kelahiran kembali, seorang Park Sunghoon.

HYMENOCALLIS | K. SunooWhere stories live. Discover now