472 • mimpi yang hadir saat aku tertidur

789 161 12
                                    

Ketika kita tidur di atas kasur, dalam ruang nyaman bersuhu dinginㅡyang dihalau selimut tebalㅡkemudian terbangun di atas hamparan pasir, dalam ruang semesta yang bersinar terik mataharinya, maka pasti itu adalah mimpi bukan?

Ini mimpi teraneh di sepanjang hidupku, terbangun di gurun yang tandus, kebingungan dan kehausan. Tapi karena aku tahu ini mimpi, tiada kekhawatiran sedikit pun di dadaku.

Dengan sabar, aku menunggu tubuhku bangun. Tidak akan lama pasti. Sebab aku telah memasang alarm pagi-pagi sekali, demi menagih janji Ayah yang hendak mengajakku membeli sepeda motor sebagai hadiah kelulusan sekolah menengah pertama.

Sembari menunggu, aku menyusuri gurun untuk mencari minum. Cuaca sangat panas, aku berpeluh dan telah kutanggalkan bajuku karena begitu gerah. Hanya bercelana, aku berjalan mengandalkan insting mencari mata air.

Namun, sejauh mataku mampu memandang, yang mampu kusaksikan hanyalah fatamorgana. Bahkan sebatang pohon pun tidak ada.

Terlalu lama jalan tak berarah, tubuhku berangsur-angsur lemah, tiada tenaga lagi untuk melangkah. Kuputuskan untuk langsung berbaring saja di titik aku berdiri, tanpa berlindung di balik apa-apa. Sambil memainkan butir-butir pasir, aku memikirkan kenapa aku tak kunjung bangun.

Lalu sebuah ide terlintas di kepalaku. Aku mencubit diri sendiri hingga menjerit sakit. Biasanya jika kita kesakitan di dalam mimpi, kita akan terbangun.

Mencubit paha, aku tidak bangun.

Kucubit lengan sendiri, aku juga tak bangun.

Aku mencubit pinggangku hingga memerah sakit, aku tak kunjung bangun.

Mimpi apa ini?!

Tidak menyerah, aku mengganti metode menyakiti diri. Kubenamkan diriku di dalam pasir hingga kesulitan bernapas. Tidak hanya sulit bernapas, aku pikir aku pasti akan mati jika aku tidak segera bangkit dan meraup udara sebanyak mungkin.

Sekarang apa?

Aku jadi semakin haus saja. Kulitku pun mulai terasa perih karena sengatan sinar matahari.

Kupandangi lagi hamparan pasir di sekelilingku, benar-benar tandus dan sepi.

"Tolong!" Aku mencoba peruntunganku. Barangkali ada musafir yang ber-unta di gurun ini.

Tiada sahutan. Bahkan bayangan binatang pun tak ada sama sekali tampak.

Sekali lagi. "Toloooooooong!"

Kupandangi langit yang biru, burung pun tiada melintas.

Baiklah, ini benar-benar mimpi terburuk yang pernah kualami.

Tidak ingin menyerah, aku mencoba berdiri dan kembali melangkah, mencari air. Tapi langkahku tak berumur panjang sebab tubuhku mendadak tumbang dan mataku terasa berat sekali, kesadaranku seperti diraup seketika.

Apakah ini waktunya bangun?

***

Semestinya aku bangun. Tapi tidak.

Mimpi ini sangat aneh. Benar-benar aneh. Sebab hingga berhari-hari aku melewati malam yang dingin, menjalani panas yang terik, bahkan tanpa setetes air pun, aku tidak kunjung mati.

Tapi tak jua bangun dari mimpi ini.

Aku mulai merasa terguncang. Aku sering berteriak memanggil ibu dan ayah tapi mereka tidak membangunkanku sama sekali. Apakah masih belum pagi? Kenapa lama sekali?

Sampai di hari kesekian yang tak lagi sanggup kuhitung, saat kurasa aku sudah pasti gila, di tengah keheningan malam dan dinginnya yang menusuk, saat sayup-sayup mataku tertutup, aku mendengar suara di kejauhan sekali. Seperti raungan tangis ibuku, bersahut-sahutan dengan tangis ayah.

Lalu aku merasakan kesadaranku perlahan hilang. Apakah ini waktunya bangun?





•••

halo lagi semuanya! cerpen baru nih. oiya aku sedang akan republish semua cerpen masa laluku yang penah tayang di lapak ini, tapi bertahap. jadi yg belum baca, boleh ditunggu, yang sudah baca, yuk nostalgia lagi.

12jan21

BelantaraWhere stories live. Discover now