ZeChen (OnGoing)

Rafferty

" Cafe kuy" ajak Sely pada tiga sahabatnya. Kini mereka tengah berkumpul dikantin guna memberi makan para cacing.
" boleh " jawab Kennet, yang sibuk dengan baksonya.
" key, ikutt yaa" rengek Sely.
" iya" jawab Key. Singkat, padat, jelas.
" Ze, lu ikut ya" ajak Sely
"mau sih tapi, ajak Chen juga boleh nggak?" tanya Zelene, ia ingin ikut tapi takut kalau Chen tidak ikut.
"boleh kok" jawab Sely.

" Gabung boleh? " tanya Kevin yang entah sejak kapan ada disana.
" boleh aja " jawab Sely dengan mata berbinar. Tak dapat dibohongi memang Sely punya rasa pada Kevin tapi hanya hatinya yang tahu.
" bang bang kek, ikut para gadis main kuy " teriak Kevin pada ketiga pemuda gagah yang sampai kini menjabat sebagai sahabatnya.
" kemana? " tanya Chen, bukan pada Kevin melainkan Zelene.
" Sely ngajak ke cafe, Zeze pengen ikut. Chen ikut ya " jawab Zelene, sembari memperhatikan sepupunya yang mengambil tempat disebelahnya.
" Hm, cafe mana?" tanya Chen lagi.
" mana yaa?" tanya Sely pada dirinya sendiri sambil memasang muka serius berpikir.
" StarCafeBar aja gimana?" usul Diven, yang sedari tadi hanya menyimak percakapan.
" oke gue setuju " sahut Kevin dan Sely semangat. Ets bareng gaes.
" oke abis selesai exskul kita ketemu di parkiran " kata Diven dan semua mengangguk setuju .
" jam 5 " tambah Fredy.
" oke oke dah, kita mau lanjut exskul Teater" pamit Sely lalu pergi diikuti Key dan Kennet.

" ngga ikut? " tanya Chen saat melihat Zelene tetap ditempatnya sambil memakan mie ayam.
"nanti abis makan, ze laper tadi abis dengerin miss epi" jawab Zelene
"karena?"
" anak baru di kelas sastra "
" hm. Gak papa gitu ditinggalin mereka?" tanya Chen sambil mengusap rambut Zelene.
" nggak papa, sebenernya ze tuh males sekolah, capek jalannya" keluh Zelene Membuat Chen tersenyum maklum.

" ekhem " deham Diven
" kantin milik berdua, yang lain ngontrak sejam tiga ribu" kata Kevin menyindir,
" emang iya kan. Sekolah siapa? " tanya Chen.
" sekolah kakek lo" jawab Kevin tanpa sadar
" nah tu tahu " kata Chen telak
" lah begok gue, mau nyindir malah makan omongan" gumam Kevin.
" lagian sejak kapan lo pinter Vin" ledek Diven.
" gue emang ngga pinter tapi gue cerdas " elak Kevin.
" cerdas ngapain cobak?" tanya Chen, mulai masuk kedalam obrolan.
" bang Kevin cerdas kok, cerdas bikin Chen kesel " jawab Zelene lalu meringis kearah Kevin.
"kembaran bidadari kalau ngomong suka bener " kata Kevin sembari mengusap dadanya dramatis.
"siapa yang kembaran bidadari? ze bukan kembaran bidadari kok" kata Ze polos.
" masya alaah imut banget sihh" kevin gemas sendiri.

"hum, ze mau kekelas teater deh ikut ken" kata Zelene setelah makanannya habis.
"yuk gue anter" kata Chen
"tapi kan Chen lagi makan, Ze bisa pergi sendiri kok. Kayaknya" kata Zelene ragu. 
"gue anterin gimana?" diven angkat bicara.
"um emang ga papa iven yang anter?"
"nggak papa, ze dianter Diven ya"
"Oke chen, Ze pergi dulu yaa. Dadah abang" kata Zelene riang sambil melambaikan tangannya arah sahabat Chen.
" hati- hati"

"are you okay?" Tanya Fredy Saat melihat mimik muka Chen berubah.
"not" jawab Chen, setelah memastikan Zelene sudah menghilang dibalik tembok.
"lo tenang aja, gue, kevin, kak Doyoung, kak Taeyong, sely, sama key bakal selalu jagain dia. Kita semua bakal bantu lo, yahh dengan cara kita pastinya" kata Fredy yang mendapat anggukan dari kevin. Ia tahu sahabatnya itu sedang mendapat tugas berat, melindungi dan menyembunyikan identitas itu sulit, apalagi yang dijaga adalah sebuah berlian. Ia, Kevin, Doyong, Taeyong, Sely, dan key memang hanya seorang bodyguard dan pelayan yang mendapat tugas untuk melindungi zelene dan Chen, mereka memang belum dekat dan mengenal Zelene dengan baik tapi mereka telah bersumpah untuk menjaga zelene, berlian penerus tunggal ALCHA grup.

"Iven, ze masuk dulu ya" kata Zelene pada Diven saat mereka sampai didepan ruang teater.
"oke,"
Zelene masuk lalu duduk disebelah kennet, guru exskul mereka belum datang.
"eh dianter siapa?" tanya kennet yang sadar zelene duduk disampingnya.
"sama Iven"