52

42.7K 2.5K 129
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari, namun seorang pria belum bisa memejamkan matanya, memang dirinya sudah ngantuk, tapi pikiranya masih kemana-mana sehingga membuatnya sulit untuk tertidur.

Pria itu memiringkan badanya menghadap ke arah istrinya yang sudah tertidur. Hari ini istrinya berbeda, dan itu semua hanya karena ulahnya, ia seperti ingin menghajar dirinya sendiri karena telah mengucapkan hal yang salah.

Lalu apa yang harus ia lakukan supaya istrinya bisa seperti yang kemarin-kemarin lagi? Mella yang ceria, Mella yang manja, dan Mella yang ramah, gimana cara mengembalikanya, Ray bingung. Saat ini Mella selalu bersifat patuh, selalu merasa tak enak jika Ray membantunya, dan selalu berbicara cangung jika mengobrol, bahkan senyum yang di tunjukkan bukanlah senyum tulus.

Raynand kembali merubah pisisinya seperti semula, yaitu berbaring sambil menatap langit kamar, kemudian ia menghembuskan nafasnya kasar, lalu menjambak rambutnya, "Ini semua salah lo, dasar Raynand gila!" Umpatnya kepada dirinya sendiri.

"Apa yang harus gue lakuin, ini semua gara-gara lo Raynand bodoh!"

Air matanya yang luruh langsung ia seka dengan kasar, kemudian duduk bersila di samping Mella. Raynand langsung menatap wajah Mella lekat, lalu menatap perut buncit Mella.

Harusnya Ray bisa menjaga ucapannya dengan wanita yang sedang berada di masa labil-labilnya. Terlebih lagi Ray sudah menggoreskan banyak luka kepada wanita itu. Tak ayal jika wanitanya mudah bernegatif thinking terhadap Raynand.

Ray sungguh bodoh, harusnya perempuan itu saat ini lagi sibuk dan lagi semagat-semangatnya berkenalan dengan teman-teman baru di perkuliahanya semester awal. Namun Ray malah merusak segalanya. Ia sangat merasa bersalah, ia menjadi malu mempunyai gelar tinggi yang menyertai namanya. Lulus S3 namun sikapnya bak orang yang tidak berpendidikan, sungguh Raynand Brengsek.

"Maaf," ujar nya lirih hampir tak terdengar.

Setelah itu, Ray langsung mengecup dahi Mella singkat, kemudian mencium perut buncit Mella agak lama.

"Nak, bantu ayah buat ibu mu seperti dulu lagi, ibu mu yang ceria, oke" ucap Ray dengan mulut bergetar, setelah itu Ray mengelus perut Mella, Ray terkejut perut Mella bergerak, senyum Ray pun mengembang, anaknya merespon ucapannya, sungguh Ray sangat bahagia.

"Bantu ayah ya nak, tolong kamu minta sama ibumu agar tidak marah lagi sama ayah," ucap Ray lagi, dan perut Mella bergerak lagi. Senyum Ray pun mengembang sangat lebar, air matanya kembali menetes, ia sangat bahagia.

"Terima kasih nak, selamat malam," akhir Ray, kemudian mencium perut Mella lagi, setelah itu Ray kembali berbaring, senyumnya masih terukir, dengan perlahan Raynand mulai memejamlan matanya.

Saat itu juga, wanita yang tertidur di sampingnya, mulai membuka mata, air mata mengalir dari sudut matanya. Sebenarnya ia dari tadi tidak bisa tidur, dan hanya pura-pura tertidur. Mella mendengar semua keluh kesah suaminya, dan juga merasakan tingkah suaminya yang mencium dahi dan perutnya. Apakah ini semua salahnya, Ray saat ini sangat susah, apa ini karena dirinya? Dirinya begitu kekanakan. Hanya karena satu kata yang terucap salah, masalahnya langsung ia besar-besarkan.

Mella langsung tidur miring menghadap Ray, kemudian mengelus pipi Raynand, "Maaf," Cicitnya lirih.

Saat itu juga mata Ray terbuka, tangan Mella yang berada di pipi Ray langsung ia taruh di dada karena kaget, jantungnya berdetak sangat kencang, kemudian menutup matanya. Mella kira, Ray sudah tertidur, tapi ternyata belum.

"Kenapa?" Tanya Ray penasaran, Mella hanya menggeleng.

"Hei, kamu kenapa?"

"E--nggak papa kak" jawab Mella gugup, dengan tangan yang masih memegangi dadanya, dan mata yang terpejam, ia enggan menatap Ray, lebih tepatnya takut.

Married By Accident Where stories live. Discover now