Medical Robin Hood - 27

1.5K 361 30
                                    

Sehun tercenung di tempat. Tak menepis maupun menampik semua perkataan Lisa. Fakta bahwa Lisa telah mengetahui rahasia terbesarnya saat masa kuliah dulu membuatnya rapuh. Pikirannya kemudian melayang ke memori semalam, saat suasana yang tenang berubah menjadi penuh kegaduhan.

Sehun yang mendengar kabar salah satu pasien kecelakaan malam sebelumnya mengalami mati otak kemudian segera berlari ke ruang perawatan, alangkah terkejutnya ia saat mengetahui bahwa yang meninggal adalah suami dari ibu dengan bayi cedera kepala yang telah ia tangani di hari sebelumnya.

"Bu?" sapa Sehun. Ibu itu merosotkan tubuhnya ke lantai. Tidak ada air mata yang mengalir di wajah dan matanya namun Sehun mengerti bahwa air mata itu tidak dapat menggambarkan bagaimana hancurnya perasaan dan kesedihan ibu ini.

"Dok, apa yang harus saya lakukan?" racaunya putus asa. Kentara sekali wanita itu benar-benar sangat frustasi saat ini. "Suami saya dinyatakan mati otak, anak saya gegar otak dan masih dirawat, kami juga tidak mempunyai keluarga atau pun kerabat. Saya harus gimana dok?"

Sehun bingung harus berkomentar apa, ia hanya menepuk pundak si ibu pelan, mencoba memberi sedikit afirmasi.

"Coba aja saya nggak minta pindah duduk di bagian depan, mungkin saya yang mati otak bukan suami saya." Sehun masih terus mendengar keluh kesah si ibu yang menceritakan kronologis pemindahan tempat duduk, saat kecelakaan, sampai alasan-alasan mengapa pernikahan keduanya tidak disetujui hingga mereka diasingkan oleh kedua belah pihak keluarga. Dengan berat hati akhirnya Sehun menawarkan sang ibu untuk menjual organ-oragan suaminya yang sudah tidak bisa diselamatkan lagi.

Sesungguhnya ini bukan pertama kalinya Sehun membantu pasien yang kurang mampu secara ekonomi untuk menjual organ mereka kepada mereka yang berkantung tebal dengan harga yang sangat tinggi. Semua yang Lisa sebutkan memang benar, namun hanya satu bagian yang salah. Sehun tidak pernah menggunakan keuntungan tersebut demi kepentingan pribadinya.

Sang ayah awalnya hanya menargetkan masyarakat kelas menengah ke atas untuk menikmati fasilitas lengkap nan mewah milik Royal Raffles. Namun Sehun ingin membuat terobosan baru untuk merangkul masyarakan menengah ke bawah agar dapat menikmati fasilitas itu juga. Meski tidak sama, setidaknya sebanding.

Para orang kaya akan melakukan dan mengeluarkan uang sebanyak apa pun demi kesehatannya terjaga. Oleh karenanya Sehun memanfaatkan hal itu. Ia menjual organ-organ dengan harga selangit kepada mereka, dan memberikan dengan harga wajar kepada sang pendonor maupun keluarga. Sisa uang yang ia dapat dari penjualan tersebut kemudian ia alihkan untuk membuat rumah sakit umum Royal Raffles yang diperuntukan untuk masyarakan menengah ke bawah.

Saat membuat keputusan itu, ayah Sehun hanya mendukung saja karena itu dapat menaikkan reputasi yang baik bagi jaringan rumah sakitnya. Pasien kelas atas senang karena kesempatan menemukan organ yang cocok menjadi lebih besar dan cepat, pasien kelas menengah ke bawah yang mengalami mati otak dan kebetulan terhimpit tuntutan ekonomi bisa menemukan jalan keluar.

Bertahun-tahun Sehun mengumpulkan uang dengan cara ini untuk membuat rumah sakit ramah kantong bagi masyarakat menengah ke bawah. Tak jarang ia juga memberikan pengobatan gratis bagi mereka yang benar-benar membutuhkan. Jadi ia sama sekali tidak menggunakan uang-uang itu untuk kepentingan pribadinya.

***

Lisa akhirnya pulang ke rumah diantar oleh Taehyung setelah selesai memeriksa para pasien. Dokter Eko memberinya libur tambahan selama tiga hari. "Kamu kok murung? Harusnya seneng dong kan semuanya udah terlewati. Kamu dapet libur tambahan juga," tegur Taehyung.

Lisa hanya menyunggingkan bibir pengganti sebuah senyuman, entah mengapa bukannya rasa lega yang ia dapat setelah mengetahui bahwa ia telah terbebas dari ancaman virus berbahaya, yang ada malah beban di hatinya seolah bertambah. "Aku cuma kecapekan aja kok," elak Lisa.

"Ya udah, kalau gitu kamu istirahat aja nanti. Pas libur nanti kamu mau jalan nggak? Biar aku ambil cuti."

"Aku kayaknya lebih butuh rebahan di kamar dan kumpul bareng sama keluarga dibanding pergi ke luar. Mumpung Kak Sorn juga lagi ada di sini. Maaf ya, mungkin lain kali," tolak Lisa dengan tidak enak.

Taehyung mengangguk, mengiyakan. Ia mencoba memahami kondisi kekasihnya yang baru saja melewati hari-hari yang sulit. "Iya, lain kali aja."

Lisa memasuki rumah dengan membawa buket bunga mawar pemberian Taehyung yang sudah sedikit layu. Keluarganya menyambutnya dengan meriah, memberi ledekkan tetang bunga dan bertanya mengapa ia tidak dikarantina seperti yang Taehyung sampaikan.

Lisa berkilah bahwa karantina yang dilakukan rumah sakit tidak jadi, dan diundur sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Sorn yang mengetahui kejadian sebenarnya langsung memeluk Lisa dengan erat begitu Lisa menghampiri. Air mata bahagia dan penuh kelegaan berlinang membasahi pelupuk matanya.

"Ya ampun Sorn sampai nangis gitu," komentar Bibi Jingga.

Sorn menghapus air mataya dan menggenggam tangan Lisa. "Aku kan udah ngabisin waktu banyak sama kalian, tapi sama Lisa cuma ngobrol sebentar di rumah sakit. Dia sibuk banget sih," keluh Sorn tak sepenuhnya berbohong.

"Yaudah, silakan nikmati waktu kalian berdua sekarang. Kami nggak akan ganggu deh," sahut Ibu keduanya.

Sorn kemudian mengajak Lisa ke kamar, lalu menceritakan bahwa ia sebenarnya sudah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Lisa.

"Jadi Kakak semalem ke rumah sakit sama Taehyung?" tanya Lisa terkejut. "Kenapa dia nggak cerita ke aku ya?"

Sorn mengangguk mengiyakan. "Mungkin nggak sempat, atau takut kamu marah dan khawatir. Pas kakak tanya-tanya semalem juga dia panik banget."

"Iya juga sih, kalau aku tau kakak udah tau alasan sebenarnya aku diisolasi, yang ada aku bakal makin tertekan di sana."

Sorn mengulum senyum, mengetahui dengan pasti bagaimana tertekannya Lisa kalau tahu bahwa ia telah mengetahui kebenarannya. Kemudian ia mengambil buket bunga yang adiknya geletakkan begitu saja di Kasur dan menaruhnya di vas bunga kosong milik Lisa yang terdapat di meja.

"Wah ternyata bunganya lumayan banyak, ya? Taehyung kirim kartu ucapan apa? Ternyata dia romantis juga ya nggak kayak Mas Deka," sungut Sorn kesal. Ia tidak ingat Deka pernah melakukan hal-hal romantis seperti ini padanya, bahkan saat mereka pacaran.

"Nggak ada kartu ucapak Kak, cuma bunga aja."

Alis Sorn berkerut. "Oh ya? Kakak kemarin lihat kartu ucapan di bunganya loh."

"Masa sih? Kakak salah lihat mungkin."

"Ah, iya. Mungkin Kakak salah lihat, udah malem juga sih soalnya." Sorn mencoba mengabaikan meskipun ingatannya tentang kartu pink yang tertancap di deretan bunga yang ada di tangannya ini tadi malam cukup mengganggu pikirannya.

"Ada cerita seru apa selama kamu diisolasi?"

"Semalem sempet panik soalnya perawat sebelah aku tengah malem demam dan menggigil. Kami udah makin takut aja kalau itu virus beneran udah nyebar."

"Terus gimana? Tapi negatif semua kan hasilnya?"

"Iya, negatif semua. Ternyata perawatnya demam karena payudaranya bengkak dan penuh soalnya belum dipompa ASI-nya. Dia kan masih menyusui."

"Ya ampun! Panik dan kasian banget pasti." Sorn bisa membayangkan bagaimana sakitnya payudara penuh karena ASI yang tak ia keluarkan karena ia juga pernah menyusui. "Oh iya, Kakak kan semalem ngobrol sama dokter Eko. Katanya alat pendeteksi virusnya tuh harusnya datengnya masih lama. Tapi karena koneksi si Oh Sehun, alatnya bisa dateng lebih cepat."

"Oh Sehun?" tanya Lisa heran.

Sorn mengangguk. "Pas Kakak selesai ngobrol sama dokter Eko juga Sehun ini telepon dokter Eko buat bahas kalau orang-orang yang diisolasi postif, tindakan lebih jauh yang mereka lakukan apa. Awalnya Kakak kira dokter Eko cuma menghibur bilang mau kasih fasilitas terbaik kalau emang ada karyawannya yang positif. Tapi setelah sedikit nguping pembicaraan mereka Kakak jadi lebih tenang dan mau pulang ke rumah."

Lisa cukup terkejut karena ia baru mengetahui mengenai fakta ini dari bibir sang kakak. Ia harus menanyakan hal ini lebih jauh pada dokter Eko dan mendengarnya langsung dari beliau.

"Sehun ini juga yang anter Kakak pulang ke rumah dari rumah sakit loh. Dia sempet nanya apa kakak kerabat kamu, pas kakak bilang iya dia langsung nawarin pulang. Dari gelagatnya kayaknya dia naksir sama kamu deh Lis."

"Jangan ngaco deh Kak!"

Medical Robin Hood | Lisa X SehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang