Ganteng Banget?

2.5K 148 8
                                    


"Hai! Lama nunggunya?" Danu menyapa gadis di sisi, yang tengah memasang sabuk pengaman.

Sesuai janji, siang ini pria itu menyempatkan diri menjemput kekasih kecilnya di kampus. Di antara padatnya jadwal kantor, ia tak menyangka mampu meluangkan waktu hanya demi bisa menikmati makan siang bersama Marsha.

Danu pun tak habis pikir, mengapa sampai bisa terjebak hubungan dengan Marsha, gadis kecil yang bahkan pantas menjadi keponakan atau anaknya. Terpaut usia delapan belas tahun, tentu bukan jumlah yang sedikit.

Namun entah mengapa, ia tak bisa menolak ketika Marsha hadir dalam kehidupannya. Ia juga tak menyangkal atau menghindar ketika gadis itu mengecup bibirnya sembari menyatakan cinta, tepat sebulan lalu.

"Ng ... lama, sih. Tapi, nggak sampai bikin aku pengen cari cowok yang lebih muda." Marsha berkata santai. Hal yang membuat hidungnya mendapat sebuah cubitan dari lelaki di sisi.

"Emang di kampus kamu ada yang seganteng aku?" Danu bertanya sembari menjalankan mobil, meninggalkan pelataran kampus.

"Ooh ... jadi sekarang udah ngerasa ganteng, nih?" Marsha menggoda.

Percakapan ringan semacam inilah yang membuat Danu merasa kembali muda, seperti terjebak cinta pertama. Pembawaan Marsha yang ceria dan gesit membuat ia bersemangat dari hari ke hari. Ia seperti menemukan kehidupan baru setelah terpuruk beberapa waktu sebelumnya karena perceraian.

"Kan kamu yang bilang aku ganteng." Danu terkekeh pelan.

Marsha mencebik. "Ganteng, sih. Makanya jadi inceran cewek-cewek genit."

"Termasuk kamu?"

Marsha mendelik. "Dih! Aku kan pacar kamu! Lupa kalo kita udah jadian?"

"Ah ... masa, sih? Bisa ulangi atau ceritain, nggak, gimana pas kita jadian?"

"Jangan mulai, deh!" Marsha berpaling, menyembunyikan wajah yang bersemu merah.

Bagaimana mungkin ia akan bercerita atau melakukan reka adegan sebulan lalu ketika menyatakan cinta lebih dulu sembari mengecup bibir lelaki itu? Mengingat semuanya, Marsha tak kuasa menahan senyuman. Wajahnya kian merona ketika kenangan itu melintas di depan mata ....

“Aku cinta sama kamu, Danu.” Marsha mengepal jemari ketika berkata demikian.

Sementara itu, Danu yang duduk di hadapannya terpisah meja tampak terkejut. Ria itu mengerutkan kening dan menautkan alis.

"Ini mungkin hal gila dan paling nggak masuk akal yang pernah aku alami seumur hidup. Tapi, asal kamu tau, aku nggak pernah jatuh cinta sedalam ini, sebelum sama kamu!" Marsha berkata dengan napas memburu.

Danu yang sebelumnya hendak pergi kembali duduk, menatap gadis di hadapan. Dipindainya dengan saksama gadis yang belum lama ia kenal itu dengan sorot tak percaya. Mendapat pernyataan cinta seberani tadi, apakah ini mimpi?

"Ya! Aku emang gila! Aku cemburu tiap kamu deket sama perempuan lain. Sampai aku sadar, kalo itu adalah perasaan cinta."

Danu masih diam, mengamati sekeliling, lalu kembali menatap Marsha. Kemudian ia memberi isyarat menggunakan dagu agar gadis itu keluar. Dua orang berbeda generasi itu berjalan bersisian dalam dera perasaan masing-masing, tanpa kata, sampai langkah mereka terhenti tepat di area parkir kafe.

Marsha maju beberapa langkah, menyejajarkan posisi dengan lelaki yang telah mencuri hatinya ini. Ia menatap dalam, seperti mengizinkan Danu untuk menyelami perasaannya melalui tatapan mereka.

"Aku cinta sama kamu dan aku nggak mau kita selesai di sini." Marsha mengunci tatapan pria di hadapannya. Perhatian dan kasih sayang Danu selama ini membuat ia takut kehilangan, dan berharap lebih.

Kemudian, entah didorong keberanian dari mana, ia berjinjit, membuat tinggi tubuhnya sejajar dengan pria di hadapan. Tanpa babibu, dikecupnya bibir Danu sekilas, lalu berkata, "Aku menganggap ini adalah hari pertama kita. Dan aku siap hadapin apa pun itu untuk kamu."

"Ngelamunin apa? Mikir jorok, ya?"
Suara itu membuat Marsha tergagap, semua lamunan akan masa lalu yang sempat memenuhi benaknya berhamburan entah ke mana, menyisakan semburat merah yang menghias di pipi.

Pertanyaan Danu disertai  sentuhan lembut di puncak kepala membuat Marsha berbalik. Tampak olehnya sang kekasih tengah tersenyum, menampilkan wajah matang yang menawan. Hidung mancung serta wajah berbingkai cambang membuat ia terpesona habis-habisan.

"Kalo aku mikir joroknya sama kamu, boleh, 'kan?" Marsha menantang.

"Contohnya?" Danu berbalik sebentar, lalu kembali fokus pada jalanan di hadapan.

"Ngg ...." Marsha memicing, lalu menggigit bibir. Tatapannya tertuju lurus pada wajah Danu, lalu turun ke leher lelaki itu. Menyusuri jakun di balik kerah kemeja yang rapi terikat dasi.

Merasa ditatap sedemikian rupa, tak urung membuat hati Danu kebat-kebit. Belum lagi posisi Marsha yang sedikit merunduk, membuat sesuatu mengintip dari kerah kemeja yang dua kancing teratasnya terbuka. 

Namun, fantasi yang sempat menyapa benak Danu tercerai-berai ketika Marsha  berkata, "Om! Kamu kalo mau jemput aku jangan pake jas kenapa, sih? Sadar nggak, kalo itu bikin kamu keliatan tua banget Kalo kamu jalan sama aku dengan dandanan begini, aku kayak ayam kampus piaraan om-om, tauk!"

"Eh?" Merasa seperti diomeli istri, Danu berbalik sebentar. Khayalan bercumbu yang tadi sempat menghias mata, kini hilang entah ke mana. “Ini tadi ... aku lupa, Sayang. Soalnya tadi baru banget habis meeting, terus aku langsung nyusulin kamu.”

"Kamu harusnya bisa nyesuain sama aku, dong! Masa iya aku harus dandan ala tante-tante biar serasi sama kamu! Dasar cowok nggak peka! Makanya nggak nikah-nikah!" Seakan-akan tak mendengar alasan sang kekasih, Marsha nyerocos lagi. Tak hanya mengomel, kali ini ia menampilkan wajah sebal yang tak dibuat-buat.

"Aku duda, Sayang."

"Ah, iya! Pantesan belom nikah lagi!" Marsha meralat ucapan sambil bersedekap ala anak kecil yang merajuk meminta mainan.

"Aku mutusin pacar aku demi kamu, 'kan?"

"Pacar? Dia mah bini orang! Aku nyelametin kamu dari bibit dosa pebinor!" Marsha tidak mau kalah.

"Sha!"

"Kenapa panggil nama? Udah nggak sayang? Merasa ganteng banget?"

"Sayang--"

"Buruan minggir!"

"Tapi, Sayang--"

"Minggir, nggak!" Marsha meninggikan suara, khas anak manja seperti selama ini.

"Oke! Oke!" Danu melirik spion sekilas, lalu menepikan mobil tak jauh dari sebuah minimarket berlogo A.

Setelah mobil berhenti sempurna, Marsha melepas sabuk pengaman, lalu beringsut ke arah Danu. Ia melepas dasi yang melingkar di leher lelaki itu, membuangnya ke sembarang arah. Tak hanya itu, ia pun melepas paksa jas yang dikenakan Danu dan membuang benda itu ke jok belakang.

**

Bersambung ....

Mau cepet update? Komen yang baaaaanyaaakkk 🤩🤩

My Sexiest Sugar DaddyWhere stories live. Discover now