TS|| part 7

51.2K 6.5K 95
                                    

Happy reading^^
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.











Hari ini adalah hari kepindahan Belva dan Gevan ke rumah baru mereka, kini mereka berdua sudah berada di dalam mobil dengan Gevan yang fokus menyetir sedangkan Belva fokus melihat ke arah luar jendela.

Suasana yang tadinya hening kini langsung dipecahkan oleh Gevan dengan bertanya pada gadis yang berada di sampingnya.

"Mau mampir makan dulu atau langsung ke rumah?" Tanya Gevan.

"Ke rumah aja," Jawab Belva dan langsung dibalas anggukan oleh Gevan.

Setelah itu suasana pun kembali hening karena mereka berdua langsung fokus pada pikiran mereka masing masing.

Namun tiba tiba, Belva memukul dashboard mobil sehingga membuat Gevan terkejut di buatnya.

"Berhenti berhenti!!!" Pekik Belva membuat Gevan rem mendadak.

"Ada ap--"

Belum Gevan menyelesaikan ucapannya, Belva langsung keluar dari mobil dan berlari masuk ke dalam supermarket.

Gevan hanya bisa menghela napas dibuatnya, mau tak mau Gevan langsung memarkirkan mobilnya di depan supermarket itu dan turun menghampiri Belva yang sudah lebih dulu masuk.

****

Setelah masuk di dalam supermarket Belva langsung mengambil troli dan berkeliling mencari sesuatu yang dia inginkan.

Kakinya terus melangkah mencari hal yang dia cari, sesekali dirinya mengambil beberapa makanan ringan yang dia lewati.

Dan akhirnya langkah kaki Belva pun berhenti tepat di depan sesuatu yang dia cari, matanya berbinar langsung mengambil barang itu tanpa pikir panjang.

"Akhirnya ketemu," Ucapnya sembari mengambil barang itu dan memasukkannya ke dalam troli.

Gevan yang melihat Belva dari kejauhan langsung menghampiri gadis itu yang sama sekali tidak menyadari kehadirannya.

"Ekhem," Dehem Gevan namun Belva masih belum menyadarinya.

"Ekhem!!!" Dehemnya lebih keras dan langsung membuat Belva menoleh kearahnya.

"Ngapain?" Tanya Gevan.

"Ini." Jawab Belva sembari menunjuk ke arah troli yang sudah terisi seperempatnya oleh sesuatu yang diambil oleh Belva.

"Astaga!! Kamu mau jualan?" Tanya Gevan saat dirinya melihat banyak es krim dengan varian rasa dan bentuknya.

"Ini cuma dikit kok." Jawab Belva.

"Itu banyak, ini kalo ditaro di keranjang udah penuh banget Bel." Ujar Gevan.

"Mau beliin gak? Kalo gak mau saya bayar sendiri loh." Ujar Belva.

"Ini yang kamu maksud koleksi?" Tanya Gevan dan langsung membuat Belva mengangguk mengiyakan.

"Taro lagi, itu kebanyakan." Perintah Gevan.

"Apaan sih!! Kalo gak mau bayarin yaudah gausah, biar saya bayar sendiri." Kesal Belva membuat Gevan menatap Belva datar.

"Kamu pikir saya gak mampu bayar semua ini?" Sombong Gevan membuat Belva bersenyum miring.

"Dih, baperan!!" Ketus Belva dan langsung pergi meninggalkan Gevan sembari membawa troli yang berisi bermacam macam jenis es krim itu.

"Sabar Van, dia anak SMA gak pantes kalo sampe lu berantem sama dia cuma karena es krim." Ujar Gevan menenangkan dirinya yang kekesalan nya hampir meledak.

Namun tiba tiba, Belva pun kembali lagi menghampiri Gevan membuat pria itu mengerutkan dahinya.

"Ayo, bayarin." Ujar Belva.

"Bayar sendiri katanya," Jawab Gevan dengan ketus.

"Gak bawa duit," Bisik Belva membuat Gevan menahan tawanya.

"Saya juga gak bawa dompet." Ujar Gevan membuat Belva membelalakkan matanya.

"Ah bohong!! Yaudah tuh balikin lagi es krimnya," Kesal Belva sembari menunjuk troli kepada Gevan dan kemudian pergi meninggalkan Gevan.

Setelah Belva pergi dengan wajah kesalnya, Gevan menghela napas di buatnya dan kemudian langsung mendorong troli itu tadi untuk membawanya ke kasir.

****

Di dalam mobil, gadis itu sibuk memukul mukul dashboard seolah olah itu adalah sebuah gendang yang memberikan suara merdu jika di pukul.

Tidak hanya itu, kekesalannya dia lampiaskan dengan menyalakan radio mobil dan jangan lupakan volume yang benar benar full.

Belum selesai sampai sana, Belva langsung mengambil ponsel Gevan yang kebetulan ada di dekat setir lalu kemudian dia sembunyikan di dalam sebuah kotak P3K yang kebetulan juga ada disana.

Masih merasa kesal karena setroli es krim, Belva membunyikan klakson mobil berkali kali sehingga sesekali membuat orang yang melewati mobil itu terkejut.

Namun tiba tiba, seseorang yang menjadi alasan Belva kesal pun datang sembari membawa plastik putih penuh yang berisikan bungkus berwarna warni yaitu es krim.

Gevan dibuat terkejut karena saat dirinya membuka pintu mobil, pria itu sudah disambut oleh musik radio yang begitu keras akibat ulah Belva tadi.

Mengetahui Gevan sudah kembali ke mobil, Belva langsung memalingkan wajahnya kearah luar jendela dan bersenandung tanpa rasa berdosa. Gevan langsung masuk ke dalam mobil dan mematikan radio tersebut.

"Handphone saya dimana?" Tanya Gevan saat dirinya sama sekali tak melihat ponselnya yang tadi dia letakkan diatas dashboard dekat setir.

"Gak tau." Ujar Belva.

"Nih," Ujar Gevan sembari menyodorkan plastik putih yang dia bawa tadi.

Namun gadis itu sama sekali tidak menggubris Gevan.

"Mau diambil atau mau dikasih ke orang aja?" Tanya Gevan.

"Bukannya gak bawa dompet? Terus kenapa bisa beli? Ngutang?" Oceh Belva.

"Udah nih ambil, gausah gengsi mentang mentang lagi kesal kan?" Ujar Gevan sembari meletakkan plastik itu diatas pangkuan Belva yang tengah duduk bersila.

"Makasih." Ucap Belva dengan datar namun tidak dengan hatinya.

Akhirnya semua es krim ini jadi milik gua- batin Belva.

"Sekarang balikin ponsel saya," Ujar Gevan membuat Belva langsung mengambil ponsel milik Gevan di dalam kotak P3K tadi dan memberikannya pada Gevan.

"Makasih." Ucap Gevan dan dibalas anggukan oleh Belva yang tengah membuka bungkus es krim untuk mengambil isi di dalamnya.

Setelah perdebatan kecil masalah es krim tadi, mereka berdua langsung melanjutkan perjalanan menuju ke rumah baru mereka.

****

Terlanjur Sah [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang