Part 7 [REVISI]

285K 23.7K 1.3K
                                    

Kayla baru selesai mandi dan dibuat kaget setelah melihat banyak panggilan tak terjawab dari Aiden. Dari pagi ia lupa mengaktifkan ponselnya karena sibuk bekerja dan sorenya panik karena dompetnya hilang. Ia benar-benar lupa mengecek ponselnya. Dengan segera, Kayla menelepon balik namun Aiden tidak mengangkat panggilannya.

Kayla mengigit bibir merasa gundah. Ada apa ini? Walau merasa cemas Kayla berusaha berpikir positif. Mungkin Aiden hanya merindukannya? Well, itu terdengar agak menggelikan.

Kayla: Kenapa Aiden? Maaf, hpku mati seharian.

Kayla mengirim pesan itu pada Aiden lalu segera melangkah ke kamarnya. Ia mengambil buku Matematika lalu duduk di meja belajar–berniat mengerjakan PR-nya sebelum ponselnya berbunyi lagi.

Pasti itu Aiden!

Kayla langsung melompat dari kursi dan meraih ponselnya.

Rumah Sakit is calling.

Oh ternyata itu bukan Aiden, tapi ini justru lebih buruk. Kenapa pihak rumah sakit meneleponnya? Apa kondisi ibunya drop lagi?

Dengan cepat Kayla mengangkat panggilan itu.

"Halo?"

"Halo, selamat malam apa benar anda dari Saudari Kayla?"

Kayla mengernyit khawatir, "Iya, benar. Ada apa, ya?"

"Begini, hari ini kami mendapat kabar bahwa biaya rumah sakit ibu Jean sudah di hentikan. Kami juga mau menyampaikan bahwa malam ini beliau harus melakukan operasi darurat pengangkatan tumor otak secepatnya. Jadi kami mohon untuk melakukakan pembayaran secepatnya."

Kayla sangat terkejut. Matanya mengerjab tak percaya. Bukan hanya perihal operasi darurat, biaya rumah sakit yang dihentikan membuatnya bingung.

Kenapa Aiden menghentikannya? Apa Aiden tau ia pulang bersama Vyn? Kalau memang iya, Kayla tidak mengerti mengapa Aiden sekelewatan itu. Apa menurutnya bermain dengan nyawa seseorang itu lucu?

Ia mengepal tangannya kuat.

Kayla menarik nafas berusaha tetap tenang walaupun saat ini tangannya bergetar hebat, "Maaf sus, tapi apa tidak boleh operasinya dilakukan sekarang? Saya pasti akan bayar secepatnya."

Hening sebentar, "Maaf, tidak bisa. Permintaan anda melanggar peraturan Rumah Sakit kami."

Kayla mengigit bibir gugup. Ia merasa putus asa.

Ia tahu meskipun memohon pun pihak rumah sakit tidak akan memberi apa-apa. "Terima kasih, mbak saya akan melakukan pembayaran secepatnya." setelah berkata begitu Kayla mematikan panggilan itu.

Emosi Kayla meluap-luap. Ia langsung meraih tas dan dompetnya lalu memanggil taxi–menuju apartement Aiden. Di dalam mobil Kayla mengepal tangan marah dengan air mata yang terus menetes memikirkan kondisi ibunya.

Disatu sisi ia sangat murka dengan sikap Aiden dan disisi lain merasa takut kehilangan ibunya. Perasaan itu sangat beracun dan menganggung stabilitas mentalnya.

Sesampai di apartement Aiden, Kayla membayar taxi dan langsung berlari ke lift. Di depan pintu apartement tanpa pikir panjang Kayla langsung membuka pintu apartement dengan akses sidik jari.

Ia masuk setelah pintu apartement itu terbuka.

Baru masuk beberapa langkah Kayla mengerut kening begitu melihat baju wanita berserakan di lantai. Lantas jantungnya berhenti berdetak saat mendengar desahan wanita dari dalam kamar.

Tidak tahu keberanian dari mana Kayla mengumpulkan tekad sebentar lalu dengan kasar langsung mendobrak pintu itu.

"Siapa itu?!"

Ayah Untuk Nolan ✅ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang